Semua orang tercipta dengan keunikan dan potensi masing-masing. Maksimalkan potensi tersebut melalui berbagai proses perjuangan! Maka “hadiah tertinggi” kehidupan akan kita terima.

Banyak orang yang sebenarnya memahami, bahwa tiap orang selalu mempunyai karunia tertinggi yang diberikan kepadanya. Wujudnya bisa bermacam-macam. Orang yang menyayanginya, prestasi yang membanggakan, lingkungan yang menyenangkan, hingga bakat dan kemampuan yang dimiliki. Sayang, banyak yang justru memilih “berlindung” di balik segala alasan dan kondisi yang melemahkan, sehingga karunia tertinggi “tenggelam” dan kurang tergali. Padahal, dengan menyadari segenap potensi yang ada—kecil maupun besar—kita akan tumbuh dengan berjuta kesempatan untuk maju. Ya, bukan hanya sekali dua kali kesempatan. Tapi, banyak kesempatan akan hadir seiring dengan kemauan dan kemampuan kita memaksimalkan potensi yang ada. Bakat Saja Tak Pernah Cukup
John C. Maxwell dalam bukunya: Talent is Never Enough  menyebut 13 hal yang akan membuat bakat bisa benar-benar jadi berkat. Yakni, keyakinan, gairah, inisiatif, fokus, persiapan, latihan, ketekunan, keberanian, pembelajaran, karakter, hubungan, tanggung jawab, dan kerja sama. Untuk itu, kita perlu mengasah dan menggali bakat dan talenta kita. Bagaimana caranya? Berikut beberapa hal yang dirangkum dari beberapa sumber:

• Carilah hal-hal yang kita sukai dalam hidup sehingga mampu membuat kita bahagia. Biasanya, saat kita melakukan sesuatu dengan penuh cinta, maka kita akan merasa sangat menikmati kegiatan tersebut. Carilah, apa saja hal yang sering kita lakukan, tanpa ada orang yang menyuruh. Carilah, apa hal yang membuat kita selalu merasa antusias untuk melakukannya. Dari sana, kita akan menemukan “hadiah-hadiah” yang barangkali sempat terlupakan.

• Bermain-mainlah dengan hobi atau kesukaan. Bermain bukan hanya dunianya anak kecil. Karena, justru dengan bermain itulah, kita akan mengeluarkan semua energi yang kita punya untuk mencapai sesuatu. Karena itu, bermainlah, dengan mengeksplorasi hal yang disukai, bereksperimen, melakukan hal yang tak biasa terhadap hal yang kita sukai.

• Jangan pernah menunggu. Bakat itu datang hanya pada mereka yang segera bertindak. Seorang penulis besar Perancis, Emile Zola, menganalogikan, “Seorang artis tak akan berarti apa-apa tanpa bakat. Tapi, bakat tak kan berarti apa-apa tanpa kerja.” Inilah gambaran kekuatan tindakan yang akan menggerakkan kita demi memaksimalkan bakat untuk meraih “hadiah tertinggi” kita.

• Tuliskan apa yang kita inginkan, dan pelajari lebih jauh. Seperti hukum law of attraction atau apa yang diungkap Rhonda Byrne dalam bukunya: The Secret, dengan menuliskan, membayangkan, dan merasakan apa yang kita inginkan, alam akan merespons seperti magnet untuk menjadikan semua jadi nyata. Setelah itu, lakukan evaluasi dengan membuat sejumlah pertanyaan menyangkut tentang analisis kekuatan dan kelemahan diri kita. Dengan cara itu, kita akan menemukan banyak hal yang bisa kita maksimalkan.

• Jadilah seorang “spesialis”. Tak ada orang yang mempunyai sejumlah talenta sekaligus yang semuanya mampu jadi kekuatan andalan. Biasanya, orang hanya memiliki satu dua hal yang ada dalam diri yang jika diasah, akan memunculkan potensi luar biasa. Karena itu, jangan memaksakan diri jika kita—meski menyukai sesuatu—ternyata tak bisa memaksimalkan potensi tersebut.

• Dengarkan suara hati dan jangan pedulikan tanggapan orang lain. Jika kita sudah merasa memiliki sebuah keyakinan akan kemampuan tertentu, perkuat keyakinan itu hingga ke relung hati. Dan, jadikan itu sebagai titik tolak untuk mengasah kemampuan tersebut. Pastinya, semua ada proses. Karena itu, jika keyakinan kita sangat kuat, jangan pedulikan hal-hal melemahkan yang sering dikatakan orang. Teruslah melangkah, karena hanya kita sendirilah yang bisa meraih “hadiah tertinggi” itu. Namun, jika memang kita merasa pendapat orang lain masuk akal, cobalah kembali bertanya pada diri, untuk merespons dan menjadikan pendapat itu sebagai masukan positif.

• Berlatih, berlatih, dan berlatih. Sejatinya, hidup adalah berisi pembelajaran demi pembelajaran. Karena itu, untuk mengasah bakat demi meraih “hadiah tertinggi” dalam hidup, kita pasti dihadapkan dengan berbagai ujian dan cobaan. Jadikan semua itu sebagai proses latihan untuk menguatkan dan mematangkan diri. Sebab, hanya dengan itulah, kita akan tumbuh jadi pribadi yang luar biasa dengan kemampuan yang spesial.

• Bertanggungjawablah pada pilihan kita terhadap potensi apa yang ingin dikembangkan. Tak jarang, ketertarikan kita pada sesuatu berhenti begitu saja karena adanya halangan, tantangan, dan hambatan yang menghadang. Bahkan, kadang kebosanan pun mampu menghentikan langkah kita untuk maju terus. Untuk itu, dibutuhkan komitmen nyata berupa tanggung jawab menyeluruh terhadap apa yang kita yakini.

• Fokuskan pada kekuatan utama yang kita temukan. Tak jarang, kita merasa menemukan banyak bakat yang bisa kita ambil untuk jadi kekuatan sebagai bekal hidup. Jika itu terjadi, fokuskan segenap kekuatan pada apa yang kita merasa terbaik di bidang itu. Kisah Rafael Nadal, petenis pria nomor satu dunia bisa dijadikan contoh nyata. Awalnya, ia memiliki bakat bermain sepakbola. Bahkan, ia pun sudah bersiap memasuki profesi sebagai pemain bola profesional. Tapi, berkat kecermatan pamannya, ia kemudian memilih tenis sebagai fokus hidupnya. Terbukti, kariernya di dunia tenis sangat cemerlang.

• Libatkan orang lain dalam usaha kita memaksimalkan potensi diri. Seperti kisah Nadal yang membutuhkan seorang paman untuk mengenali bakatnya, kita pun demikian. Sebagai mahkluk sosial kita tak bisa hidup sendirian. Butuh orang lain untuk membantu kita menggembleng, mengasah, dan memaksimalkan bakat, baik langsung maupun tidak. Sehingga, saat “hadiah tertinggi” kelak kita dapati, sukses itu juga bisa kita nikmati bersama orang-orang yang mendukung pencapaian kita.

Oleh Tim AndrieWongso