Industri manufaktur Indonesia masih menunjukkan geliat yang positif di tengah dinamika ekonomi global yang masih belum stabil. Hal ini tercemin dari capaian ekspansi dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Juni 2024 yang berada di level 52,5, sejalan dengan Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang berada di posisi 50,7 sekaligus mempertahankan ekspansi selama 34 bulan berturut-turut. Selain itu, Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia pada triwulan I – 2024 mencapai 52,80%, melanjutkan fase ekspansi dari triwulan sebelumnya.

Kinerja gemilang tersebut tidak terlepas dari tekad Kementerian Perindustrian yang konsisten untuk menginisiasi atau menerbitkan kebijakan strategis bagi pelaku industri manufaktur di tanah air. Berbagai terobosan telah diambil oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Pada Kamis (18/7), Menperin membuka Tech Link Summit 2024 yang merupakan forum kolaborasi strategis startup dengan industri, akademisi, dan pemerintah untuk menciptakan ekosistem inovasi yang lebih kuat.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan sejumlah perusahaan internasional mulai dari China hingga Jepang telah menyatakan minat untuk terlibat dalam bisnis kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia.

Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional (ASDIPI) Direktorat Jenderal Ketahanan Perwilayah dan Akses Industri Nasional Kemenperin, Syahroni Ahmad atau disapa Roni mengatakan bahwa pemerintah gencar mempromosikan peluang investasi kendaraan listrik di Indonesia.

"Keterlibatan Indonesia sebetulnya untuk selain bahan baku baterai kendaraan listrik ini, sudah ada beberapa pihak internasional yang datang ke kami (Kemenperin) untuk ikut serta dalam bisnis EV di Indonesia, di antaranya Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan China," ujar

Roni di Jakarta, Jumat (12/7/2024). Roni mengatakan bahwa saat ini China tengah khawatir dengan adanya kenaikan bea masuk impor hingga 100% yang diterapkan Amerika Serikat dan Eropa 37% untuk mobil listrik dari China.

Produsen baja lapis, PT Tata Metal Lestari menangkap peluang untuk memperluas pangsa pasarnya ke Australia seiring dengan adanya kerja sama IA-CEPA.

Head of Government & Public Relations PT Tata Metal Lestari, Maharany Putri menjelaskan, IA-CEPA berdampak signifikan pada industri baja tanah air dan Australia dengan meningkatkan peluang perdagangan barang dan jasa, investasi dan kerja sama ekonomi kedua negara.

Menurutnya, dengan dibukanya akses bea masuk dari 15% menjadi 0% untuk Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil (CRC) sebanyak 250.000 ton pada tahun pertama dan meningkat 5% setiap tahunnya, maka daya saing harga akan produk akhir di kedua negara bahkan di negara ketiga akan tercipta.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan strategi untuk meningkatkan keterlibatan dan peran Indonesia dalam rantai nilai global atau global value chain (GVC).

"Beberapa strategi dapat ditempuh, baik di tingkat perusahaan maupun di tingkat pemerintah, untuk meningkatkan keterlibatan Indonesia dalam GVC," ujar Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional (ASDIPI) Direktorat Jenderal Ketahanan Perwilayah dan Akses Industri Nasional Kemenperin Syahroni Ahmad atau disapa Roni dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Dia menambahkan bahwa pada tingkat perusahaan maka perusahaan dapat memberikan pendidikan dan pelatihan, efisiensi manajemen, aliansi strategis dengan multi-national corporations (MNC), serta pemenuhan standard internasional.

"Adapun pemerintah dapat memberikan pelatihan teknis (khususnya bagi industri kecil menengah atau IKM, misalnya pendampingan ekspor), kebijakan terkait fasilitasi dalam perdagangan internasional serta market intelligence," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai ekspor mobil dari Indonesia ke berbagai negara mencapai US$ 2,78 miliar hingga Juni 2024, sedikit lebih rendah dibanding periode Januari-Juni 2023 yang mencapai US$ 2,97 miliar.

Meskipun terjadi penurunan pada Juni 2024, Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan bahwa tren ekspor mobil Indonesia secara keseluruhan mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pada periode Januari-Juni 2021, nilai ekspor mobil mencapai US$ 1,67 miliar, menunjukkan adanya lonjakan yang cukup besar.

"Secara rinci, Filipina menjadi tujuan utama ekspor mobil dari Indonesia, mencakup 27,64% dari total ekspor. Ini berarti sekitar 1 dari 4 mobil yang diekspor dari Indonesia dikirim ke Filipina," ujar Amalia dalam konferensi pers pada Senin (15/7).

Kementerian Perindustrian terus mendorong laju kinerja sektor industri otomotif di Indonesia, termasuk dari segi peningkatan pasar dan penjualan mobil di dalam negeri. Apalagi, industri otomotif merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan karena mampu memberikan kontribusi yang signfikan bagi perekonomian nasional.

“Industri alat angkut menjadi motor utama pertumbuhan PDB industri pada tahun 2023 dengan pertumbuhan sebesar 7,63 persen atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor industri secara keseluruhan. Pertumbuhan industri alat angkut tersebut tidak terlepas dari kontribusi sektor otomotif,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Putu Juli Ardika di Jakarta, Rabu (10/7).

Namun demikian, dalam 10 tahun terakhir, penjualan untuk kendaraan mobil di pasar domestik masih cenderung bertahan pada angka 1 juta unit. “Tentunya diperlukan langkah-langkah strategis untuk dapat meningkatkan penjualan tersebut,” ujar Putu.