Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk terus membangun zona integritas untuk mencapai reformasi birokrasi yang mampu mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sesuai dengan penuturan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita,

“Dukungan manajemen melalui peningkatan kapasitas Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemenperin, layanan data dan informasi Industri 4.0 juga diharapkan menjadi penguat pemulihan ekonomi nasional sekaligus menjadi modal penggerak dalam berkomitmen mencapai reformasi birokrasi,” kata Inspektur Jenderal Kemenperin Masrokhan lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Jumat.

Masrokhan memaparkan pemulihan ekonomi nasional dapat dicapai dengan menjalankan program-program prioritas yang mampu mendorong aktivitas ekonomi, peningkatan konsumsi, peningkatan ekspor, dan peningkatan investasi, dengan industri sebagai roda penggerak utamanya.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai industri bus nasional masih mampu bertahan di tengah pandemi.

"Pada tahun 2018 produksi bus sebesar 3.460 unit, pada tahun 2019 kita menghasilkan 3.275 unit, dan saat pandemi COVID-19 pada 2020 kita masih mampu memproduksi 2.075 unit bus," papar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin Taufiek Bawazier dalam acara Busworld Southeast Asia, Selasa.

Menurut dia, kebutuhan bus di dalam negeri yang cukup tinggi menjadi salah satu penopang industri bus bertahan di tengah pandemi. Apalagi pemerintah juga terus meningkatkan sistem transportasi umum di sejumlah provinsi.

"Termasuk juga program peremajaan alat transportasi yang telah berusia 25 tahun, ini menjadi potensi," kata Taufiek Bawazier.

Taufiek juga menyampaikan pada masa pandemi prosentase kendaraan niaga cenderung meningkat dibandingkan dengan kendaraan penumpang.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan industri manufaktur di Tanah Air masih mencatat performa positif pada beberapa subsektornya meski tertekan dampak pandemi COVID-19, yang terlihat dari beberapa subsektor konsiten berkontribusi dan menopang angka pertumbuhan industri pengolahan pada kuartal IV tahun 2020.

“Memang secara tahunan industri pengolahan nonmigas terkontraksi sebesar 2,22 persen. Namun bila kita bandingkan dengan kuartal sebelumnya (q-to-q), saya melihat sudah ada tren positif dan pertumbuhan industri sudah mengalami rebound,” kata Menperin Agus lewat keterangan resmi di Jakarta, Senin.

Pada kuartal IV tahun 2020 industri logam dasar tumbuh 11,46 persen seiring naiknya permintaan luar negeri. Kemudian industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 8,45 persen, terutama didukung peningkatan permintaan domestik terhadap sabun, hand sanitizer, dan disinfektan serta peningkatan produksi obat-obatan, multivitamin dan suplemen makanan.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat penarik investasi tahun ini utamanya berasal dari industri kendaraan listrik.
Seperti telah disebutkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kemenperin pun mencatat setidaknya ada tiga perusahaan yang akan merealisasikan investasinya tahun ini.

Ketiganya yakni Contemporary Amperex Technology (CATL) asal China dengan nilai investasi US$5,2 miliar, LG Chem asal Korea Selatan dengan investasi sebesar US$9,8 miliar, dan BASF asal Jerman.

BASF merupakan perusahaan kimia yang sudah memulai investasinya di Indonesia sejak 1976. Perusahaan ini per 2019 mencatat penjualan sebesar 462 juta Euro dengan total karyawan 645 orang.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto mengatakan guna lebih menarik investasi ke depan, pihaknya mendorong penyelesaian pembahasan rancangan PP dalam rangka implementasi dari UU Cipta kerja, khususnya PP yang masuk ke dalam klaster perindustrian.

Industri makanan dan minuman mencatat pertumbuhan di level 1,6 persen sepanjang tahun lalu sesuai dengan hasil yang dirilis dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gappmi) Adhi S. Lukman mengatakan angka itu sesuai dengan proyeksi pertumbuhan pelaku industri yang berkisar 1 hingga 2 persen.

Adapun pada kuartal I/2021 Adhi menyebut kinerja akan didorong oleh periode persiapan Ramadan dan Lebaran.

"Secara kuartalan kami belum membuat proyeksi, tetapi tetap optimistis akan positif untuk mencapai pertumbuhan tahun ini di level 5 hingga 7 persen. Sejauh ini produksi pabrik juga masih berjalan lancar belum ada keluhan dari anggota," katanya kepada Bisnis pada Minggu (7/2/2021).

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengharapkan penurunan impor produk besi dan baja pada tahun lalu berlanjut pada 2021.

Plt. Kasubdit Logam Besi Direktorat Jenderal ILMATE Kemenperin Rizky Aditya Wijaya mengatakan secara tahunan impor berhasil turun sebesar 30 persen pada 2020. Alhasil tahun ini diharapkan setidaknya akan sama dengan tahun lalu dengan tiga catatan.

Pertama, penuruan impor pada 2021 ini tidak berdampak pada sektor hilir secara signifikan, terutama sektor otomotif.

Kedua, untuk arus barang-barang modal yang tercakup dalam kelompok industri baja akan diberikan kemudahan impor agar pemulihan ekonomi bisa secepatnya.