Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) memproyeksikan pasar domestik dan ekspor akan begerak dalam tren yang semakin positif.

Pasar ekspor tahun depan diperkirakan volume akan tumbuh berkisar 17–22 persen sehingga rata-rata volume ekspor oleokimia Indonesia akan berada di kisaran 364.000 sampai 379.000 ton per bulan.

Ketua Umum Apolin Rapolo Hutabarat mengatakan dengan proyeksi di atas volume ekspor oleokimia pada 2021, maka pengapalan akan berada pada kisaran 4,3–4,6 juta ton.

Sementara itu pasar domestik yang saat ini berada pada 150.000 ton per bulan, pada tahun depan diperkirakan akan tumbuh 10–12 persen, sehingga volume serapan di dalam negeri berada pada kisaran 165.000-168.000 ton per bulan.

Kalangan dunia usaha optimistis kuartal II/2021 sektor manufaktur akan bangkit dari kontraksi dan mulai mencatatkan pertumbuhan positif.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri pengolahan nonmigas kuartal I/2021 minus 0,71 persen. Namun secara kuartalan, angka itu sudah menunjukkan perbaikan dari kuartal IV/2020 yang minus 2,22 persen.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan dengan berbagai indikasi yang telah ada saat ini manufaktur akan bergerak lebih baik.

Salah satunya PMI April yang menunjukkan level ekspansif di posisi 54,6 dan diproyeksi akan berlanjut pada Mei karena merupakan periode konsumsi tinggi masyarakat dengan adanya Ramadan dan Lebaran.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri furnitur terus menggeliat di tengah pandemi COVID-19 sekarang ini, sehingga akan terus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah.

"Ekspor produk furnitur tahun 2020 mengalami peningkatan dengan nilai 1,91 miliar dolar AS atau meningkat 7,6 persen dari tahun 2019 senilai 1,77 miliar dolar Amerika," kata Menperin saat peresmian PT Woodone Integra Indonesia di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa.

Ia mengatakan, dari jumlah tersebut, Indonesia berada di deretan eksportir produk-produk furnitur besar selain China, Jerman, Polandia, Italia, dan Vietnam.

"Negara-negara tujuan ekspor terbesar furnitur Indonesia tahun 2020 adalah AS, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman," ujarnya.

Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang resmi menerima tenant pertamanya pada Kamis (20/5/2021). Perusahaan kaca asal Korea Selatan, KCC Glass Corporation, bakal menjadi pabrik kaca terbesar di Asia Tenggara.

Dilaporkan, KCC Glass Corporation bakal menanamkan investasi sebesar Rp5 triliun. Apabila telah beroperasi secara penuh, 1.300 orang tenaga kerja akan mampu diserap pabrik tersebut.

Chief Executive Officer (CEO) KCC Glass Corporation, Nae-Hoan Kim, yakin bahwa pemilihan Batang sebagai lokasi pabrik pertamanya di luar negeri bakal membawa sejumlah keuntungan. Hal tersebut disampaikannya ketika meresmikan peletakan batu pertama pembangunan pabrik tersebut.

“[Lokasinya] tepat di balik gunung dan menghadap air, [lokasi ini menurut kepercayaan Korea] akan membawa energi dan kesejahteraan bagi generasi ke generasi,” jelas Kim dalam sambutannya.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat kinerja industri petrokimia yang merupakan salah satu sektor prioritas tetap tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19.

Menurut Kemenperin, kinerja industri petrokimia tetap tumbuh positif dengan utilisasi 95 persen karena termasuk industri yang mampu mensubstitusi produk impor.

Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mencatat, sebanyak 55 persen bahan baku produk petrokimia masih impor. Menurut Inaplast dampak pandemi terhadap industri petrokimia, hanya terjadi pada tiga bulan pertama, setelah itu industri mampu recovery.

Kinerja positif tersebut juga ditunjukan oleh perusahaan petrokimia milik negara, PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro) dan anak usaha. Berbagai rencana pengembangan bisnis TubanPetro Group, tetap berjalan on the track.

Kementerian Perindustrian terus mendorong inovasi produk industri dalam negeri agar dapat dioptimalkan, baik dari sisi produktivitasnya maupun pemasarannya. Hal ini sejalan dengan program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dan substitusi impor.

“Jadi, tugas pemerintah itu selain untuk mengawal produknya sampai jadi, termasuk mulai dari proses dan rekayasanya, juga dapat menciptakan market-nya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seusai mendampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat mengunjungi PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (PT YPTI) di Sleman, Yogyakarta, yang dikutip dari siaran pers Kemenperin, Kamis (20/5).

Agus menjelaskan, pengoptimalan penggunaan produk industri dalam negeri bisa dimulai dari anggaran belanja kementerian dan lembaga. Selain itu, pemerintah juga membuka fasilitas sertifikasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk memberikan kepastian legalitas terkait kandungan nilai produk dalam negeri.