Center of Reform and Economics (CORE) Indonesia memprediksi kinerja industri pengolahan atau manufaktur dapat tumbuh positif di kisaran 5,4%-5,6% pada 2024. Namun, ada banyak catatan untuk bisa mewujudkan pertumbuhan tersebut.

Ekonom Core Indonesia Indonesia sekaligus Guru Besar Universitas Padjadjaran (Unpad), Ina Primiana, mengatakan produk domestik bruto (PDB) atas industri pengolahan melanjutkan tren penguatan yang tumbuh sebesar 5,20% pada triwulan III/2023.

"Jika konsisten, maka di tahun 2024 industri manufaktur akan semakin kuat dengan pertumbuhan bisa mencapai 5,4%-5,6%," kata Ina dalam Outlook Sektor-sektor Strategis CORE, dikutip Rabu (24/1/2024).

Untuk mewujudkan target tersebut, Ina menuturkan, peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) harus lebih digenjot. Dia mencatat, belanja barang dan belanja modal pemerintah tahun ini mencapai Rp655 triliun.

Kementerian Perindustrian memproyeksikan industri manufaktur akan bertumbuh seiring dengan perluasan pasar ekspor di kancah global.

Hal ini karena didukung kualitas produk lokal yang kian berdaya saing dan permintaan pasar ekspor yang terus meningkat, sehingga mendorong optimalisasi produktivitas perusahaan.

Kemenperin mencatat, pada triwulan III tahun 2023, industri logam dasar tumbuh double digit sebesar 10,86%.

Capaian ini melampaui jauh dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,94% dan kinerja industri pengolahan nonmigas yang tumbuh berada di angka 5,02%.

“Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, khususnya sektor logam dasar ditopang oleh tingginya demand, di mana performa positif dari sektor industri logam dasar tersebut didukung oleh peningkatan permintaan pasar khususnya ekspor,” papar Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi dalam keterangan resmi, Kamis (18/1).

Kementerian Perindustrian terus mendorong peningkatan potensi industri pengolahan daging, salah satunya melalui penyusunan kebijakan-kebijakan yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan menjaga keberlangsungan industri ini.

Peningkatan permintaan masyarakat terhadap produk pangan olahan serta masih rendahnya konsumsi daging nasional merupakan peluang bagi industri pengolahan daging untuk mengembangkan pasar produk daging olahan di dalam negeri. “Hal ini juga beriringan dengan program pemerintah untuk meningkatkan konsumsi protein hewani nasional dalam rangka menekan angka stunting dan gizi buruk,” Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyampaikan dalam sambutannya pada acara Musyawah Nasional National Meat Processors Association – Indonesia (NAMPA) di Jakarta, Rabu (17/01) lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sejumlah negara tujuan utama ekspor tahun 2023 beserta komoditas yang diminati negara tersebut, mulai dari China, Amerika Serikat (AS), Jepang, India, hingga Filipina.

Adapun, total ekspor periode Januari-Desember 2023 mencapai US$258,82 miliar, atau turun 11,33% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$291,90 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan sepanjang 2023 tercatat 3 besar negara tujuan utama ekspor berturut-turut berdasarkan share yaitu China yaitu 25,09%, kemudian AS yaitu 8,98%, dan Jepang yaitu 8,03%.

"Dengan China, komoditas yang paling banyak di ekspor oleh Indonesia adalah berupa ferronickel dengan nilai US$14,95 miliar atau mencakup 23,02% dari total ekspor ke China," kata Pudji dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024).

Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) optimistis kinerja industri mesin akan melanjutkan pertumbuhan positif ditopang tren ekspansi manufaktur.

Chairman of GAMMA, Dadang Asikin mengatakan industri logam mesin telah mengalami pertumbuhan signifikan didorong produktivitas industri yang menguat ke level 52,2 pada Desember 2023.

"Proyeksi industri logam dan mesin tahun 2024 masih optimistis, hal ini didorong dengan konsistennya program hilirisasi industri logam yang cukup berhasil menaikkan ekspor," kata Dadang, Kamis (18/1/2024).

Adapun, industri mesin sebagai salah satu barang modal industri tumbuh mencapai 1,86% (year-on-year/yoy) pada triwulan III/2023, naik daripada periode sebelumnya sebesar 0,02%.

Keberadaan berbagai insentif pajak untuk mobil listrik diyakini akan berdampak positif bagi industri penopang produk tersebut, salah satunya adalah ban.

Sebagai pengingat, pemerintah belum lama ini menerbitkan Peraturan Menteri Investasi/Kepala BKPM (Permeninves) No. 6 Tahun 2023 yang berisi insentif pembebasan bea masuk dan PPnBM ditanggung pemerintah atas impor mobil listrik, baik secara completely built up (CBU) maupun completely knock down (CKD). Beleid ini merupakan aturan turunan dari Peraturan Presiden (Perpres) No. 79 Tahun 2023.

Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane menyampaikan, saat ini industri ban sebenarnya tidak terlalu terpengaruh oleh dinamika perkembangan mobil listrik. Sebab, ban untuk mobil konvensional tetap bisa digunakan secara normal pada mobil listrik di seluruh dunia.

"Banyak mobil listrik yang ada di Indonesia yang tetap memakai ban mobil konvensional," ujar dia, Kamis (11/1).