Suatu kali di sebuah desa, ada seorang istri yang mengeluhkan perubahan sikap suaminya. Sang suami yang kembali dari perang membela kerajaan, kini berubah perangainya. Jika dulu penyabar dan sangat menyayangi istrinya, kini menjadi gampang marah, mudah tersinggung, dan bahkan sering mengeluarkan kata-kata kasar.

Awalnya, sang istri berusaha terus bersabar dengan kondisi tersebut. Ia yakin, suaminya suatu saat akan berubah kembali seperti semula. Namun, beberapa bulan berlalu, entah mengapa perangai suaminya tidak juga berubah. Sang istri nyaris putus asa, bahkan sudah berniat menyudahi pernikahan mereka. Beruntung, saat mengadukan masalahnya pada seorang sahabat dekat, ia mendapat informasi adanya seorang pertapa di gunung yang sangat sakti.

Sepertinya mudah. Tapi, janji adalah hal yang harus benar-benar ditepati. Sekali diucapkan, dan kemudian dilaksanakan, janji akan meningkatkan kepercayaan. Ujungnya, akan berhasil meningkatkan penjualan.

Tak jarang kita menemui kekecewaan saat membeli sebuah produk yang tak sesuai dengan yang dipromosikan atau diiklankan. Akibatnya, sebagai konsumen kita akan merasa kecewa. Mungkin kalau sekadar kecewa, bisa diatasi segera. Yang jadi masalah, jika kemudian kekecewaannya menjalar kepada yang lain, bahkan bagi yang belum pernah membeli atau berhubungan dengan produk tersebut.

Alkisah, di kesepian malam, tampak seorang pemuda berwajah tampan sedang memacu laju kendaraannya. Karena kantuk dan lelah yang mendera, tiba-tiba ia kehilangan kesadarannya dan gubraaak.....mobil yang dikendarainya melintasi trotoar dan berakhir dengan menabrak sebuah pohon besar.

Karena benturan yang keras di kepala, si pemuda sempat koma dan dirawat di rumah sakit. Saat kesadarannya mulai kembali, terdengar erangan perlahan. "Aduuuh...kepalaku sakit sekali. Kenapa badanku tidak bisa digerakkan. Oh..ada di mana ini?". Nanar, tampak bayangan bundanya sedang menangis, memegangi tangan dan memanggil-manggil namanya.

Semua makhluk hidup mengalami siklus dari lahir, tumbuh, dewasa, hingga mati.  Yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah bagaimana mereka tumbuh. Ada yang sekadar tumbuh mengikuti hukum alam, ada yang tumbuh dengan ambisi, ada pula yang tumbuh dengan membawa kebaikan bagi makhluk lainnya.

Yang pasti, semua mengandung makna, apa pun kontribusi yang diberikan. Bahkan, sekadar rumput yang bergoyang pun menjadi “nadi” kehidupan bagi makhluk pemakan tumbuhan seperti kuda atau sapi. Dan, sebagai manusia, di sinilah esensi yang harus kita gali. Bagaimana kita tumbuh, dewasa, berkembang, hingga menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan peran kita dalam kehidupan.

Lakukan apa yang kita cintai, dan cintailah apa yang kita lakukan. Dengan semangat itu, kita akan menjadi pejuang sejati yang mampu menghadapi segala rintangan.

Ketika kita kecil, remaja, hingga, dewasa, barangkali ada sebagian di antara kita yang sudah merasa mendapatkan apa yang diinginkan. Tapi, ada juga kalanya, kita justru merasa belum mendapat apa yang diidam-idamkan. Tentu, apa pun yang telah kita dapat saat ini, harus tetap disyukuri. Sebab, dengan cara itulah, kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan, yakni kebahagiaan sejati.

Namun, jika masih merasa belum menemukan hal apa yang sesuai dengan keinginan dalam diri, teruslah mencari. Seperti kata mendiang Steve Jobs, sang pendiri Apple Inc, yang menganjurkan untuk selalu mencari dan mencari, apa yang sesuai dengan kata hati.

Siapa yang hidup di dunia ini yang tidak bergantung pada waktu? Tidak ada kan? Setiap makhluk hidup harus berjalan di koridor WAKTU. Ada waktu di mana kita sukses dan ada waktu kita gagal, ada waktu senang ada juga waktu yang membuat kita sedih. Semuanya akan terus bergulir & akan kita tinggalkan.

Di Indonesia, waktu merupakan ukuran atau gambaran "saat/moment" yang sama, untuk menggambarkan saat baik maupun saat buruk. Begitu juga bahasa Inggris "TIME" atau pun bahasa Mandarin 时间 (shíjiān) atau bahasa-bahasa lainnya. Waktu ya waktu, tidak ada perbedaannya. Namun, di bahasa Yunani kata ”waktu” itu ada 2 makna yaitu: