Kementerian Perindustrkan memberikan apresiasi kepada PT Gunung Raja Paksi Tbk yang melakukan investasi baru senilai Rp1 triliun untuk pemanfaatan mesin Light Section Mill (LSM) dengan kapasitas produksi sebesar 500 ribu ton per tahun, sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi baja nasional.
“Investasi baru ini kami apresiasi karena berani melakukan ekspansi di tengah dampak pandemi COVID-19," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya diterima di Jakarta, Kamis.
Menperin menyampaikan hal itu pada Peresmian Mesin LSM PT Gunung Raja Paksi Tbk di Cikarang Barat.
Investasi tersebut, lanjutnya dapat menambah kapasitas produksi baja profil nasional sebesar 500 ribu ton, sehingga diharapkan memenuhi kebutuhan baja profil dalam negeri di tengah gencarnya pembangunan konstruksi di Indonesia.
Pelonggaran terus berlanjut. Meski pemerintah belum memutuskan pandemi berakhir atau menjadi endemi, pelonggaran ini menjadi angin segar bagi ekonomi. Termasuk kawasan industri.
Himpunan Kawasan Industri (HKI) menilai, pengembangan kawasan industri di daerah bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, hal itu perlu dukungan pemerintah. Antara lain Peraturan Pemerintah (PP) yang secara khusus mengatur mengenai penyediaan infrastruktur industri.
Direktur Utama Krakatau Sarana Properti (KSP), Ridi Djajakusuma mengungkapkan, masih banyak permasalahan kawasan industri di daerah, seperti infrastruktur yang belum mumpuni. Padahal, kawasan industri memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produk domestik bruto (PDB).
Belum lagi masalah perizinan yang kadang juga menghambat pengembangam kawasan industri di daerah.
Sebanyak lima pabrik gula baru yang beroperasi sejak 2-3 tahun terakhir bergabung membentuk Gabungan Produsen Gula Indonesia (Gapgindo) yang dideklarasikan hari ini, Kamis (9/6/2022).
Kelima pabrik gula baru tersebut, antara lain PT Rejoso Manis Indo di Kabupaten Blitar; PT Kebun Tebu Mas di Lamongan, Jawa Timur; dan PT Pratama Nusantara Sakti di Kabupaten Ogan Komering Ilir; Sumatera Selatan.
Kemudian, PT Muria Sumba Manis di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur; dan PT Prima Alam Gemilang di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.
Total, investasi yang ditanankan di lima pabrik gula tersebut mencapai Rp20 triliun. Rata-rata, pabrik-pabrik tersebut memiliki kapasitas giling tebu terpasang antara 8.000 - 12.000 ton per hari selama lima bulan musim panen atau musim tebang tebu setiap tahunnya.
Tingginya permintaan pasar global terhadap mobil listrik dinilai tidak melulu menjadi preseden baik bagi negara penyedia bahan baku terbesar seperti Indonesia.
Indonesia dinilai harus antisipatif terhadap lonjakan permintaan mobil listrik di pasar dunia tersebut karena tren itu diprediksi tidak akan diimbangi dengan suplai yang memadai.
Mengutip pemberitaan Bisnis, total penjualan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) global pada 2021 tumbuh berlipat dari tahun sebelumnya, yakni mencapai 6,3 juta unit.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal memperkirakan lonjakan permintaan mobil listrik akan terus berlanjut. Terutama, diakselerasi oleh pemberian insentif mobil listrik di sejumlah negara.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Doddy Rahadi mengatakan pandemi COVID-19 yang melanda dunia dalam dua tahun terakhir memaksa seluruh masyarakat global untuk melakukan restarting dan rebooting aktivitas ekonomi.
"Sejauh ini di masa restarting dan rebooting yang telah berlangsung, industri nasional telah menunjukkan capaian yang tetap kompetitif," kata Doddy saat memberikan sambutan secara daring pada acara Temu Pelanggan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kemenperin di Yogyakarta, Selasa.
Capaian industri nasional yang tetap kompetitif itu, menurut dia, ditunjukkan dari data pertumbuhan ekonomi nasional pada 2021 yang sebesar 3,69 persen secara tahunan (yoy).
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut industri farmasi Indonesia berpotensi meraup pendapatan US$32 miliar atau sekitar Rp400 triliun per tahun.
Budi mengatakan potensi tersebut dihitung berdasarkan uang yang dikeluarkan orang Indonesia untuk membeli obat-obatan dalam setahun, dibandingkan dengan total pengeluaran per kapita per tahun.
"Spending per kapita per bulan orang Indonesia US$112, yang dikeluarkan untuk membeli obat-obatan sekitar 40-50 persen," kata Budi di acara peresmian pabrik BBO Kimia Farma di Cikarang, Kamis (2/6/2022).
Dengan perhitungan bahwa pengeluaran per kapita per tahun tersebut sebanyak 40 persen untuk membeli obat, maka ada potensi revenue sebanyak US$32 miliar atau sekitar Rp400 triliun per tahun yang bisa diraup industri farmasi.
Page 97 of 145




