Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengoptimalkan restrukturisasi mesin industri kecil dan menengah (IKM) seiring peningkatan ekspor furnitur hingga 30,8 persen pada periode Januari-Agustus 2021 dibandingkan periode sama 2020.

"Ini menandakan bahwa produk furnitur kita sudah kompetitif di kancah global. Apalagi, produk furnitur kita dinilai unik dan inovatif karena terobosan-terobosan yang dilakukan para pelaku industri agar bisa berdaya saing," kata Plt Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita lewat keterangannya di Jakarta, Minggu.

Di tengah tekanan berat karena dampak pandemi COVID-19, industri furnitur nasional mampu menunjukkan performa yang cemerlang. Hal ini tercermin dari nilai ekspor industri furnitur pada 2020 sebesar 2,19 miliar dolar AS atau naik 12,2 persen dibandingkan 2019.

Kinerja industri furnitur tumbuh 8,04 persen pada kuartal I/2021, setelah terkontraksi 7,28 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan subsektor industri kayu, barang dari kayu, rotan dan furnitur menyumbangkan sebesar 2,60 persen terhadap pertumbuhan kelompok industri agro. Adapun pertumbuhan industri agro tercatat 2,26 persen pada kuartal kedua 2021.

"Artinya, industri furnitur dan kerajinan terbukti memiliki tingkat resiliensi yang tinggi di saat pandemi," kata Agus dalam keterangannya, Senin (20/9/2021).

Agus mengemukakan, salah satu faktor yang mendongkrak penjualan produk furnitur di saat pandemi, yaitu adanya peralihan atau reorganisasi signifikan belanja rumah tangga masyarakat, dari yang untuk hiburan, pariwisata atau transportasi, menjadi kebutuhan untuk menata dan merenovasi rumah.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi kalangan industri elektronika yang berkinerja baik dan konsisten dalam merealisasikan investasi di Indonesia saat pandemi COVID-19.

"Industri elektronika juga menjadi salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan dalam kesiapan memasuki era industri 4.0," kata Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.

Pernyataan tersebut disampaikan Menperin usai menghadiri pelepasan ekspor produk mesin cuci PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI), di mana pabrik tersebut merupakan relokasi dari China ke Indonesia.

Menurut Menperin, strategi dalam meningkatkan kinerja gemilang di sektor industri elektronika nasional, antara lain adalah menarik pemain global terkemuka dan mengembangkan kemampuan dalam memproduksi komponen elektronik bernilai tambah tinggi.

Diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang berlaku mulai 1 Maret 2021 ikut mengerek kinerja industri komponen otomotif dan ban.

Sebelumnya, pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 120/2021 resmi memperpanjang diskon PPnBM 100 persen untuk mobil dengan isi silinder di bawah 1.500 cc sampai Desember 2021.

Periode pertama berlangsung Maret–Mei 2021, diikuti dengan periode selanjutnya Juni–Agustus, dan kini diperpanjang hingga akhir 2021.

Wan Fauzi, Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (PIKKO), menyambut baik perpanjangan kebijakan tersebut. Saat ini, tingkat permintaan komponen masih di angka 60 persen dibandingkan dengan sebelum pandemic.

Diharapkan sampai akhir tahun permintaan dapat terkerek menjadi 70 persen. Dia mengakui, ada tren peningkatan permintaan komponen sejak diskon PPnBM diberlakukan.

Kebijakan subsidi harga gas industri menjadi US$6 per metric million british thermal unit (MMBtu) mampu mengerek daya saing produk keramik dalam negeri.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan hal itu dibuktikan dengan kinerja ekspor keramik yang tumbuh 23 persen pada semester I/2021 dan 30 persen sepanjang tahun lalu. Sementara itu, kinerja utilisasi produksi sampai dengan September sudah mencapai 75 persen.

"Kinerja ekspor tersebut ditopang oleh peningkatan penjualan ke negara tujuan seperti Filipina, Malaysia, dan Australia," kata Edy kepada Bisnis, Selasa (21/9/2021).

Dia melanjutkan Asaki juga berencana untuk menyerap pemanfaatan gas lebih banyak dengan mengoptimalkan utilisasi produksi keramik nasional, di mana pada 2019-2020 berkisar 60-65 billion bristh thermal unit per day (BBTUD) dan saat ini berada di atas 80 BBTUD.

Program substitusi impor yang ditargetkan mencapai 35 persen pada 2022 harus sejalan dengan daya dukung yang sinergi antarlembaga dan kementerian.

Ahmad Heri Firdaus, Peneliti di Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef, mengatakan bahwa peningkatan daya saing industri perlu diiringi dengan dukungan yang sinergis.

“Substitusi itu kan yang tadinya impor lalu kita bisa menghasilkan sendiri di dalam negeri, tetapi perlu yang namanya daya dukung. Untuk berdaya saing harus didahului dengan daya dukung,” ujar Ahmad dalam sebuah webinar, Kamis (16/9/2021).

Hal pertama untuk mencapai target substitusi impor, kata dia, adalah mengerek utilisasi industri ke level 80 persen ke atas. Pasalnya, penahanan impor di saat kapasitas produksi belum membaik akan menimbulkan kelangkaan bahan baku.