Penjualan semen domestik 2021 diperkirakan meningkat 3-6 persen setelah terkontrasi 10,4 persen pada tahun lalu. Proyek infrastruktur akan menjadi salah satu katalis pertumbuhan tersebut.

Departement Head Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan katalist positif peningkatkan penjualan semen pada tahun ini adalah proyek-proyek infrastruktur terutama karena peningkatan belanja APBN 2021 untuk infrastruktur tumbuh sebesar 47,3 persen atau menjadi Rp414 triliun.

Jumlah anggaran ini sudah lebih besar daripada realisasi anggaran infrastruktur APBN 2019 sebelum pandemi Covid-19 yang sebesar Rp399,8 triliun.

"Katalis selanjutnya tentu program vaksinasi dan efektifitas vaksin yang diharapkan menciptakan ekspektasi positif terhadap kecepatan pemulihan ekonomi nasional," katanya melalui siaran pers, Rabu (20/1/2021).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa tengah terpaan Covid-19, sektor industri tahun lalu menjadi penyumbang PDB terbesar yaitu 19,86 persen, yang mana industri pengolahan nonmigas menyumbang 17,9 persen.

Untuk tahun ini, pertumbuhan industri manufaktur diperkirakan kembali positif. Seluruh subsektor manufaktur akan kembali bergairah. Dengan asumsi pandemi sudah bisa dikendalikan dan aktivitas ekonomi sudah bisa kembali pulih.

"Kami memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur pada 2021 akan tumbuh hampir 4 persen atau 3,95 persen. Optimisme tersebut sejalan dengan investasi di industri pengolahan nonmigas yang masih tumbuh positif pada 2020," katanya, Selasa (12/1/2020).

Pelaku industri komponen menilai awal tahun ini permintaan mulai membaik kendati ada kelangkahan bahan baku di pemasok yang harus mendatangkan material impor namun teradang kelangkaan kontainer.

Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Wan Fauzi mengatakan secara rerata permintaan sudah mulai ada kenaikan dari akhir tahun lalu hingga 80 persen. Namun, komponen elektronik tercatat lebih melunjak ketimbang otomotif yang masih kecil.

"Kalau di saya elektronik ada yang permintaannya sudah dua kali lipat sedangkan otomotif baru untuk sepeda motor yang naik. Jadi kalau dulu 70 persen produksi untuk otomotif sekarang 60 persen untuk elektronik," katanya kepada Bisnis, Senin (18/1/2021).

Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menyatakan industri tekstil nasional optimistis dapat kembali ke posisi prapandemi pada 2021.

Sekretaris Jenderal APSyFI Redma Wirawasta mengatakan hal tersebut disebabkan oleh arah kebijakan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang jelas, yakni mengurangi impor. Selain itu, optimisme tersebut juga didorong oleh penerbitan safeguard garmen yang diharapkan segera terbit pada kuartal I/2021.

"Begitu safeguard garmen [diterbitkan], demand kain lebih besar. Lalu, pemerintah kurangi impor kain. Bahan baku lokal mulai diprioritaskan. Harusnya pertumbuhan industri tekstil bisa naik di atas 5 persen [pada 2021]," katanya kepada Bisnis, Minggu (10/1/2021).

Momentum pemulihan ekonomi Indonesia diyakini akan semakin membaik pada 2021. Hal ini terlihat dari beberapa indikator ekonomi yang sudah mulai menunjukkan pemulihan, terutama di bidang manufaktur. Hasil survei Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Desember lalu menunjukkan industri ini telah kembali tumbuh dari 50,6 ke level 51,3.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri bisa tumbuh sekitar 3,95 persen. Optimisme tersebut sejalan dengan investasi pada industri pengolahan nonmigas yang masih tumbuh positif. “Dengan asumsi pandemi sudah bisa dikendalikan, terutama dengan komitmen pemerintah menghadirkan vaksin Covid-19,” ujar menteri dalam keterangan tertulisnya.

Peningkatan indeks dan proyeksi pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri ini didukung adanya pertumbuhan pesanan baru, terutama di negara-negara yang memang menurut index ini manufakturnya kembali bergeliat. Pada bulan lalu, aktivitas manufaktur zona euro tercatat meningkat dalam laju tercepat sejak pertengahan 2018, dari  53,8 pada November menjadi 55,2 di bulan Desember.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pelaku industri dalam menerapkan Industri Hijau untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan tetap meningkatkan kemampuan dan daya saingnya.

Menteri Perindustrian Agus G. Kartasasmita meminta industri harus mengimplementasikan standar sustainability yang dapat dicapai dengan penerapan industri hijau. Industri hijau menjadi ikon industri yang harus dipahami dan dilaksanakan, yaitu industri yang dalam proses produksinya menerapkan upaya efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.

Sementara, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi menilai satuan kerja di bawah lingkungan BPPI harus cepat berinovasi dan berkontribusi dalam mengantisipasi perkembangan kebutuhan industri, khususnya dalam meningkatkan daya saing serta mendukung kebijakan pengembangan industri berkelanjutan.