Suatu hari seorang lelaki yang sedang menggali tanah menemukan gentong tembikar besar di ladangnya.

Ia membawanya pulang dan meminta istrinya untuk membersihkannya.

Ketika istrinya mulai membersihkan bagian dalam gentong, ternyata gentong itu dipenuhi dengan sikat.

Berapa pun sikat dikeluarkan dari dalam gentong, sikat-sikat itu tetap memenuhi gentong.

Akhirnya, orang itu menjual sikat-sikat itu, dan keluarga itu akhirnya dapat hidup dengan nyaman.

Suatu hari tak disengaja sebuah koin jatuh ke dalam gentong itu. Saat itu juga sikat-sikat itu hilang dan isi gentong itu berubah dipenuhi dengan uang.

Akhirnya, keluarga itu menjadi tajir melintir karena mereka dapat mengambil berapa pun banyaknya uang yang ada di dalam gentong tersebut.

Sekarang laki-laki itu sudah menjadi seorang kakek. Karena sudah tidak ada lagi yang dapat ia lakukan, cucu laki-lakinya menyuruhnya untuk mengeruk uang dari dalam gentong.

Ketika kakek tua itu kelelahan dan tidak dapat melanjutkan lagi, cucunya marah dan membentaknya, “Kakek malas dan tidak mau bekerja!”

Suatu hari kekuatan orang tua ini habis dan ia jatuh ke dalam gentong kemudian meninggal.

Seketika itu juga uang-uang itu menghilang dan gentong ini memenuhi dirinya dengan kakek yang sudah meninggal.

Lalu laki-laki itu harus mengeluarkan dan menguburkan semuanya.

Ketika sudah selesai, gentong itu pecah dan keluarga itu kembali miskin seperti dulu.

    Pilihan membawa konsekuensi dan akibat. Begitu pula dengan sikap serakah. Selalu bersyukur dalam hidup karena dari rasa syukur kita akan merasakan hidup dengan bijak.

Sumber: https://iphincow.com