Kementerian Perindustrian terus mendorong industri mainan anak di Tanah Air semakin meningkatkan inovasi produknya, sehingga mampu berdaya saing dengan impor, terlebih ekspor industri tersebut mencapai nilai yang cukup besar yakni 343 juta dolar AS pada 2020.

"Kami berupaya untuk meningkatkan kinerja industri mainan anak agar dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Apalagi, Indonesia sebagai pasar yang besar menjadi peluang bagi pengembangan industri mainan anak.

Menperin mengemukakan performa industri mainan anak nasional menunjukkan tren yang positif.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat rantai pasok industri refraktori sehingga dapat berdaya saing, baik di kancah domestik maupun global, mengingat industri tersebut padat modal di samping mengimplementasi kebijakan substitusi impor.

“Kebijakan pengembangan sektor industri pengolahan difokuskan pada penguatan rantai pasok untuk menjamin ketersediaan bahan baku serta energi yang berkesinambungan dan terjangkau sesuai amanat dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam di Jakarta, Selasa.

Industri refraktori dinilai sebagai salah satu sektor strategis karena produksinya untuk menopang kebutuhan berbagai manufaktur lainnya.

Industri rantai pendingin menyebut sepanjang semester II/2021 ini akan ada peningkatan produksi hingga 90.000 ton. Permintaan rantai pendingin itu akan didorong utamanya oleh makanan beku dan produk olahan susu.

Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni mengatakan pada paruh pertama ini ekspansi produksi hanya berkisar 30.000 ton. Menurutnya, pada enam bulan pertama ini industri masih banyak yang sebatas melakukan negosiasi.

"Jadi kami proyeksi semester II akan ada peningkatan 90.000 ton. Artinya, secara total tahun ini akan berkisar 120.000 ton atau naik 23.000 ton dari tahun lalu yang hanya 98.000 ton," katanya kepada Bisnis, Rabu (16/6/2021).

Yasni menyebut kendati sudah ada pertumbuhan 23.000 ton tetapi level tersebut belum menunjukkan pemulihan kondisi seperti sebelum pandemi. Pasalnya, pada 2019 industri ini mampu mencatatkan produksi hingga 186.000 ton.

Pemerintah terus memacu produktivitas dan daya saing industri elektronik sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Terlebih, industri elektronik merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.

Pada akhir pekan kemarin, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan peninjauan pelaksanaan vaksinasi Gotong Royong di Batam, khususnya di dua perusahaan elektronik, yakni PT Philips Industries Batam (Philips) dan PT Sat Nusapersada Tbk (Satnusa).

“Kami mengapresiasi keputusan para pelaku industri yang segera ikut serta dalam program vaksinasi Gotong Royong. Hal ini dapat mendorong para pekerjanya bisa bekerja lebih produktif lagi. Upaya ini akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional,” kata Agus dalam siaran pers di situs Kemenperin, Senin (14/6).

Kementerian Perindustrian bertekad turut mewujudkan kemandirian Indonesia dalam bidang kesehatan, di mana langkah strategis yang dijalankan antara lain pelaksanaan kebijakan substitusi impor 35 persen pada tahun 2022, yang salah satunya didukung melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

"Sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo, kita harus bertransformasi menjadi negara yang mandiri di bidang kesehatan, baik untuk alat kesehatan maupun obat-obatan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya diterima di Jakarta, Selasa.

Menperin menegaskan pihaknya telah mendorong sektor industri farmasi dan alat kesehatan di tanah air untuk meningkatkan produktivitasnya. Apalagi, kedua sektor ini sudah dimasukkan ke dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, yang akan menjadi prioritas dalam pengembangan ke depannya.

Pemerintah berkomitmen akan terus mendorong penggunaan produk alat kesehatan yang bakal digunakan di sejumlah rumah sakit maupun lembaga pemerintah berasal dari hasil produksi pabrik dalam negeri.

Hal tersebut seperti dinyatakan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di sela kunjungannya ke salah satu produsen alat kesehatan dalam negeri, PT PHC Indonesia di Cikarang, Jawa Barat, Kamis (10/6/2021).

"Pemerintah memiliki intensi untuk mengarahkan pembelian alat kesehatan untuk rumah sakit dan lembaga kesehatan pemerintah, berasal dari produksi dalam negeri," ujar Menkes.

Oleh sebab itu, sebagai salah satu upaya mewujudkan hal tersebut, pihaknya melakukan kunjungan ke sejumlah produsen alat kesehatan di dalam negeri, termasuk PT PHC Indonesia, untuk mengetahui dan melihat langsung produk alkes domestik potensial tersebut.