Kinerja industri pengolahan diproyeksikan bakal melonjak signifikan pada kuartal II/2022. Hal itu terindikasi dari Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI Indonesia) yang pada kuartal I/2022 mencatatkan angka 51,77 persen, naik dari triwulan sebelumnya 50,17 persen.

BI juga memperkirakan peningkatan kinerja manufaktur bakal berlanjut di kuartal ini dengan angka PMI sebesar 56,06 persen.

"Peningkatan PMI-BI didorong seluruh komponen pembentuknya terutama volume produksi, diikuti volume pesanan, volume persediaan barang jadi, dan jumlah karyawan," tertulis dalam pernyataan Bank Indonesia, dikutip Senin (18/4/2022).

Pengusaha minuman ringan membidik pertumbuhan penjualan berkisar 5 persen hingga 10 persen pada tahun ini. Momen lebaran menjadi salah satu pendorongnya.

Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Triyono Pridjosoesilo mengatakan pada umumnya pasar lebaran dapat memenuhi 30 persen kinerja tahunan industri. Dia pun mengatakan sepanjang tahun lalu penjualan minuman ringan tumbuh sekitar 7 persen. Meski demikian, volume produksinya belum kembali ke masa sebelum pandemi.

"Harapan kami sih tahun ini kami bisa paling tidak mencoba balik ke 2019, artinya mungkin kita perlu mengejar di atas lima persen, lima sampai 10 persen," kata Triyono kepada Bisnis, Selasa (12/4/2022).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita membidik industri petrokimia Indonesia menjadi peringkat satu di tingkat ASEAN mengingat berhasil tidaknya pembangunan industri nasional salah satunya dipengaruhi profil industri petrokimia.

"Kami terus mendorong investasi di industri kimia, khususnya untuk memperkuat komoditas pada sektor kimia hulu dan mampu menyubstitusi produk petrokimia yang masih banyak diimpor seperti etilena, propilena, BTX, polietilena (PE), dan polipropilena (PP)," ujarnya lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.

Menperin menyampaikan hal itu saat meninjau proyek PT Asahimas Chemical Phase-7 di Cilegon, Banten, Rabu.

Industri petrokimia merupakan industri strategis di tingkat hulu yang menjadi modal dasar dan prasyarat utama untuk mengembangkan industri di tingkat hilir seperti plastik, serat kain, tekstil, kemasan, elektronika, otomotif, obat-obatan, dan industri-industri penting lainnya.

Memasuki awal kuartal kedua tahun ini, industri manufaktur dihadapkan pada tantangan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan inflasi.

Setelah sempat mempertahankan momentum pertumbuhan ekspansi pada Januari 2022, purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia melambat pada Februari dan Maret 2022. Pada bulan lalu, nilainya mencapai 51,3, naik tipis dari Februari sebesar 51,2.

Pergerakan tersebut masih merupakan yang paling lambat dalam delapan bulan berturut-turut. Tingginya lonjakan harga bahan baku akibat gejolak geopolitik dunia menjadi penyebab melambatnya ekspansi manufaktur dua bulan berturut-turut.

"Perusahaan melaporkan bahwa rantai pasokan dan tekanan harga memburuk, yang merupakan topik umum untuk sektor manufaktur pada Maret, karena gangguan rantai pasokan global dan dampak perang Ukraina.

Industri air minum dalam kemasan (AMDK) menantikan momentum Lebaran tahun ini untuk mendongkrak kinerja penjualan dan produksi.

Ketua Umum Asosiasi Industri Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) Rachmat Hidayat mengatakan pertumbuhan permintaan saat Ramadan dan Lebaran bisa tumbuh dua digit hingga 15 persen secara bulanan. Terlebih, pemerintah juga sudah mengizinkan masyarakat untuk mudik dengan sejumlah protokol.

Pertumbuhan itu menjadi penggerak utama capaian sepanjang tahun. Adapun secara tahunan, Rachmat membidik pertumbuhan 5 persen untuk 2022 dengan kewaspadaan pandemi yang belum sepenuhnya mereda.

"Puasa sampai lebaran itu booster dari pertumbuhan. Katakanlah kami punya target pertumbuhan 5 persen. Harapannya antara bulan Ramadan sampai Lebaran ini, bisa tumbuh double digit dibanding bulan sebelumnya," kata Rachmat saat dihubungi, Selasa (12/4/2022).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa pelaku industri harus menerapkan konsep industri berkelanjutan atau industri hijau dalam operasionalnya, karena seluruh dunia akan mencari produk yang berbasis hijau pada masa datang.

"Berdasarkan data, 152 perusahaan industri menjadi peserta Penghargaan Industri Hijau Tahun 2021. Angka ini masih relatif rendah dan masih harus kita tingkatkan," kata Menperin saat meluncurkan Penghargaan Industri Hijau Tahun 2022 di Jakarta, Rabu.

Menurut Agus, angka tersebut masih dapat ditingkatkan jika melihat jumlah industri di Indonesia yang mencapai 16.000 perusahaan.

"Jika dilihat dari pengajuan izin operasional dan mobilitas kegiatan industri (IOMKI) yang sejumlah 16.000, angka 152 perusahaan memang masih jauh. Kami mendorong untuk terus ditingkatkan," ujarnya.