Kendati terus menunjukkan laju ekspansi di tengah pandemi Covid-19, industri manufaktur dinilai tetap membutuhkan perbaikan secara fundamental agar memperkuat struktur industri ke depan.

Wakil Komisi Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Achmad Widjaja mengatakan daripada berbicara PMI yang hanya menunjukkan ekspansi hilir, sebaiknya pemerintah mulai serius mengembangkan investasi manufaktur untuk mendorong kinerja lebih baik.

"Manufaktur kita mesti greget untuk apa PMI naik tetapi hanya hilirnya saja yang ekspansif, struktur industri itu ada hulu, intermediate, dan hilir. Sebaiknya mulai perbaiki intermediate dan hulu dengan mendorong investasi," katanya kepada Bisnis, Senin (1/2/2021).

Achmad mengemukakan dengan postur negara sebesar Tanah Air ini semestinya industri pengolahan mampu menyumbang hingga 15 persen pada GDP. Pasalnya, jika belum mencapai level tersebut tentu masih ada indikasi kinerja intermediate yang belum jalan.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat selama 2020, sektor industri memberikan kontribusi bagi investasi senilai Rp272,9 triliun atau 33 persen dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp826,3 triliun.

Hasilnya, realisasi investasi secara nasional pada tahun lalu melampaui target yang dipatok sebesar Rp817,2 triliun atau 101,1 persen.

“Ini capaian yang sangat luar biasa di tengah kondisi pandemi. Bahkan, investasi sektor industri mampu tumbuh double digit,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Menperin mengungkapkan realisasi penanaman modal sektor industri di Tanah Air tumbuh 26 persen, yaitu dari tahun 2019 yang mencapai Rp216 triliun menjadi Rp272,9 triliun pada 2020.

Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia dari IHS Markit periode Januari 2021 tercatat naik 52,2 lebih tinggi dari periode bulan sebelumnya atau Desember 2020 yang sebesar 51,3.

Menurut IHS Markit peningkatan terbaru di sektor kesehatan merupakan yang paling cepat selama enam setengah tahun, dan yang paling besar sejak survei pada April 2011.

Sementara ekspansi semakin cepat dalam permintaan baru selama Januari, dengan kenaikan ketiga pada jumlah bisnis baru yang paling kuat sejak Juli 2014.

Direktur Ekonomi di IHS Markit Andrew Harker mengatakan sektor manufaktur Indonesia masih dalam jalur pemulihan pada awal 2021, dengan pertumbuhan output dan pesanan baru di antara yang terbaik dalam survei selama satu dekade ini. Tren ini memberikan dorongan kepercayaan lebih lanjut pada awal tahun ini.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan investasi pada 2021 sebesar Rp323 triliun, yang didorong dengan implementasi UU Cipta Kerja dan membaiknya perekonomian dunia pasca vaksinasi Covid-19.

Target tersebut meningkat 18 persen dari capaian pada 2020 sebesar Rp272,9 triliun. Target investasi 2021 tidak terlepas dari kinerja capaian investasi 2020 yang dinilai luar biasa karena berhasil tumbuh dua digit.

"Ini luar biasa, perlu saya infokan bahwa investasi di sektor industri tumbuh double digit. Tahun lalu investasi industri menyerap Rp272,9 triliun atau tumbuh 26 persen dibandingkan dengan capaian 2019 yang sebesar Rp216 triliun," katanya kepada Bisnis, Senin (25/1/2021).

Secara khusus, Agus mengatakan meningkatnya investasi di sektor industri logam sejalan dengan keinginan pemerintah memperkuat hilirisasi industri, pembatasan ekspor mineral justru mendorong peningkatan investasi di sektor ini.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam menyampaikan bahwa kebijakan penurunan harga gas untuk sektor manufaktur membawa dampak positif terhadap naiknya utilisasi atau pemanfaatan produksi industri kaca lembaran hingga 67,5 persen pada akhir semester II/2020.

Pada semester sebelumnya, pemanfaatan produksi dari industri kaca lembaran sempat merosot sebesar 43,25 persen karena adanya pandemi COVID-19.

“Untuk mempertahankan daya saing sektor industri kaca lembaran dan pengaman nasional, diperlukan juga pengendalian impor yang diharapkan dapat meningkatkan utilisasinya,” kata Khayam lewat keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mewujudkan program subtitusi impor 35 persen pada 2022, yang salah satunya diyakini akan membangkitkan kembali kejayaan industri keramik nasional seperti pada 2014 sebagai produsen nomor empat di dunia.

“Implementasinya didukung dengan kebijakan pengendalian tata niaga impor keramik dan pembatasan pelabuhan masuk (bongkar) di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Selain itu, kebijakan Minimum Import Price (MIP) untuk ubin keramik serta pemberlakuan SNI wajib yang diperketat,” kata Menperin Agus lewat keterangan resmi di Jakarta, Senin.

Menperin menegaskan pihaknya melakukan pertemuan dengan Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) guna mencari solusi agar industri keramik nasional bisa lebih berdaya saing di kancah global.