Suatu hari di dalam hutan, rubah melihat seekor gagak terbang dengan sepotong daging di paruhnya. Sang Gagak lantas bertengger di dahan pohon.

Rubah yang sejak pagi belum makan, ingin sekali mendapatkan daging tersebut. Ia pun berjalan hingga ke bawah pohon yang dihinggapi gagak tadi.

“Selamat siang, Nyonya Gagak yang cantik,” serunya.

“Betapa mempesonanya penampilanmu hari ini. Matamu tampak cerah, paruhmu bersih dan bulumu berkilau.”

Mendengar pujian itu, Gagak menoleh ke bawah. Senang sekali ia mendapati Rubah sedang mengaguminya di sana.

Melihat reaksi Gagak, Rubah melanjutkan rencananya. Ia memuji Gagak lebih jauh lagi.

“Melihat penampilanmu yang luar biasa, aku yakin suaramu pasti melebihi suara burung lain di hutan ini. Biarkanlah aku mendengar satu lagu darimu, Nyonya Gagak. Tentu akan terdengar sangat merdu!” ujar Rubah.

Merasa tersanjung, Gagak mengangkat kepalanya dan bersiap membuka suara.

Ia lupa, ada daging di paruhnya! Potongan daging yang jatuh ke tanah segera diambil oleh rubah, sementara gagak terus saja bernyanyi.

Ketika ia selesai bernyanyi dan rubah sudah jauh pergi, gagak baru menyadari apa yang telah terjadi. Ia menyesal, sudah lengah hanya karena dipuji.

    Kadang, kita perlu bersikap waspada dan tidak lengah. Bisa saja ada orang yang memberi pujian hanya karena ingin mengambil keuntungan atau mencelakai diri kita.

Sumber: https://iphincow.com