Produksi keramik nasional pada tahun ini diproyeksikan menembus angka 2019 atau sebelum pandemi.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki), Edy Suyanto mengatakan perkiraan volume produksi pada tahun ini sebesar 410 juta m2 atau tumbuh 33 persen dibandingkan dengan tahun lalu, yakni 308 juta m2. Adapun,

jika dibandingkan dengan 2019, proyeksi tahun ini tumbuh 17,47 persen. Jika angka itu tercapai maka Indonesia berpotensi memperbaiki peringkat produksi terbesar dunia menjadi rangking 6 atau 7.

Proyeksi pertumbuhan itu seiring dengan kinerja utilisasi produksi nasional industri keramik yang kembali meningkat seiring pelonggaran PPKM.

Perbaikan kinerja manufaktur yang ditunjukan oleh lonjakan angka purchasing managers' index (PMI) pada Oktober tercermin di industri tekstil.

Perbaikan tersebut, selain karena pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), juga dipengaruhi faktor eksternal seperti turunnya pasokan barang impor dari China.

Krisis energi China dan kemacetan pengapalan membuka pasar baru yang mau tidak mau harus diisi oleh pelaku industri domestik sehingga mengerek aktivitas produksi.

"Produksi kami naik lumayan banyak terutama ketika sudah selesai PPKM, dan yang paling penting demand-nya naik cukup besar di dua bulan terakhir karena kondisi dunia," kata Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, saat dihubungi, Senin (1/11/2021).

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengoptimalkan penggunaan serat alam menjadi bahan baku tekstil bagi industri kecil dan menengah (IKM) melalui kegiatan konsultansi dan bimbingan teknis program Dana Kemitraan Peningkatan Teknologi Industri (Dapati).

"Selama ini, program konsultansi teknologi Dapati mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk industri dalam negeri, termasuk dari sektor IKM," kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan salah satu unit kerja di bawah BSKJI Kemenperin yaitu Balai Besar Tekstil (BBT) pada 2021 telah melaksanakan konsultansi Dapati sebanyak dua kali untuk meningkatkan produktivitas dan perbaikan kualitas produk kepada Kelompok Tunas Mekar Batu Bura di Kampung Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, dan PT Cofo Kreatif Indonesia di Kecamatan Beo Utara, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia melesat ke angka 57,2 pada Oktober 2021 dari bulan sebelumnya 52,2. Dengan demikian, dalam dua bulan berturut-turut, PMI manufaktur Indonesia telah meninggalkan zona kontraksi.

Menurut data terkini IHS Markit, angka tersebut menunjukkan kepercayaan diri bisnis secara keseluruhan membaik pada Oktober dengan harapan perbaikan terus berlanjut. Selain itu, IHS Markit juga mencatat tingkat pertumbuhan itu merupakan yang tercepat sejak survei dimulai pada April 2011.

"Kenaikan permintaan dan output juga diterjemahkan menjadi kepercayaan sektor manufaktur yang lebih baik, sebagaimana terlihat pada Output Masa Depan dan aktivitas pembelian dan perekrutan perusahaan, semua tanda-tanda positif kemajuan sektor," kata Direktur Asosiasi Ekonomi di IHS Markit, Jingyi Pan, Senin (1/11/2021).

Produksi baja nasional diproyeksikan mengalami pertumbuhan pada tahun ini, seiring dengan perbaikan ekonomi dan bergeliatnya proyek-proyek infrastruktur.

Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian Budi Susanto mengatakan, produksi baja diperkirakan mencapai 12,27 juta ton pada tahun ini, atau tumbuh 6,05 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 11,57 juta ton.

Dalam jangka menengah, target kapasitas produksi baja diproyeksikan bisa mencapai 17 juta ton pada 2024.

“Hingga akhir 2021 diperkirakan [produksi] mencapai 12,27 juta ton yang merupakan total dari kapasitas produksi sejumlah perusahaan,” kata Budi kepada Bisnis, Rabu (3/11/2021).

Gabungan kapasitas produksi tersebut, antara lain disumbang oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. 2,5 juta ton per tahun, PT Krakatau Posco 3 juta ton per tahun, dan PT Gunung Raja Paksi Tbk. 1,7 juta ton per tahun.

Industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya kembali menjadi kontributor terbesar realisasi investasi di sektor manufaktur sepanjang Januari–September 2021. Nilainya mencapai Rp82,7 triliun, tumbuh 12,5 persen secara year-on-year (YoY).

Adapun untuk penanaman modal asing (PMA), sektor tersebut mencatat US$5 miliar atau naik 21,8 persen secara YoY.

Direktur Industri Logam, Kementerian Perindustrian Budi Susanto investasi asing ke industri logam utamanya mengalir ke pemanfaatan teknologi produksi, seperti smelter nikel dengan proses hidrometalurgi atau dikenal dengan High Pressure Acid Leaching (HPAL).

"Terdapat lima industri smelter yang masih dalam tahap konstruksi, dengan teknologi HPAL antara lain, PT Halmahera Persada Legend, PT Weda Bay Nickel, PT Smelter Nikel Indonesia, PT Huayue Nickel Cobalt, dan PT QMB New Energy Material," ujarnya dalam pesan tertulis kepada Bisnis, Kamis (28/10/2021).