Suatu hari, murid seorang guru terkenal terlibat perdebatan dengan seorang pejabat yang bodoh.

Mereka terlibat dalam perdebatan soal berapakah hasil kali 8 X 0.

Menurut pejabat bodoh itu, hasilnya adalah 8.

Sementara si murid guru terkenal berusaha mengajarkan bahwa 8 X 0 adalah Nol!.

Mereka pun mulai berdebat.

Dan dalam perdebatan itu, akhirnya, si murid itu pun mengajaknya menemui gurunya yang terkenal sangat pintar dan sangat bijaksana.

Banyak orang yang kemudian tertarik untuk melihat apa yang terjadi.

Di sebuah desa terdapat jembatan yang rusak. Kepala desa sepakat untuk memperbaikinya. Mereka mempekerjakan satu orang tukang untuk itu.

Ketika dalam rapat dibahas, bahwa perlu ada satu orang karyawan untuk membeli kebutuhan sang tukang. Direkrutlah orang untuk belanja.

Karena butuh orang yang memastikan agar pekerja di lapangan bekerja dengan baik direkrutlah seorang petugas pengawas lapangan.

Kemudian dikatakan bahwa untuk keperluan administrasi disepakati bahwa perlu ada seorang akuntan. Ditambahkanlah satu orang akuntan.

Kemudian karena berbicara mengenai akuntabilitas maka diperlukan auditor untuk mengawasi akuntan. Masuklah sang auditor baru.

Kisah nyata yang bagus sekali untuk contoh kita semua yang saya dapat dari millis sebelah (kisah ini pernah ditayangkan di MetroTV). Semoga kita dapat mengambil pelajaran.

Ini cerita nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana di Indonesia. Apa yg diutarakan beliau adalah sangat benar sekali. Silakan baca dan dihayati.

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak.

Disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak keempat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Hari-hari sekarang ini adalah hari yang tak menentu.

Kita tak bisa memprediksi apa yang bakal terjadi dalam keluarga dan lingkungan kita dalam 3 hari ke depan.

Kita sudah melihat teman-teman yang 3 hari lalu masih menyapa, tiba-tiba tiada. Tuhan Yang Maha Kuasa memanggil lantaran covid-19.

Tidak terduga.

Karena itu hargailah waktu kebersamaan kita.

Kalau anak rewel, nakal, bikin kotor, syukurilah.

Mereka masih ada bersama kita.

Pantaskah kita mengeluh? Padahal kita telah dikaruniai sepasang lengan yang kuat untuk mengubah dunia.

Layakkah kita berkeluh kesah? Padahal kita telah dianugerahi kecerdasan yang memungkinkan kita untuk membenahi segala sesuatunya.

Apakah kita bermaksud untuk menyia-nyiakan semuanya itu? lantas menyingkirkan beban dan tanggung jawab kita?

Janganlah kekuatan yang ada pada diri kita, terjungkal karena kita berkeluh kesah. Ayo tegarkan hati kita. Tegakkan bahu. Jangan biarkan semangat hilang hanya karena kita tidak tahu jawaban dari masalah kita tersebut.

Jangan biarkan kelelahan menghujamkan keunggulan kita. Ambillah sebuah nafas dalam-dalam. Tenangkan semua alam raya yang ada dalam benak kita. Lalu temukan lagi secercah cahaya dibalik awan mendung. Dan mulailah ambil langkah baru.

Memahami diri sendiri secara utuh sebelum memahami orang lain, tidak dipungkiri lagi sudah menjadi bagian dari karakter sukses seseorang. Selain itu ada faktor keberhasilan lainnya yang harus kita pahami betul yaitu memahami mimpi di masa depan dan  kesalahan di masa lalu.  Lalu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah membenahi diri sendiri.

Pembenahan diri ini lebih dikenal sebagai intropeksi. Dimana kita mencari waktu tersendiri untuk merenung secara panjang dan dalam tentang apa yang sudah kita lakukan dan memikirkan langkah ke depannya. Apa yang sudah kita lakukan termasuk kesalahan yang sudah pernah kita jalani dan efek ke depan yang akan kita hadapi.

Lebih dalam lagi, sesungguhnya intropeksi bukan sekedar perenungan. Ini lebih ke arah perbaikan diri hingga menemukan titik kerusakan yang telah membuat kita tidak bisa maju. Titik kerusakan ini mungkin tidak dirasakan sekilas oleh diri kita dan orang lain. Tapi kita bisa merasakan ada sesuatu yang salah yang menghambat jalan kita ke depan.