Industri pengolahan nonmigas atau manufaktur menempati posisi teratas dalam perolehan investasi asing langsung (FDI) sepanjang Januari–September 2021. Nilainya mencapai US$11,9 miliar (Rp16,89 triliun) atau tumbuh 52,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), perolehan tersebut melanjutkan tren dominasi FDI manufaktur pada 2020 sebesar US$13,2 miliar (Rp18,71 triliun), yang diikuti sektor jasa di posisi kedua sebesar US$12,2 miliar (Rp17,29 triliun).
Sementara itu, capaian penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor manufaktur pada periode tersebut mencapai Rp63 triliun (19,2 persen) dan berada di posisi kedua setelah jasa sebesar Rp218,9 triliun (66,8 persen).
Secara total FDI dan PMDN, sektor manufaktur mampu meraup Rp236,8 triliun dengan pertumbuhan 35,9 persen.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis mencapai target substitusi impor sebesar 35 persen pada 2022 dengan adanya semangat dan dukungan lintas kementerian dan lembaga.
"Dengan semangat itu, tak menutup kemungkinan negeri ini mampu mencapai target substitusi impor 35 persen pada 2022," ujar Menteri Perindustrian lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.
Menperin mengatakan tingginya potensi program peningkatan penggunaan dalam negeri (P3DN) dari anggaran belanja pemerintah wajib dioptimalkan.
Sebab, Presiden RI Joko Widodo sudah sedari awal mewajibkan anggaran pemerintah digunakan sebesar-besarnya untuk belanja produk dalam negeri. Apalagi, sudah ada kebijakan dan peraturan yang mendukungnya.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini akan melebihi proyeksi pemerintah sebesar 4 persen.
Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan hal itu didorong kinerja ekspor yang moncer sepanjang tahun ini. Menurutnya, Indonesia diuntungkan oleh situasi perang dagang Amerika Serikat - China yang belum mencair serta jenuhnya pasar ekspor Vietnam.
"Sepertinya bakal melebihi target. Dari sisi ekspor cukup baik dan trennya masih akan meningkat," kata Hariyadi kepada Bisnis, Senin (25/10/2021).
Selain itu, faktor pengungkit lain di kuartal ketiga dan keempat tahun adalah lonjakan pengeluaran masyarakat kelas menengah. Hal itu diprediksi akan terjadi setelah kelas menengah menahan pengeluaran karena kondisi pandemi tahun lalu.
Konsumsi Semen di dalam negeri mulai membaik pada akhir kuartal III/2021. Namun demikian, realisasi penjualan semen nasional belum akan kembali ke posisi pra-pandemi mengingat masa pemulihan terlampau lambat.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat, konsumsi semen di dalam negeri tumbuh positif hingga 4 persen per September 2021. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh naiknya konsumsi di semua daerah.
“Konsumsi [semen] domestik semua daerah bergerak naik, termasuk Bali dan Nusa Tenggara,” kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso kepada Bisnis, Senin (18/11/2021).
Konsumsi semen di Bali dan Nusa Tenggara tercatat naik 2,3 persen secara tahunan menjadi sekitar 368.000 ton. Padahal, konsumsi semen di Pulau Dewata dan sekitarnya selalu negatif pada Januari–Agustus 2021.
Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) akan mendorong pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) di sektor olahan porang dengan meningkatkan daya saing melalui pendampingan.
“Langkah strategis yang kami jalankan, antara lain program pendampingan IKM, peningkatan teknologi dan kapasitas produksi, pengembangan produk turunan porang melalui pengembangan inovasi IKM, serta promosi melalui pameran, marketplace, dan link and match,” kata Plt Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.
Reni menjelaskan porang merupakan komoditas ekspor yang saat ini sangat potensial dikembangkan. Umbi porang mengandung glukomanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan berfungsi sebagai bahan baku berbagai macam industri.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa pemerintah menargetkan produksi kendaraan listrik atau battery electric vehicle (BEV) pada 2030 dapat mencapai 600 ribu unit untuk roda empat atau lebih serta 2,45 juta unit untuk roda dua.
"Produksi kendaraan listrik diharapkan mampu menurunkan emisi CO2 sebesar 2,7 juta ton untuk roda 4 atau lebih dan sebesar 1,1 juta ton untuk roda 2," kata Menperin pada acara diskusi daring bertajuk Quo Vadis Industri Otomotif Indonesia di Era Elektrifikasi di Jakarta, Jumat.
Menperin menyampaikan dalam rangka mendorong industrialisasi BEV, pemerintah memberikan berbagai insentif fiskal dan nonfiskal bagi konsumen BEV, seperti pengenaan PPnBM sebesar 0 persen, dan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) sebesar 0 persen untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Pemprov DKI Jakarta.
Page 89 of 116