Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan daya saing dan kemandirian industri nasional agar mampu menghasilkan produk-produk mesin industri yang selama ini masih diimpor.

Berdasarkan data impor nasional periode Januari-Juli 2023, impor barang modal mencapai USD22,45 miliar atau sekitar 17,5% dari total impor nasional. Sedangkan impor bahan baku mencapai USD93,97 miliar atau 73,25% dari total impor nasional.

Upaya meningkatkan kemandirian industri nasional yang ditempuh Kemenperin adalah melalui pengembangan dan peningkatan penguasan teknologi industri, salah satunya melalui pendirian Indonesia Manufacturing Center (IMC).

“Pendirian IMC oleh Kemenperin dilatarbelakangi oleh challenge dari Bapak Presiden Joko Widodo, bahwa Indonesia sudah harus memperhatikan machine making machine (3M) atau memproduksi mesin sendiri.

Pemerintah menargetkan mobil listrik nasional hasil kerja sama dengan Geely Automobile Ltd bisa diproduksi pada 2025-2026 mendatang. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

Dengannya, diharapkan bisa merangsang daya beli masyarakat terhadap kendaraan listrik berbasis baterai, sehingga mempercepat pembentukan ekosistem electric vehicle (EV) untuk menuju Net Zero Emission (NZE) di 2060 mendatang.

"Saya meminta salah satu guru besar dari ITB, Prof Satrio untuk mengumpulkan dari UI, ITS, UGM, dan ahli-ahli kita untuk kerja sama (membentuk tim riset). Presiden sudah setuju," kata Luhut dalam eminar Nasional IKAXA 2023 di Jakarta, Kamis (14/9/2023).

"Sehingga tahun 2025 atau paling lambat 2026, kita sudah punya mobil listrik yang dibuat bangsa sendiri," lanjutnya.

Perbaikan kinerja industri China mulai berdampak pada meningkatnya permintaan sehingga mendongkrak ekspor non-migas Indonesia dengan komoditas unggulan yakni besi dan baja (HS 72), menggantikan crude palm oil (CPO).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional (BPS), ekspor komoditas besi dan baja melonjak sejak 2022-2023 dengan pertumbuhan masing-masing 29,90 persen dan 28,58 persen.

Hal inipun tercermin dari peningkatan nilai ekspor besi dan baja ke China pada semester I/2023 yakni senilai US$2,89 juta, naik dari capaian ekspor periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$2,76 juta.

Tak hanya besi dan baja, secara keseluruhan, eskpor nonmigas ke China tercatat naik 9,36 persen (month-to-month/mtm) yang juga dipicu oleh kenaikan permintaan lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15).

Kinerja manufaktur Indonesia diperkirakan semakin bergairah seiring dengan pertumbuhan kinerja industri makanan dan minuman yang akan membaik hingga akhir 2023.

Untuk diketahui, laporan S&P Global mencatat Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia kembali menguat ke level 53,9 pada Agustus 2023, atau naik 0,6 poin dari bulan sebelumnya di angka 53,3.

Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bobby Gafur Umar mengatakan meski masih dalam tahap pemulihan, industri makanan dan minuman berpotensi menjadi kontributor besar dalam meningkatkan level PMI.

"Dari sektor makanan dan minuman ini bisa jadi salah satu pendukung kenaikan PMI yang otomatis kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi lebih banyak," kata Bobby kepada Bisnis, Rabu (13/9/2023).

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan hilirisasi komoditas silika memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri semikonduktor yang memiliki prospek sebagai penghasil devisa dan pencipta lapangan kerja yang besar.

"Indonesia perlu mendorong pengembangan industri hulu dan industri antara melalui hilirisasi silika menjadi wafer silikon berbasis Solar Grade Silicon (SGS) dan Electronic Grade Silicon (EGS)," kata Staf Ahli Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri Kemenperin Ignatius Warsito dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Warsito mengatakan wafer silikon merupakan material building block bagi industri semikonduktor dan sel surya, namun saat ini industri yang mengolah silika hingga menjadi wafer silikon solar grade belum tersedia di Indonesia.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendukung industri untuk bisa menghasilkan produk alternatif plastik sekali pakai seperti yang dilakukan PT ATMI IGI Center lewat kemitraan dengan Solinatra Group BV.

“Saat ini, masyarakat di seluruh dunia perlu segera mencari alternatif yang lebih bersih untuk menggantikan plastik, yang telah menyumbang 3,2 persen dari emisi CO2 global dan mencemari lautan dengan 15 juta ton plastik setiap tahunnya. Bahkan, mikroplastik telah ditemukan di Kutub Utara, di Palung Mariana, di udara yang kita hirup, di ikan yang kita makan, dan bahkan di tubuh kita sendiri,” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (Dirjen KPAII) Kemenperin Eko S. A. Cahyanto lewat keterangan di Jakarta, Selasa.