Relokasi beberapa industri dari China dinilai ikut memacu peningkatan realisasi investasi asing langsung bagi Indonesia. Hanya saja, tidak seluruh investasi dari ‘Negeri Panda’ bisa leluasa, khususnya yang bisa merusak lingkungan maupun menghempaskan industri lokal.
Pada 2023, total penanaman modal asing langsung sektor manufaktur tercatat moncer, dengan peningkatan sebesar US$4 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Secara total, nilai investasi asing itu tembus US$28,7 miliar.
Merujuk riset Jones Lang LaSalle (JLL), tren kenaikan investasi asing ini bakal berlanjut, terutama ditopang aliran dana seiring relokasi manufaktur China. Keputusan manufaktur China merelokasi pabrik antara lain memperkuat rantai pasok, serta meminimalkan gangguan dari sisi pasar maupun distribusi.
Lebih jauh, seperti dicatat JLL, manufaktur China yang lebih memilih relokasi ke Asia Tenggara dan India, membidik peluang berupa tingkat upah dan biaya bahan baku murah. Tidak hanya itu, kesiapan hingga harga lahan juga menjadi pertimbangan penting.
Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) memproyeksi industri kaca Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara tahun ini setelah pabrik kaca milik KCC Glass dari Korea dan Xinyi Glass Holdings Ltd dari China memulai produksi.
Ketua Umum AKLP Putra Narjadi mengatakan kedua pabrik tersebut akan menambahkan kapasitas produksi masing-masing sekitar 750 ton kaca per hari. Adapun, total kapasitas produksi kaca saat ini sebesar 1,23 juta per tahun.
"Di tahun ini Indonesia akan melewati Malaysia akan kembali menjadi nomor 1 di Asia Tenggara dengan adanya 2 pemain baru dari Korea Selatan dari China yang akan mulai produksi di akhir tahun dan awal tahun depan," kata Putra di Jakarta, Kamis (30/5/2024).
Putra menerangkan Indonesia sempat menjadi produsen kaca terbesar di Asean pada 2-3 tahun lalu. Namun, Malaysia kedatangan 3 pabrik kaca besar sehingga kapasitasnya mencapai 2,04 juta per tahun.
Semen produksi Indonesia ternyata diminati banyak negara. Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non-Logam Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Nadi Astuti mengatakan semen Indonesia berhasil menembus pasar internasional.
Selain itu Indonesia juga mengekspor klinker atau semen setengah jadi.
"Ada dua jenis barang yang berkaitan semen yang diekspor, pertama itu adalah klinker atau semen setengah jadi, kedua adalah semen itu sendiri. Kalau dari sisi volume, yang lebih banyak diekspor ini semen setengah jadi atau klinker dibanding semennya itu sendiri," kata Putu di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Selasa (4/6/2024).
Semen hasil produk negara di Asia, Afrika, hingga Australia. Menurut Putu, negara-negara tersebut sedang masif melakukan pembangunan.
"Berdasarkan data ekspor, untuk klinker sebagian besar diekspor ke Bangladesh, Australia, Taiwan, Filipina, Brunei, Fiji dan Malaysia. Sedangkan semen sendiri diekspor ke negara-negara pasar tradisional yang memang saat ini melakukan pembangunan masif, seperti Timor Leste, Mauritius, Sri Lanka, Filipina, Papua New Guinea, Maldives, itu negara-negara tujuan ekspor semen," paparnya.
Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk pengembangan industri kosmetik dalam negeri. Konsumsi perkapita kosmetik di Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara competitor seperti Thailand dan Malaysia walaupun memiliki jumlah penduduk melebihi negara-negara tersebut. Kemudian, dari sekitar Rp150 Triliun PDB yang dihasilkan oleh Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia, termasuk industri kosmetik, baru sekitar 30% berasal dari nilai tambah industri dalam negeri, sedangkan sebesar 70% masih dari luar negeri. Hal tersebut merupakan peluang besar untuk direbut oleh industri lokal.
“Saya senang mendengar angka-angka tersebut. Artinya, ini adalah potensi yang bisa diraih di Indonesia. Karenanya, saya meminta kepada multinational brands yang bergerak di industri kosmetik dan selama ini hanya melihat Indonesia sebagai pasar untuk mulai berinvestasi di sini,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada pembukaan Indonesia Cosmetics Ingredients Expo & Seminar (ICI) 2024 di Jakarta International Expo, Rabu (29/5).
Untuk memanfaatkan peluang-peluang tersebut, salah satu faktor penting yang perlu dilakukan adalah mendorong penggunaan bahan baku kosmetik yang berasal dari dalam negeri.
Kementerian Perindustrian mencatat sepanjang 2023 nilai ekspor produk elektronika dan telematika Indonesia tercatat US$ 9,09 miliar. Ini untuk produk home appliance dan peralatan telekomunikasi.
Direktur Industri Elektronika dan Telematika (IET) Kemenperin, Priyadi Arie Nugroho menjelaskan pemerintah kini terus berupaya untuk memperluas akses pasar ekspor industri nasional. "Khususnya ke pasar ekspor ke negara potensial seperti Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika," kata Priyadi dalam keterangannya, ditulis Senin (3/6/2024).
Kemenperin menjelaskan kini permintaan terhadap produk telekomunikasi dan komunikasi saat ini menjadi booming seiring dengan pemenuhan berbagai kebutuhan layanan teknologi digital yang semakin tumbuh pesat di seluruh dunia. Produk tersebut di antaranya adalah handphone, laptop, kabel dan aplikasi digital yang kini menjadi kebutuhan mendasar bagi industri maupun masyarakat pada umumnya.
Kementerian Perencanaan Pembangunan (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) membidik industri pengolahan tumbuh di kisaran 5,5%-6,1%, dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 19,3%-19,6% pada 2025.
Target tersebut lebih tinggi dari sasaran pertumbuhan tahun ini sebesar 4,93% dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 18,80%. Adapun, target ini tertuang dalam Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah 2025 di era pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Faktor-faktor pendorong kinerja industri pengolahan pada tahun 2025 antara lain, beberapa proyek investasi yang diharapkan sudah masuk tahap operasional di tahun 2025," demikian bunyi dokumen tersebut, dikutip Selasa (28/5/2024).
Page 14 of 116