Industri makanan dan minuman optimistis kinerja kuartal II/2021 akan lebih baik dibanding tiga bulan pertama tahun ini. Kendati saat ini pemerintah memberlakukan larangan mudik Lebaran 2021 pada 6–17 Mei.

Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan kuartal ini akan ada pendorong dari periode Ramadan dan Lebaran.

Meski tidak optimistis akan kembali ke level normal, tetapi setidaknya akan lebih baik dibandingkan kuartal pertama.

"Kami masih yakin ada Lebaran dan Natal akhir tahun sehingga pertumbuhan masih sesuai yang diharapkan pada awal tahun," katanya kepada Bisnis, Senin (10/5/2021).

Adapun Gapmmi mematok tahun ini industri akan naik di level 5-7 persen. Hingga empat bulan pertama 2021, kinerja industri masih sesuai ekspektasi.

Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia mampu mencapai level 54,6 pada April 2021, naik signifikan dibanding Maret yang berada di posisi 53,2, yang mencerminkan sektor industri sedang ekspansif.

"Selama ini, sektor industri pengolahan nonmigas masih menjadi motor penggerak roda perekonomian nasional. Oleh karena itu, diperlukan perhatian lebih dalam rangka meningkatkan kinerjanya," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin.

Sepanjang dua bulan berturut-turut, PMI manufaktur Indonesia menorehkan rekor tertinggi. Selain itu, kata dia, kondisi bisnis kini telah menguat dalam enam bulan terakhir ini dan gencar melakukan perluasan usahanya.

"Alhamdulillah, para pelaku industri kita mulai bangkit lagi. Sebab, kalau kita melihat ke belakang, pada April 2020 adalah kondisi PMI manufaktur Indonesia saat jatuh ke titik terendahnya, yaitu di level 27,5," ungkap Menperin melalui keterangan tertulis.

Industri kemasan dinilai tetap tumbuh kendati di tengah perekonomian kuartal I/2021 yang masih resesi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri karet, barang karet, dan plastik merupakan sektor yang masih mencatat pertumbuhan di kelompok industri pengolahan non-migas sebesar 3,84 persen.

Angka tersebut bahkan di atas sektor makanan dan minuman yang hanya tumbuh 2,45 persen sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.

Direktur Executive Indonesia Packaging Federation (IPF) Henky Wibawa mengamini industri kemasan yang terkait dengan pertumbuhan industri FMCG atau barang-barang yang dikonsumsi sehari-hari terpantau tetap tumbuh. Hal itu tentu saja didukung dengan populasi Indonesia dan potensi kebutuhan yang masih tinggi.

Meski tidak merinci, Henky memastikan kinerja kemasan yang baik awal tahun ini akan mendorong target pertumbuhan industri yang diharapkan tumbuh 4-5 persen tahun ini.

Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menyebut terdapat tujuh perusahaan ternama dengan nilai okupansi hampir 100 hektare akan masuk ke kawasaan industri Sei Mangkei pada tahun ini.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) M. Abdul Ghani mengatakan perseroan sebagai pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei tahun ini mengalami tren peningkatan yang signifikan dibanding tahun lalu karena pelaku bisnis atau investor potensial mulai membidik serta berinvestasi terutama bergerak di sektor kelapa sawit dan karet.

Hal ini menunjukkan kebangkitan KEK Sei Mangkei sebagai Kawasan industri strategis terdepan dalam pelayanan dan diharapkan berkontribusi terhadap peningkatan penanaman modal asing atau Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia.

Setelah Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode April kembali mencatat rekor baru di level 54,6, pemulihan utilisasi pun masih dinanti. Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio Nugroho mengatakan jika merujuk data Kementerian Perindustrian per Maret 2021, utilisasi telah melaju di angka 61,30 persen.

Meski begitu perbaikan tersebut tentu belum mencapai angka yang optimal dengan didorong berbagai momentum saat ini. "Tentu kita menunggu utilisasi ini kembali pada level sebelum pandemi, PMI dengan capaian tertinggi polanya berasal dari permintaan yang naik di awal kuartal II/2021 sehingga diharapkan bisa mendorong angka utilisasi lagi ke depan," katanya kepada Bisnis.com, Selasa (5/4/2021).

Andry mengemukakan pentingnya peningkatan utilisasi saat ini tentu bertujuan agar penyerapan tenaga kerja kembali terjadi. Meskipun untuk mencapai tahapan tersebut saat ini memang masih cukup jauh tetapi setidaknya perbaikan sudah terjadi.

Kementerian Perindustrian menyebutkan program peningkatan penggunaan produksi dalam negeri (P3DN) memberikan kesempatan industri di Indonesia untuk tumbuh, mengingat potensi belanja barang dan modal APBN mencapai Rp607 triliun.

"APBN tersebut terdiri atas belanja barang senilai Rp357,4 triliun dan belanja modal Rp250,3 triliun. Ini potensial untuk menumbuhkan industri dalam negeri," kata Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian Masrokhan saat menyampaikan pemaparan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada webinar di Jakarta, Kamis.

Pada webinar bertajuk "Kebijakan Pemerintah dalam Meningkatkan Pertumbuhan Sektor Industri" tersebut, Masrokhan memaparkan sejak Tim Nasional (Timnas) P3DN diluncurkan pada 2018, Kementerian Perindustrian telah mengeluarkan sertifikat tingkat komponen dalam negeri (TKDN) lebih dari 10.000 produk.

Untuk itu, Kemenperin akan mengakselerasi program tersebut ke depannya, sehingga sasaran untuk menumbuhkan industri di Tanah Air dapat terwujud.