Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa industri farmasi di Tanah Air siap menggunakan bahan baku obat (BBO) hasil produksi lima industri dalam negeri termasuk PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP).
"Industri farmasi formulasi siap menggunakan BBO hasil produksi dalam negeri dengan beberapa pertimbangan seperti keberlanjutan BBO, kesesuaian spesifikasi BBO, konsistensi BBO, kemudahan audit, waktu delivery, hingga harga yang bersaing," kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam lewat keterangannya di Jakarta, Minggu.
Khayam menyampaikan KFSP telah mampu memproduksi sebanyak 11 jenis molekul BBO yang sudah komersial, di antaranya adalah Clopidogrel, Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin, Entecavir, Lamivudin, Zidovudin, Efavirenz, Tenofovir, Remdesivir, dan Povidone Iodine.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Sony Sulaksono mengatakan berdasarkan data yang dirilis IHS Market, purchashing manager index (PMI) manufaktur Indonesia pada Oktober berada di posisi 57,2, di mana angka tersebut menunjukkan industri otomotif berada pada fase ekspansi, seiring pertumbuhan ekonomi pada kuartal III sebesar 3,51 persen.
“Kapasitas produksi yang dihasilkan sebesar 2,35 juta unit per tahun dan mampu menyerap lapangan pekerjaan sebanyak 1,5 juta orang,” kata Sony lewat keterangannya diterima di Jakarta, Selasa.
Sony menyampaikan penjualan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) secara global menurut Bloomberg pada 2030 diprediksi mengalami pertumbuhan mencapai 28 juta unit.
Kementerian Perindustrian mencatat sektor makanan dan minuman (mamin) mendominasi pertumbuhan industri kecil menengah (IKM) pada kuartal III/2021.
Plt. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Reni Yanita mengatakan pertumbuhan output IKM pada kuartal ketiga tahun ini tercatat 4,37 persen.
"IKM pada triwulan tiga tahun ini mengalami pertumbuhan positif 4,37 persen, walaupun agak melambat, dengan dominasi industri makanan minuman," kata Reni saat membuka Festival Virtual Bangga Mesin Buatan Indonesia (BMBI) 2021, Kamis (9/12/2021).
Meski tidak menyebut angka spesifik, pertumbuhan IKM diproyeksi tetap pada level ekspansif sepanjang tahun ini dan tahun depan, dengan mamin tetap menjadi salah satu kontributor utama.
Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) menyatakan tingkat utilisasi industri sudah mencapai angka normal pada penghujung tahun ini.
Ketua Umum APBI Azis Pane mengatakan perbaikan utilisasi dapat mengerek volume produksi ban 30 persen hingga 40 persen tahun ini, atau menjadi 193 juta unit. Dari jumlah tersebut, sekitar 79,5 juta unit untuk ban roda empat, 80 juta unit untuk sepeda motor, dan sisanya 33 juta unit untuk sepeda.
"Kami sudah mulai kembali mendekati 100 persen [utilisasi]. Tahun 2020 ke 2021 tumbuh kira-kira 30-40 persen," kata Azis kepada Bisnis, Senin (6/12/2021).
Adapun serapan ke pasar domestik sekitar 30 persen, sedangkan 70 persen sisanya disalurkan ke pasar ekspor.
Investasi di industri plastik hilir diperkirakan akan mencapai US$500 juta atau sekitar Rp71,17 triliun pada tahun depan.
Sekjen Asosiasi Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan peningkatan investasi di industri plastik hilir seiring dengan pemulihan dan pertumbuhan permintaan.
"Investasi di hilir kecil-kecil sih, tapi menurut saya kalau pulih akan banyak juga. [Nilainya] Sekitar US$500 juta untuk regenerasi mesin-mesin di tahun depan," kata Fajar saat dihubungi Rabu (8/12/2021).
Nilai investasi tersebut, lanjut Fajar, akan mengalir ke penggantian mesin untuk menyesuaikan fluktuasi harga komoditas yang ikut mengerek harga bahan baku. Regenerasi mesin diperlukan ketika industriawan menggunakan bahan baku alternatif yang lebih efisien.
Industri alas kaki diproyeksi mencapai kinerja tertinggi dalam sejarah pada tahun ini seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie menggarisbawahi, kinerja ekspor yang dapat menembus angka US$5,2 miliar hingga US$5,4 miliar sepanjang 2021.
Sampai dengan September 2021, kinerja ekspor secara nilai tumbuh 25,5 persen. Firman memprediksi angka akumulasi sepanjang tahun ini tidak akan banyak berubah.
Hal itu juga didukung oleh perbaikan pasar dalam negeri, khususnya pascapelonggaran PPKM, sehingga industri alas kaki dapat mempertahankan utilisasi produksinya.
“Tahun ini naiknya akan luar biasa. Ekspektasi kami [untuk ekspor] pertumbuhannya 25 persen,” kata Firman kepada Bisnis, Minggu (5/12/2021).
Page 84 of 116