Tren surplus neraca perdagangan komoditas industri pengolahan Tanah Air tercatat telah berlangsung lebih dari 2 tahun atau selama 25 bulan berturut-turut sampai dengan kinerja Mei 2022.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengatakan tren surplus tersebut berlangsung sejak Mei 2020 sebelum kemudian kembali mengalami kinerja positif pada Mei lalu.

Perlu diketahui, kinerja ekspor industri pengolahan sepanjang Januari-Mei 2022 mencapai US$83,73 miliar atau tumbuh 25 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$66,99 miliar.

Nilai pengapalan sektor industri memberikan kontribusi tertinggi, dengan menembus 72,83 persen dari total nilai ekspor nasional selama 5 bulan terakhir yang menyentuh US$114,97 miliar.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan berkat kerja sama dengan berbagai pihak seperti perguruan tinggi, kementerian dan lembaga terkait, Kementerian Perindustrian berhasil memfasilitasi pembuatan ventilator di dalam negeri.

Bahkan, kata dia, jenis ventilator tersebut tergolong high end yang belum pernah diproduksi di dalam negeri, sehingga siap untuk merebut pasar ekspor.

“Hari ini kita tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia bisa produksi ventilator, yang merupakan hasil karya bersama dengan perguruan tinggi UGM, UI, ITS, dan ITB. Produk ini telah berhasil mendapatkan izin edar, dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 40 persen. Artinya, sudah wajib dibeli di dalam negeri, terutama rumah sakit dan pusat layanan kesehatan di Indonesia,” kata Menperin di Jakarta, Rabu.

Perusahaan alat berat didorong untuk melakukan perluasan pabrik untuk mengantisipasi lonjakan permintaan alat berat akibat lonjakan kebutuhan batu bara dunia.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bima Yudhistira mengatakan langkah itu perlu diambil karena permintaan batu bara dari Eropa dan harga komoditas tersebut akan terus tinggi dalam 2-3 tahun ke depan.

Dengan kata lain, kata Bhima, persediaan alat berat di Indonesia diperlukan untuk keperluan jangka panjang. Selain produsen dari luar negeri, sambungnya, perusahaan dalam negeri didorong untuk melakukan perluasan pabrik.

"Perlu ada tim dari BKPM untuk memanfaatkan situasi ini. Sebab, lebih baik ada relokasi pabrik alat berat ke Indonesia daripada harus impor," ujar Bhima kepada Bisnis, Senin (20/6/2022).

Indonesia mengincar peluang kerja sama di sektor manufaktur dengan Jerman. Di antaranya adalah industri semikonduktor, produksi vaksin, serta pengembangan industri 4.0.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan di bidang industri semikonduktor, peluang investasi tercipta karena Indonesia merupakan pasar elektronika dan produk jadi elektronika.

"Selanjutnya, sumber daya manusia serta sumber daya alam di Indonesia merupakan potensi besar dalam pengembangan industri semikonduktor," kata Agus seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (16/6/2022).

Sementara itu, di industri produksi vaksin terdapat perusahaan-perusahaan farmasi seperti PT Bio Farma (persero) dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia yang merupakan produsen vaksin di Indonesia.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, PT Infineon Technologies Batam, telah berkomitmen untuk peningkatan investasi sebesar 35,37 juta euro atau Rp569,3 miliar untuk peningkatan kapasitas 65 juta per minggu pada 2025 dan akan bertambah menjadi 83,57 juta euro atau Rp1,3 triliun untuk kapasitas 150 juta per minggu sampai 2030.

“Kami menetapkan PT Infineon Technologies Batam sebagai National Lighthouse Industri 4.0 pada tahun ini, setelah melalui berbagai tahapan verifikasi. Sebelumnya di tahun 2021, PT Infineon Technologies Batam telah menerima anugerah INDI 4.0 dari kami untuk kategori Smart Factory,” kata Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Jumat.

PT Infineon Technologies Batam merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri semikonduktor, dan telah berinvestasi di Indonesia sejak 1996.

Dalam rangka mencapai energi bersih dan mengurangi emisi karbon, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong seluruh sektor manufaktur menerapkan prinsip industri hijau. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai standar industri hijau.

"Standar Industri Hijau (SIH) memiliki 2 tujuan. Pertama, untuk peningkatan utilisasi industri yang berefek kepada peningkatan daya saing. Kedua, untuk pemenuhan komitmen bangsa ini dalam menjaga keberlangsungan bumi tempat tinggal kita," terang Kepala Pusat Industri Hijau, Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Herman Supriadi, Minggu (12/6/2022).

Herman menjelaskan, industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang berkelanjutan. Selain bisa memberi manfaat ekonomi, penerapan industri hijau sekaligus bisa menjaga kelestarian alam.