Kita butuh kompromi dalam mengatasi masalah. Lantas, bagaimana agar kompromi terhadap masalah bisa menjadi solusi tepat ketika menghadapi ujian mahasulit?

Situasi yang buruk, memburuk, dan makin buruk tak jarang menghampiri kita. Bagi yang kuat, ia akan terus maju dan mencoba memperbaikinya. Bagi yang gampang menyerah, situasi yang kurang enak sekali saja, sudah langsung memilih untuk menghindarinya. Tentu, semua bergantung pada masing-masing individu.

Tapi tak jarang—barangkali karena sangat termotivasi—seseorang merasa harus terus berjuang dan berjuang lagi. Bahkan, kala ia sudah tak punya apa-apa lagi, dengan bersandar pada harapan dan keajaiban, ia terus nekad pantang mundur. Akibatnya, ia sendiri menjadi “korban” akibat obsesi yang tak kunjung jadi kenyataan.

Anda pasti sudah sering mendengar, salah satu kunci kesuksesan adalah perubahan. Akan tetapi, faktor ekstra apa yang  membedakan antara orang biasa dan orang luar biasa? Perubahan seperti apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesempatan sukses dan menjadi seseorang yang selama ini diinginkan? Perubahan tersebut tentunya harus dilakukan dari dalam diri sendiri, dan inilah cara bagaimana Anda bisa memulainya:

Karakter atau pribadi emas, yang terlihat indah bukan hanya di mata, tapi terasa di hati pasti diidam-idamkan banyak orang. Pribadi seperti itu tidak hadir dalam waktu semenit dua menit ketika kita mengubahnya. Ada banyak jalan, banyak cara, dan banyak ujian sehingga pribadi layaknya emas itu muncul ke permukaan dan menjadi pribadi andalan kita.

Bila kita merasa masih ada yang salah dengan karakter kita, masih ada yang harus ditempa dengan apa yang sudah kita dapatkan, beberapa hal ini bisa menjadi acuan kita dalam mengubahnya.

Semua orang tercipta dengan keunikan dan potensi masing-masing. Maksimalkan potensi tersebut melalui berbagai proses perjuangan! Maka “hadiah tertinggi” kehidupan akan kita terima.

Banyak orang yang sebenarnya memahami, bahwa tiap orang selalu mempunyai karunia tertinggi yang diberikan kepadanya. Wujudnya bisa bermacam-macam. Orang yang menyayanginya, prestasi yang membanggakan, lingkungan yang menyenangkan, hingga bakat dan kemampuan yang dimiliki. Sayang, banyak yang justru memilih “berlindung” di balik segala alasan dan kondisi yang melemahkan, sehingga karunia tertinggi “tenggelam” dan kurang tergali. Padahal, dengan menyadari segenap potensi yang ada—kecil maupun besar—kita akan tumbuh dengan berjuta kesempatan untuk maju. Ya, bukan hanya sekali dua kali kesempatan. Tapi, banyak kesempatan akan hadir seiring dengan kemauan dan kemampuan kita memaksimalkan potensi yang ada.

Seseorang tak mungkin bisa menyerap pengetahuan baru selama ia merasa dirinya sudah tahu dan lebih pintar. Ibarat sebuah gelas, gelas penuh tak akan bisa diisi lagi karena akan selalu menumpahkan tambahan air yang baru. Kosongkan gelasnya, baru kita bisa menambahkan air baru yang menyegarkan.

Agar manpu menyerap pengetahuan atau ilmu baru, jauhkan diri dari kesombongan karena merasa sudah tahu segalanya. Beri ruang untuk belajar menerima hal-hal baru. Maksimalkan pikiran kita dengan mengolah dan menumbuhkan wawasan baru, dengan tanpa meninggalkan ilmu lain yang sudah kita punya. Karena ilmu yang kita punya pun, pasti akan mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan kita dan perkembangan zaman.

Tahun 2015 akan segera berlalu. Pastilah banyak hal yang bisa kita evaluasi terhadap karier yang kita jalani. Ada yang memuaskan. Ada pula yang belum sesuai harapan. Jika prestasi tahun ini masih belum sesuai harapan, tentu kita pun harus segera menentukan rencana ke depan untuk memperbaiki prestasi. Mulai dari melihat kemampuan diri, memperbaiki hubungan dengan rekan kerja, hingga menentukan prioritas kerja yang bisa dilakukan untuk meraih kinerja lebih baik.

Salah satu hal yang menjadi tantangan seorang pekerja untuk mencapai perbaikan karier, menurut Red Ladder Inc. (sebuah konsultan pemberdayaan manusia dari Amerika) adalah sifat suka menunda. Yang unik, dari survei yang diadakan, mereka menemukan fakta bahwa 90% orang merasa menyesal dan merasa seharusnya mampu menyelesaikan pekerjaan lebih awal. Dan, 50% berjanji, akan melakukan pekerjaan lebih awal. Namun, yang terjadi selanjutnya, kebanyakan masih berkutat dengan hal yang sama.