The Indonesian Iron and Steel Industri Association (IISIA) berencana meningkatkan produksi bajaa demi menangkap peluang ekspor ke Amerika Serikat. Hal ini dinilai perlu dilakukan setelah AS membatasi perdagangan sejumlah komoditas dari China.

Ketua Umum IISIA, Purwono Widodo, mengatakan perang dagang AS vs China menjadi katalis bagi industri besi dan baja untuk mendongkrak kinerja ekspor yang sempat turun pada tahun lalu, imbas melemahnya permintaan dan turunnya harga baja global.

"Ini kesempatan karena produk China tidak bisa masuk ke Amerika, kan dibatasi, kesempatan kita untuk ekspor ke sana. Industri baja juga sedang kejar itu," kata Purwono di Purwakarta, Jumat (21/6/2024)

Peluang ekspor baja ini juga diikuti dengan beberapa kendala terkait ongkos transportasi logistik yang meningkat dan ketersediaan kapal yang menipis. Pelaku usaha tengah mencari solusi dengan mengoptimalisasi kontainer yang ada.

Indonesia membuka peluang kerja sama perdagangan alat utama sistem senjata (alutsista) dengan Turki.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Turki, Omer Bolat menyampaikan keinginannya menjalin kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan Turki di bidang sistem persenjataan. Menurutnya, pemerintahan baru yang akan dipimpin oleh Prabowo-Gibran juga bakal mengutamakan hubungan dagang dengan Turki.

"Dengan kondisi ekonomi Indonesia yang stabil, pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, dan inflasi yang terkendali, saya yakin kerja sama dengan Turki dapat ditingkatkan khususnya di bidang pertahanan dan alutsista,” ujar Zulhas dikutip dari keterangan resmi, Selasa (11/6/2024).

Zulhas mengakui Turki menjadi salah satu negara yang unggul di bidang pertahanan. Menurutnya, banyak perusahaan di sektor pertahanan Turki yang tengah berkembang.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor nonmigas sektor industri pengolahan mengalami peningkatan secara bulanan yang mencapai US$16,30 miliar atau naik 16,40% pada Mei 2024 dibandingkan bulan sebelumnya.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Habibullah mengatakan, peningkatan ekspor industri pengolahan menjadi pemicu melesatnya kinerja ekspor nonmigas bulan lalu senilai US$20,91 miliar atau naik 14,46% dari April 2024.

"Peningkatan ini utamanya terjadi pada sektor industri pengolahan yang naik 16,40% yang memberikan andil sebesar 11,71%," kata Habibullah dalam rilis Berita Resmi Statistik BPS, Rabu (19/6/2024).

Adapun, peningkatan nilai ekspor nonmigas sektor industri pengolahan secara bulanan ini utamanya didorong oleh kenaikan nilai ekspor barang nikel, peralatan listrik dan lainnya, serta barang perhiasan dan barang berharga.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu dengan para pelaku industri di Istanbul, Turki pada 4-5 Juni 2024. Dalam kesempatan itu, ia membawa misi peningkatan investasi untuk Indonesia khususnya bagi sektor industri manufaktur.

Salah satu perusahaan yang ditemui Agus Gumiwang adalah SANKO Holding, konglomerasi manufaktur terbesar di Turki yang dikenal secara global sebagai penghasil tekstil hingga produsen energi terbarukan.

"Dalam pertemuan kemarin, kami mendorong SANKO Holding untuk memperluas investasinya ke sektor hilir, juga ke sektor energi," kata Agus Gumiwang dalam keterangan tertulis, Minggu (9/6/2024).

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian menawarkan peluang investasi di industri semikonduktor kepada China.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang menjelaskan bahwa Indonesia akan fokus kepada hulu industri semikonduktor khususnya dari sisi desain. Pihaknya mendorong pemain semikonduktor asal China untuk dapat mengambil peluang.

“Peluang investasi di industri semikonduktor terbuka di Indonesia,” jelasnya dalam rangkaian kunjungan ke Beijing, China, yang berlangsung pada 12 Juni 2024 hingga 13 Juni 2024.

Menperin melakukan pertemuan dengan Minister of Industry and Information Technology (MIIT) China Jin Zhuanglong di Beijing, China, pada Rabu (12/6/2024). Dalam agenda itu, keduanya membahas sejumlah peluang kerja sama di sektor industri yang dapat digarap oleh kedua negara.

Industri alat kesehatan buat Indonesia disebut sudah mampu bersaing di pasar global, salah satunya seperti alat pendeteksi jantung (NIVA) yang kini sudah didistribusikan ke berbagai rumah sakit.

Guru Besar ITB, Tati Mengko mengatakan, keberhasilan pembuatan NIVA merupakan bukti nyata Indonesia mampu bersaing menghasilkan inovasi teknologi kesehatan yang mampu bersaing secara global.

"Ini bukti Indonesia mampu bersaing di pasar global. Dalam proses riset dan pengembangan NIVA, sebelumnya ITB beberapa kali berkolaborasi dengan industri untuk produksi alat kesehatan, namun belum terwujud. Bersama SCNP, hal itu terwujud dalam suatu segmen usaha khusus di SCNP," ungkap Tati, di Jakarta, Jumat (7/6/2024).