Indonesia telah mengalami pertumbuhan positif dan agresif dalam pembangunan serta pengoperasian fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral dalam beberapa tahun terakhir, sebagai bagian dari strategi nasional untuk mendorong industri hilir.

Meskipun perkembangan ini menjadi peluang transformasional bagi negara dan rantai nilai sektor pertambangan, penting untuk menekankan bahwa evaluasi, pembangunan, dan peluncuran aset baru harus dilakukan dengan perencanaan matang serta pengawasan berkelanjutan agar tidak membahayakan sektor industri ini.

Dalam kajian terbarunya terhadap sektor pengolahan dan pemurnian mineral Indonesia, perusahaan konsultan dss+ telah memanfaatkan pengalamannya dalam membantu klien di tingkat lokal dan global untuk menyelesaikan proyek modal dengan lebih baik dalam hal kerangka waktu dan anggaran.

Kinerja industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika (ILMATE) masih tercatat gemilang dengan pertumbuhan mencapai 10,00 persen (y-on-y) pada kuartal III tahun 2023, atau mencapai total nilai sebesar Rp159,41 trilliun. Di tengah kondisi ekonomi global yang belum stabil, sektor ILMATE justru semakin bergeliat hingga mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,94 persen pada periode yang sama.

 Direktur Jenderal ILMATE Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier menyampaikan, pertumbuhan ILMATE yang moncer hingga double digit terjadi sejak kuartal III-2022, sedangkan pertumbuhan ILMATE melesat jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional sudah sejak kuartal I-2021. Hal ini menunjukan bahwa sektor ILMATE menjadi kontributor yang signifikan terhadap kinerja industri manufaktur maupun ekonomi nasional.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendukung sektor industri dalam upayanya memenuhi komitmen berkelanjutan sesuai Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030. Salah satu upaya yang dilakukan Kemenperin adalah melakukan pemetaan awal kondisi industri remanufaktur di dalam negeri yang akan dijadikan dasar penyusunan peta jalan pengembangan industri bila industri remanufaktur potensial untuk semakin dikembangkan.

"Pengembangan industri remanufaktur berperan kunci dalam mencapai netralitas emisi gas rumah kaca dengan memperpanjang umur produk, mengurangi kebutuhan produksi barang baru yang memicu emisi gas rumah kaca," ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan persnya pada Selasa (14/11).

Industri remanufaktur adalah kegiatan pemulihan barang yang telah habis masa pemakaiannya menjadi produk yang layak pakai kembali dengan langkah-langkah seperti membongkar, membersihkan, memperbaiki, dan mengganti komponen yang rusak.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan enam strategi utama untuk pertumbuhan kinerja sektor industri nasional. Adapun, hal ini selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasinal 2025-2045.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri pengolahan tumbuh 5,20% (year-on-year/yoy) pada kuartal III/2023, lebih tinggi dari pertumbuhan periode yang sama tahun lalu 4,83%.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko. S. A. Cahyanto menerangkan strategi pertama yakni terkait dengan penerapan ekonomi hijau dan sirkulasi produksi industri berkelanjutan.

"Kedua, upaya ditekankan pada penguatan industri dasar dan rantai nilai domestik yang masih memiliki potensi besar untuk terus ditingkatkan," kata Eko dalam keterangan resminya, Senin (6/11/2023).

Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI) memproyeksi pertumbuhan produksi baja ringan pada tahun 2024 terungkit hilirisasi industri.

Ketua Umum Asosiasi Roll Former Indonesia, Nicolas Kesuma mengatakan dorongan pemerintah untuk hilirisasi industri merupakan kebijakan strategis yang dapat meningkatkan kinerja industri nasional.

"Target produksi rata rata produsen baja ringan anggota asosiasi baja ringan meningkat sampai 25%," kata Nicolas kepada Bisnis, Minggu (12/11/2023).

Optimisme hilirisasi tersebut dinilai masih perlu didorong oleh inovasi dari para pelaku usaha sehingga dapat menarik investasi untuk meningkatkan kapasitas dan kontinuitas produksi.

Adapun, menurut Nicolas, hilirisasi menjadi keuntungan bagi industri baja ringan yang berada di hilir. Hal ini ditercerminkan dari kinerja industri baja yang masih mengalami pertumbuhan sepanjang 2023.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai isu deindustrialisasi tidak terjadi seiring dengan pertumbuhan positif industri pengolahan atau manufaktur yang tumbuh 5,20% (year-on-year/yoy) pada triwulan III/2023.

Angka pertumbuhan 5,20% ini lebih tinggi dari periode yang sama pada 2022 sebesar 4,83%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan sektor manufaktur melampaui pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode yang sama sebesar 4,94%.

Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan data BPS tersebut membuktikan bahwa Indonesia tidak sedang dalam proses deindustrialisasi dini karena manufaktur masih menjadi sumber terbesar pertumbuhan ekonomi.

Tidak hanya itu, sektor industri kembali menduduki peringkat pertama atau menyumbang investasi terbesar yaitu 41,2% terhadap realisasi investasi nasional sebesar Rp433,9 triliun sepanjang Januari-September 2023.