Membuka 2022, purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia mencatatkan angka ekspansif 53,7 pada bulan pertama tahun ini, naik tipis dari posisi Desember 2021 di level 53,5.

Menurut data PMI IHS Markit, angka tersebut mewakili perbaikan kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia selama lima bulan berturut-turut, dengan tingkat pemulihan terkuat sejak November 2021.

Kondisi permintaan secara umum menguat, sebagian karena kenaikan penjualan asing yang mendukung peningkatan lebih tajam pada output manufaktur. Hal ini kemudian mendorong kenaikan aktivitas pembelian dan kenaikan tipis pada ketenagakerjaan.

Kenaikan permintaan barang buatan Indonesia pada bulan lalu menjadi yang tertinggi dalam tiga bulan, dengan pesanan ekspor mencatatkan angka rekor.

Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) mencatat volume produksi pada 2021 naik 12,8 persen menjadi 1,24 juta ton dari capaian 2020 sebesar 1,1 juta ton.

Namun demikian, Ketua Umum AKLP Yustinus Gunawan mengatakan penjualan hanya mampu terkerek 4,2 persen terkendala masalah logistik dan kelangkaan kontainer. Hal itu juga berimbas pada turunnya komposisi ekspor yang semula 41 persen menjadi 36,5 persen.

"Komposisi ekspor turun 4,9 persen, dan rasio pasokan ke domestik menjadi 63,5 persen atau meningkat 10,2 persen," kata Yustinus kepada Bisnis, Selasa (25/1/2022).

Kapasitas terpasang kaca lembaran lokal tercatat mencapai 1,35 juta ton per tahun. Pada 2019 atau sebelum pandemi, produksi mencapai 1,12 juta ton dengan utilitas 83 persen. Pada 2020, produksi turun tipis menjadi 1,10 juta ton, dengan utilitas produksi hanya turun 2 persen saja.

Pemerintah mendorong investasi sektor kesehatan sebagai upaya untuk mengatasi impor. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengatakan, pada tahun lalu pemerintah pusat dan daerah telah mengucurkan dana sebesar US$ 34,77 miliar di sektor kesehatan.

Oleh sebab itu pemerintah akan memprioritaskan pembelian farmasi dan alat kesehatan di dalam negeri.

"Indonesia mendorong investasi di sektor kesehatan guna pemenuhan kebutuhan di dalam negeri. Pada tahun 2021 pengeluaran pemerintah pusat dan daerah untuk sektor kesehatan mencapai US$ 34,77 miliar," kata Jokowi dalam acara B20 Indonesia Inception Meeting 2022, Kamis (27/1/2022).

"Kita akan memprioritaskan pembelian farmasi dan alat-alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri. Prinsipnya kalau sudah bisa diproduksi di dalam negeri, anggaran pemerintah tidak akan membeli yang impor," sambungnya.

Pengapalan semen tumbuh 25 persen pada 2021 menjadi 11,6 juta ton dari tahun sebelumnya 9,2 juta ton.

Asosiasi Semen Indonesia mencatat total penjualan semen pada tahun lalu mencapai 77,81 juta ton, dengan 66,21 juta ton diantaranya merupakan konsumsi dalam negeri.

"Dengan kata lain total penjualan dalam negeri dan ekspor tahun lalu sudah identik dengan total penjualan sebelum pandemi Covid-19," kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso kepada Bisnis, Senin (24/1/2022).

Total penjualan semen pada 2019 diketahui sebesar 75,50 juta ton dengan konsumsi dalam negeri 69,99 juta ton dan ekspor 5,51 juta ton.

Investasi di industri manufaktur sepanjang 2021 menembus angka Rp325,4 triliun, tumbuh 35,1 persen dibandingkan capaian 2020 sebesar Rp272,9 triliun.

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), Kamis (27/1/2022), capaian tersebut terdiri atas penanaman modal dalam negeri (PMDN) sbeesar Rp94,7 triliun dan penanaman modal asing (PMA) sebesar US$15,8 miliar.

Sementara itu, berdasarkan sektor industrinya, investasi di logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya, mencatatkan total investasi tertinggi sebesar Rp117,5 triliun dengan pertumbuhan 13 persen.

Capaian tersebut diikuti dengan sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran Rp117,4 triliun, transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp107,4 triliun, listrik, gas dan air sebesar Rp81,6 triliun dan pertambangan Rp81,2 triliun.

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menyatakan iklim investasi menjadi tantangan bagi upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor alas kaki. Hal itu terkait dengan biaya input tenaga kerja yang harus dijaga agar harga di pasar ekspor dipertahankan tetap kompetitif.

Sepanjang Januari–November 2021, kinerja ekspor alas kaki nasional mencatatkan pertumbuhan 27,3 persen menjadi US$5,52 miliar yang didominasi oleh sepatu olah raga sebesar 69,52 persen.

Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakrie mengatakan peluang perluasan kinerja ekspor alas kaki masih terbuka lebar. Di satu sisi Indonesia memiliki nilai tambah setelah mampu mempertahankan utilitas produksi di tengah pandemi. Namun di sisi lain, iklim investasi terkait dengan tenaga kerja tetap menjadi tantangan.