Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat selama 2020, sektor industri memberikan kontribusi bagi investasi senilai Rp272,9 triliun atau 33 persen dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp826,3 triliun.

Hasilnya, realisasi investasi secara nasional pada tahun lalu melampaui target yang dipatok sebesar Rp817,2 triliun atau 101,1 persen.

“Ini capaian yang sangat luar biasa di tengah kondisi pandemi. Bahkan, investasi sektor industri mampu tumbuh double digit,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Menperin mengungkapkan realisasi penanaman modal sektor industri di Tanah Air tumbuh 26 persen, yaitu dari tahun 2019 yang mencapai Rp216 triliun menjadi Rp272,9 triliun pada 2020.

Tatalogam Group menyambut baik langkah strategis yang ditempuh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono yang melarang penggunaan barang impor untuk semua proyek properti dan konstruksi mulai 2021.

Pasalnya, dengan belanja produk dalam negeri dan menekan impor, pemulihan ekonomi bisa dipercepat serta dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja melalui skema padat karya.

Stephanus Koeswandi, Vice President Tatalogam Group, pelaku usaha baja ringan Tanah Air ini menilai, kewajiban penggunaan produk lokal pada proyek properti dan konstruksi dapat dijadikan peluang bagi para pelaku usaha, khususnya di sektor industri baja ringan nasional agar dapat bangkit di 2021 ini.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan investasi pada 2021 sebesar Rp323 triliun, yang didorong dengan implementasi UU Cipta Kerja dan membaiknya perekonomian dunia pasca vaksinasi Covid-19.

Target tersebut meningkat 18 persen dari capaian pada 2020 sebesar Rp272,9 triliun. Target investasi 2021 tidak terlepas dari kinerja capaian investasi 2020 yang dinilai luar biasa karena berhasil tumbuh dua digit.

"Ini luar biasa, perlu saya infokan bahwa investasi di sektor industri tumbuh double digit. Tahun lalu investasi industri menyerap Rp272,9 triliun atau tumbuh 26 persen dibandingkan dengan capaian 2019 yang sebesar Rp216 triliun," katanya kepada Bisnis, Senin (25/1/2021).

Secara khusus, Agus mengatakan meningkatnya investasi di sektor industri logam sejalan dengan keinginan pemerintah memperkuat hilirisasi industri, pembatasan ekspor mineral justru mendorong peningkatan investasi di sektor ini.

Industriawan masih menantikan sejumlah kepastian peraturan pemerintah atau PP sebagai implementasi regulasi dari Undang Undang Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja yang sudah diproses sejak akhir tahun lalu.

Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan asosiasi telah berperan dan berpartisipasi aktif memberi masukan untuk penyusunan RPP Pelaksanaan UU Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja pada sektor Perdagangan dan Perindustrian baik yang dikoordinasikan oleh K/L secara langsung maupun koordinasi Apindo dan Kadin.

Gapmmi, lanjut Rachmat, memastikan regulasi nanti akan menckup kemudahan dalam penanaman modal dan jaminan pasokan bahan baku. Saat ini, industri mamin pun tercatat masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada bahan baku dari impor.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mewujudkan program subtitusi impor 35 persen pada 2022, yang salah satunya diyakini akan membangkitkan kembali kejayaan industri keramik nasional seperti pada 2014 sebagai produsen nomor empat di dunia.

“Implementasinya didukung dengan kebijakan pengendalian tata niaga impor keramik dan pembatasan pelabuhan masuk (bongkar) di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Selain itu, kebijakan Minimum Import Price (MIP) untuk ubin keramik serta pemberlakuan SNI wajib yang diperketat,” kata Menperin Agus lewat keterangan resmi di Jakarta, Senin.

Menperin menegaskan pihaknya melakukan pertemuan dengan Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) guna mencari solusi agar industri keramik nasional bisa lebih berdaya saing di kancah global.

Penjualan semen domestik 2021 diperkirakan meningkat 3-6 persen setelah terkontrasi 10,4 persen pada tahun lalu. Proyek infrastruktur akan menjadi salah satu katalis pertumbuhan tersebut.

Departement Head Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan katalist positif peningkatkan penjualan semen pada tahun ini adalah proyek-proyek infrastruktur terutama karena peningkatan belanja APBN 2021 untuk infrastruktur tumbuh sebesar 47,3 persen atau menjadi Rp414 triliun.

Jumlah anggaran ini sudah lebih besar daripada realisasi anggaran infrastruktur APBN 2019 sebelum pandemi Covid-19 yang sebesar Rp399,8 triliun.

"Katalis selanjutnya tentu program vaksinasi dan efektifitas vaksin yang diharapkan menciptakan ekspektasi positif terhadap kecepatan pemulihan ekonomi nasional," katanya melalui siaran pers, Rabu (20/1/2021).