Tatalogam Group menyambut baik langkah strategis yang ditempuh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono yang melarang penggunaan barang impor untuk semua proyek properti dan konstruksi mulai 2021.

Pasalnya, dengan belanja produk dalam negeri dan menekan impor, pemulihan ekonomi bisa dipercepat serta dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja melalui skema padat karya.

Stephanus Koeswandi, Vice President Tatalogam Group, pelaku usaha baja ringan Tanah Air ini menilai, kewajiban penggunaan produk lokal pada proyek properti dan konstruksi dapat dijadikan peluang bagi para pelaku usaha, khususnya di sektor industri baja ringan nasional agar dapat bangkit di 2021 ini.

Pelaku industri komponen menilai awal tahun ini permintaan mulai membaik kendati ada kelangkahan bahan baku di pemasok yang harus mendatangkan material impor namun teradang kelangkaan kontainer.

Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Wan Fauzi mengatakan secara rerata permintaan sudah mulai ada kenaikan dari akhir tahun lalu hingga 80 persen. Namun, komponen elektronik tercatat lebih melunjak ketimbang otomotif yang masih kecil.

"Kalau di saya elektronik ada yang permintaannya sudah dua kali lipat sedangkan otomotif baru untuk sepeda motor yang naik. Jadi kalau dulu 70 persen produksi untuk otomotif sekarang 60 persen untuk elektronik," katanya kepada Bisnis, Senin (18/1/2021).

Industriawan masih menantikan sejumlah kepastian peraturan pemerintah atau PP sebagai implementasi regulasi dari Undang Undang Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja yang sudah diproses sejak akhir tahun lalu.

Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan asosiasi telah berperan dan berpartisipasi aktif memberi masukan untuk penyusunan RPP Pelaksanaan UU Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja pada sektor Perdagangan dan Perindustrian baik yang dikoordinasikan oleh K/L secara langsung maupun koordinasi Apindo dan Kadin.

Gapmmi, lanjut Rachmat, memastikan regulasi nanti akan menckup kemudahan dalam penanaman modal dan jaminan pasokan bahan baku. Saat ini, industri mamin pun tercatat masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada bahan baku dari impor.

Momentum pemulihan ekonomi Indonesia diyakini akan semakin membaik pada 2021. Hal ini terlihat dari beberapa indikator ekonomi yang sudah mulai menunjukkan pemulihan, terutama di bidang manufaktur. Hasil survei Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Desember lalu menunjukkan industri ini telah kembali tumbuh dari 50,6 ke level 51,3.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri bisa tumbuh sekitar 3,95 persen. Optimisme tersebut sejalan dengan investasi pada industri pengolahan nonmigas yang masih tumbuh positif. “Dengan asumsi pandemi sudah bisa dikendalikan, terutama dengan komitmen pemerintah menghadirkan vaksin Covid-19,” ujar menteri dalam keterangan tertulisnya.

Peningkatan indeks dan proyeksi pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri ini didukung adanya pertumbuhan pesanan baru, terutama di negara-negara yang memang menurut index ini manufakturnya kembali bergeliat. Pada bulan lalu, aktivitas manufaktur zona euro tercatat meningkat dalam laju tercepat sejak pertengahan 2018, dari  53,8 pada November menjadi 55,2 di bulan Desember.

Penjualan semen domestik 2021 diperkirakan meningkat 3-6 persen setelah terkontrasi 10,4 persen pada tahun lalu. Proyek infrastruktur akan menjadi salah satu katalis pertumbuhan tersebut.

Departement Head Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan katalist positif peningkatkan penjualan semen pada tahun ini adalah proyek-proyek infrastruktur terutama karena peningkatan belanja APBN 2021 untuk infrastruktur tumbuh sebesar 47,3 persen atau menjadi Rp414 triliun.

Jumlah anggaran ini sudah lebih besar daripada realisasi anggaran infrastruktur APBN 2019 sebelum pandemi Covid-19 yang sebesar Rp399,8 triliun.

"Katalis selanjutnya tentu program vaksinasi dan efektifitas vaksin yang diharapkan menciptakan ekspektasi positif terhadap kecepatan pemulihan ekonomi nasional," katanya melalui siaran pers, Rabu (20/1/2021).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa tengah terpaan Covid-19, sektor industri tahun lalu menjadi penyumbang PDB terbesar yaitu 19,86 persen, yang mana industri pengolahan nonmigas menyumbang 17,9 persen.

Untuk tahun ini, pertumbuhan industri manufaktur diperkirakan kembali positif. Seluruh subsektor manufaktur akan kembali bergairah. Dengan asumsi pandemi sudah bisa dikendalikan dan aktivitas ekonomi sudah bisa kembali pulih.

"Kami memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur pada 2021 akan tumbuh hampir 4 persen atau 3,95 persen. Optimisme tersebut sejalan dengan investasi di industri pengolahan nonmigas yang masih tumbuh positif pada 2020," katanya, Selasa (12/1/2020).