Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat ada 1.641 perusahaan yang sedang membangun fasilitas produksi baru dengan nilai investasi mencapai Rp 803,2 triliun. Hal ini terjadi pada semester I 2025 berdasarkan data Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas).

Tenaga kerja yang terserap pada industri baru dibangun tersebut diperkirakan mencapai 3,05 juta orang. Menurut Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, angka ini jelas jauh lebih besar dari jumlah PHK yang disampaikan oleh Kementerian lain ataupun asosiasi pengusaha.

Febri memang membantah tudingan yang menyebut bahwa badai PHK masih terjadi di sektor industri manufaktur. Menurutnya, isu PHK harus dilihat secara proporsional, didukung data yang akurat dan analisis serta penjelasan lebih komprehensif.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan bahwa pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) menjadi kunci utama dalam memperkuat struktur industri manufaktur nasional. Hal ini disampaikan pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025.

Menurut Agus, kebijakan TKDN tidak hanya mengurangi ketergantungan impor, tetapi juga membuka peluang bagi pengembangan industri komponen lokal.

“Kami yakini penggunaan lokal konten atau TKDN itu akan memperkuat struktur biaya, selain mengurangi ketergantungan kita terhadap impor, dan membuka peluang bagi berkembangnya industri komponen dalam negeri,” tegasnya di ICE BSD, Kamis (24/7/2025).

Dia menekankan, pemerintah tetap berkomitmen memperkuat sinergi antara pelaku usaha dan industri pendukung untuk menciptakan fondasi industri yang lebih tangguh dan berdaulat.

Industri manufaktur di Indonesia merupakan sektor penting dalam perekonomian nasional karena memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan lapangan kerja.

Sektor tersebut mencakup berbagai jenis industri, mulai dari makanan dan minuman, farmasi, kimia, logam dan mesin, tekstil dan pakaian, otomotif, hingga elektronik.

"Sektor ini menyumbang 17,5% terhadap PDB dan 79,4% terhadap ekspor nasional pada triwulan I-2025,” kata Staf Ahli Menteri Perindustrian, Emmy Suryandari, Senin (28/7).

Dia kemudian menekankan pentingnya empat strategi industri nasional yakni melalui hilirisasi, transformasi digital, industri hijau, dan penguatan SDM.

PT Xinhai Knitting Indonesia menggelontorkan investasi US$ 40 juta atau Rp 648 miliar (kurs Rp 16.200) di Brebes, Jawa Tengah. Dana itu akan digunakan untuk membangun pabrik seluas 8 hektare.

Nantinya Xinhai akan memasok produk untuk brand H&M. Menurut Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza , proyek tersebut mampu menyerap tenaga kerja hingga 8.000 orang.

"Ini tidak hanya menandai dimulainya pembangunan fisik, namun juga awal dari kerja sama jangka panjang yang kami harapkan ikut memberikan manfaat nyata bagi para investor, pemerintah, serta masyarakat lokal," ujarnya pada peletakan batu pertama pabrik tersebut, dikutip detikcom Selasa (22/7/2025).

Menurut Faisol, investasi PT Xinhai Knitting Indonesia ini mencerminkan adanya kepercayaan yang kuat terhadap bangsa Indonesia. "Bahwa Indonesia bukan hanya mampu menarik investasi, tetapi juga memiliki potensi besar dalam meningkatkan daya saing sektor industri TPT di pasar global," ujarnya.

Kebutuhan kereta api di Tanah Air terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan jalur yang menghubungkan pusat-pusat ekonomi baru. Mobilitas penumpang dalam lima tahun ke depan diprediksi tumbuh 10,6% per tahun, sedangkan angkutan barang mencapai 12,3% per tahun.

Oleh karena itu, Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menekankan pentingnya pendalaman struktur industri dalam negeri untuk memperkuat daya saing sektor perkeretaapian nasional, misalnya didukung dari industri berbasis logam.

Selain mengoptimalkan kebutuhan pasar domestik, Kementerian Perindustrian juga terus mendorong industri kereta api bisa merebut peluang pasar ekspor.

Hal ini mengacu pada laporan Grand View Research (2023), bahwa potensi pasar global untuk sarana kereta api diperkirakan mencapai US$ 96,5 miliar pada tahun 2030 atau setara Rp 1.572 triliun (kurs Rp 16.300), dengan pertumbuhan tahunan sebesar 6,3 persen.

Kesepakatan tarif dagang terbaru antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) menjadi angin segar bagi industri tekstil hingga alas kaki dalam negeri. 

Indonesia berhasil mengamankan tarif dasar 19% untuk ekspor ke Negeri Paman Sam, turun jauh dibandingkan sebelumnya 32%. Besaran tarif ini dinilai menjadi kemenangan besar bagi Indonesia, terutama untuk sektor industri padat karya tekstil dan alas kaki yang memiliki pangsa pasar besar di AS. 

Pasalnya, negara eksportir tekstil dan alas kaki kompetitor, seperti Vietnam, China, India, dan Bangladesh, dikenai tarif yang lebih tinggi oleh Presiden AS Donald Trump. Pelaku usaha menilai kondisi ini dapat meningkatkan daya saing produk asal Indonesia. 

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan, pihaknya mengapresiasi upaya negosiasi yang dilakukan pemerintah hingga membuahkan hasil positif, meskipun penurunan tarif tersebut masih terbilang tinggi.