Produsen alat kesehatan (alkes) dalam negeri memastikan akan mendukung upaya pemerintah dalam memaksimalkan potensi belanja negara untuk menyerap produk dalam negeri.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki) Ade Tarya Hidayat mengatakan pihaknya menyambut dengan baik dan antusias akan kebijakan program peningkatan penggunaan produk dalam negeri atau P3DN.

Hal itu dinilai sebagai contoh nyata keberpihakan dan keyakinan pemerintah terhadap industri alat kesehatan dalam negeri.

"Pada saat ini sudah terdapat 891 industri alat kesehatan dalam negeri dan senantiasa bertambah. Sebagian industri alat kesehatan dalam negeri bahkan sudah mampu mencukupi bahkan melampaui kebutuhan nasional," katanya kepada Bisnis, Jumat (25/6/2021).

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasita menyampaikan pemerintah terus menggenjot penggunaan produk lokal, baik oleh masyarakat maupun belanja pemerintah, sebagai wujud implementasi pelaksanaan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) sebagai salah satu upaya mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

“Penggunaan produk dalam negeri di belanja pemerintah adalah wajib jika Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) produk tersebut mencapai 40 persen,” kata Menperin lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Selasa.

Menurut Menperin, hal tersebut menjadi peluang yang tepat bagi pelaku IKM untuk dapat mengambil kesempatan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.

“Tak main-main, Kemenperin juga memberikan fasilitasi sertifikasi TKDN agar dapat dimanfaatkan oleh IKM, sehingga dapat terhubung ke supply chain industri besar dan pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut salah satu dampak kebijakan gas industri dengan harga tertentu yakni rencana peningkatan investasi.

Direktur Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian Fridy Juwono mengatakan dari 176 perusahaan yang menerima harga gas tertentu saat ini, 29 perusahaan di antaranya sudah melaporkan rencana menambah investasi dengan nilai berkisar Rp192 triliun.

"Jumlah proyeknya ada 53 dan di antaranya akan melibatkan ekspansi dari perusahaan multinasional," katanya dalam webinar Indonesian Gas Society, Kamis (24/6/2021).

Fridy menyebut investasi paling besar berasal dari sektor pupuk dan petrokimia dengan 16 proyek dari 11 perusahaan yang nilai investasinya mencapai Rp112,86 trilun. Selanjutnya dari sektor baja dengan 17 proyek dari 6 perusaan yang nilai investasinya mencapai Rp70,98 triliun.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kinerja ekspor industri pengolahan terus menunjukkan tren positif di tengah ancaman dampak pandemi Covid-19. Agresivitas sektor manufaktur menembus pasar internasional ini turut mengakselerasi upaya pemulihan ekonomi nasional.

“Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan daya saing industri nasional agar bisa menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi dan kompetitif di mancanegara. Sudah banyak pelaku industri kita yang produknya menguasai kancah global," katanya melalui siaran pers, Senin (21/6/2021).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada Januari-Mei 2021, nilai ekspor industri pengolahan mencapai US$66,70 miliar, naik 30,53 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$51,10 miliar.

Dari capaian US$66,70 miliar tersebut, industri pengolahan memberikan kontribusi paling tinggi, yakni 79,42 persen dari total ekspor nasional yang berada di angka US$83,99 miliar.

Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) menyambut baik perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) yang semula berakhir pada 31 Agustus 2021 menjadi akhir tahun ini.

Hal itu dinilai akan mendorong tercapainya target peningkatan volume produksi sebesar 35 persen tahun ini.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan utilisasi kapasitas produksi tahun ini diprediksi akan meningkat ke level 75 persen atau sekitar 405 juta m2 meningkat sekitar 35 persen dibanding volume produksi tahun lalu.

"Untuk utilisasi Juni ini sudah berada di posisi 78 persen tertinggi sejak lima tahun terakhir. Jadi kami optimistis target utilisasi tahun ini masih on track didukung sejumlah katalis positif," katanya kepada Bisnis, Rabu (23/6/2021).

Kinerja industri baja nasional masih dihadapkan dengan sejumlah tantangan, salah satunya disebabkan oleh masih tingginya impor baja yang masuk ke Indonesia. Pada kuartal I-2021, tercatat impor baja mencapai 1,3 juta ton dengan nilai impor US$ 1 miliar. Angka itu meningkat sebesar 19% dibandingkan realisasi impor pada periode kuartal IV- 2020 sebesar 1,1 juta ton dengan nilai  US$ 764 juta.

Executive Director IISIA, Widodo Setiadharmaji menyampaikan, apabila pemerintah tidak segera melakukan antisipasi, dia khawatir kondisi tersebut akan terus berlanjut hingga penghujung tahun nanti.

“Dari data yang ada impor baja masih cukup tinggi. Bila melihat kondisi hari ini, impor baja kecenderungannya kembali meningkat dan dikhawatirkan akan terus berlanjut di sepanjang tahun 2021,” ungkap Widodo dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Senin (21/6).