Realisasi investasi industri pengolahan atau manufaktur mengalami peningkatan signifikan secara tahunan pada semester I/2024 yang tercatat melonjak 24,68% (year-on-year/YoY).

Berdasarkan laporan Kementerian Investasi/Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi manufaktur semester I/2024 sebesar Rp337 triliun, lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp270,3 triliun.

Adapun, kontribusi industri manufaktur semester pertama tahun ini mencapai 40,6% terhadap total realisasi investasi sebesar Rp829,9 triliun dalam periode yang sama.

Namun, capaian investasi manufaktur masih menempati urutan kedua setelah realisasi sektor jasa yang kontribusinya sebesar 41,3% terhadap total penanaman modal awal tahun ini.

Sektor industri manufaktur di Indonesia dinilai masih berhasil tumbuh positif berdasarkan dari hasil beberapa data dan indikator yang dirilis belakangan ini oleh berbagai lembaga. Berdasarkan data Bank Dunia atau World Bank misalnya, yang menempatkan Indonesia naik dua peringkat ke posisi-12 top Manufacturing Countries by Value Added

"Ada data yang cukup menggembirakan yang dirilis oleh World Bank, yakni pada tahun 2023 lalu Indonesia berhasil masuk di posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added di dunia, dengan nilai Manufacturing Value Added (MVA) sebesar US$ 255 miliar," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya, Selasa (23/7/2024).

Menurut Menperin posisi Indonesia tersebut mengungguli jauh dibandingkan negara Asean lainnya, seperti Thailand dan Vietnam yang nilai MVA-nya hanya setengah dari nilai MVA Indonesia. "Di tingkat global, MVA Thailand berada di posisi ke-22 dengan nilai US$ 128 miliar, sedangkan Vietnam berada di posisi ke-24 dengan nilai US$ 102 miliar," sebutnya.

Indonesia berhasil naik dua peringkat ke posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added yang dirilis oleh Bank Dunia. Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, hal ini menunjukkan sektor manufaktur dalam negeri masih tumbuh positif.

"Ada data yang cukup menggembirakan yang dirilis oleh World Bank, yakni pada tahun 2023 lalu Indonesia berhasil masuk di posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added di dunia, dengan nilai Manufacturing Value Added (MVA) sebesar US$ 255 miliar," katanya dalam keterangannya ditulis Kamis (25/7/2024).

Menurut Menperin posisi Indonesia unggul jauh atas negara Asean lainnya seperti Thailand dan Vietnam. Kedua negara itu nilai MVA-nya hanya setengah dari nilai MVA Indonesia.

Bank Indonesia (BI) menyatakan kinerja Lapangan Usaha (LU) Industri Pengolahan pada triwulan II 2024 tetap kuat dan berada pada fase ekspansi (indeks >50%). Hal itu tercermin dari PMI-BI triwulan II 2024 sebesar 51,97%.

"Berdasarkan komponen pembentuk PMI-BI, mayoritas komponen berada pada fase ekspansi dengan indeks tertinggi pada Volume Produksi, diikuti Volume Persediaan Barang Jadi dan Volume Total Pesanan," ujar Asisten Gubernur BI Erwin Haryono dalam siaran persnya, Kamis (18/7/2024).

Sementara itu, komponen Kecepatan Penerimaan Barang Pesanan Input meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Berdasarkan Sublapangan Usaha (Sub-LU), sebagian besar Sub-LU berada pada fase ekspansi dan menopang kinerja PMI-BI, dengan indeks tertinggi pada Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki, diikuti Industri Pengolahan Tembakau, serta Industri Mesin dan Perlengkapan.

Kendati minat sebagian masyarakat terhadap kendaraan listrik dianggap masih rendah, faktanya kinerja penjualan mobil listrik baru memperlihatkan tren peningkatan sepanjang 2024 berjalan.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil listrik atau battery electric vehicle (BEV) nasional tercatat sebanyak 11.943 unit pada Januari--Juni 2024.

Angka melesat 104,19% year on year (YoY) dibandingkan realisasi penjualan wholesales mobil listrik nasional pada periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 5.849 unit.

Meski pangsa pasarnya masih terbilang mini, kinerja penjualan mobil listrik jauh lebih baik ketimbang penjualan mobil nasional secara keseluruhan. Per semester I-2024, penjualan wholesales mobil di Tanah Air menyusut 19,4% yoy menjadi 408.012 unit.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat nilai tambah manufaktur atau manufacturing value added (MVA) mencapai US$255 miliar atau setara dengan Rp4.119 triliun pada 2023.

Nilai tambah sektor manufaktur di Tanah Air itu meningkat hingga 36,4% secara tahunan. Pasalnya, pada tahun sebelumnya MVA Indonesia tercatat sebesar US$187 miliar.

Capaian tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan negara rekanan seperti China, Amerika Serikat, Jerman, Jepang, India, Korea Selatan, Meksiko, Italia, Perancis, Brazil, dan Inggris. Bahkan, posisi Indonesia jauh di atas Thailand.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan peningkatan nilai tambah tersebut juga membuat peringkat Indonesia sebagai Top Manufacturing Countries naik dari peringkat ke-14 dunia pada 2022 menjadi posisi ke-12 pada 2023.