Kementerian Perindustrian optimistis Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia membaik kembali seiring membaiknya indikator Covid-19.

IHS Markit hari ini melaporkan PMI Manufaktur periode Juli 2021 anjlok ke level 40,1 pasca delapan bulan berturut-turut mencatatkan level ekspansif di atas poin 50.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri mengatakan saat ini Kemenperin mengakui memang ada penurunan utilisasi industri sejak lonjakan Covid-19 dan pemberlakuan PPKM. Menurut hasil pemantauan di lapangan, penurunan produksi terutama terjadi pada industri kategori esensial karena berkurangnya pekerja yang diperbolehkan bekerja.

"Namun, kami optimis bahwa utilisasi industri tersebut akan meningkat kedepan seiring dengan membaiknya indikator Covid-19 yakni kasus positif menurun, BOR menurun dan positivity rate menurun," katanya kepada Bisnis, Senin (2/8/2021).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan peforma kinerja industri manufaktur bergerak positif pada kuartal kedua tahun ini, khususnya dalam sumbangsihnya terhadap neraca perdagangan.

Sektor industri manufaktur berkontribusi 78,8 persen terhadap ekspor atau mencapai US$18 miliar dari total ekspor nasional sebesar US$102 miliar pada Januari hingga Juni 2021.

“Kontribusi sebesar itulah pemicu lahirnya surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$8,22 miliar. Hemat saya, prestai ini sangat membanggakan karena diraih di tengah-tengah kondisi sulit, pandemi Covid-19 gelombang kedua,” kata Agus melalui keterangan tertulis, Rabu (28/7/2021).

Agus menambahkan kinerja industri pengolahan nonmigas masih mengalami kontrasksi sebesar 0,71 persen pada triwulan pertama tahun ini. Kendati demikian, perlambatannya masih lebih baik jika dibandingkang dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi hingga 0,74 persen.

Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan utilisasi industri makanan dan minuman (mamin) tetap tinggi, bahkan mencapai 89 persen meski di tengah pandemi.
Ia mengatakan saat meninjau PT Unilever Indonesia (Walls Factory) dan Mondeléz Indonesia (pabrik biskuit Oreo dan Ritz) kemarin. utilisasi kedua perusahaan selama masa pandemi sama-sama menyentuh di angka kisaran 89 persen.

Artinya, kata dia, produktivitas tetap berjalan baik dan justru permintaannya semakin meningkat, baik di pasar domestik maupun mancanegara.

“Dengan adanya SE Menperin, kami juga ingin memastikan kebutuhan pokok masyarakat dapat terpenuhi,” ujar Putu melalui keterangan tertulis, Sabtu.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut Indonesia mempunyai potensi besar dalam memacu kinerja industri komponen bangunan untuk infrastruktur dan properti.

Hal itu dengan melihat ketersediaan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), yang juga ditopang melalui pemanfaatan teknologi terbaru.

"Saat ini, kami bahkan mendorong industri-industri material tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri hingga untuk permintaan ekspor,” katanya pada diskusi virtual Urban Forum 2021, Selasa (27/7/2021).

Agus pun menjabarkan kondisi sejumlah industri komponen bangunan. Salah satunya industri semen dengan jumlah produksinya sebanyak 64,83 juta ton pada 2020 dengan utilisasi mencapai 56 persen.

Industri alat berat melanjutkan tren peningkatan kinerja produksi sepanjang kuartal II/2021 lalu.

Mengutip data Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi), produksi berhasil melesat hingga 122 persen menjadi 1.406 unit dari periode yang sama tahun lalu yang hanya 631 unit. Sementara itu jika dibandingkan dengan kuartal I/2021 ada penurunan tipis, yakni 11 unit.

Ketua Umum Hinabi Jamaludin mengatakan penurunan di kuartal II/2021 ini masih disebabkan oleh kendala material dan juga mulai meningkatnya kasus Covid-19 pada akhir Juni. Alhasil, produksi tidak bisa melebihi dari perolehan kuartal pertama tahun ini.

Kinerja industri manufaktur selama pandemi Covid-19, khususnya di semester I/2021, tercatat bertahan bahkan tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19.

Hal tersebut terlihat dari Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur berdasarkan survei IHS Markit yang menunjukkan pertumbuhan ekspansif dari Januari hingga Juni 2021. Meskipun, terdapat perlambatan di Juni 2021 terlihat dari turunnya indeks ke level 53,5 dari 55,3 pada Mei 2021.

Akan tetapi, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Ina Primiana memandang konsistensi laju ekspansif dari PMI Manufaktur di tengah pandemi Covid-19 layak disebut luar biasa dan digdaya.