Sektor industri manufaktur masih memainkan peran krusial dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karenanya, diperlukan kebijakan strategis dan sinergi yang kuat untuk mendukung peningkatan kinerja industri manufaktur di Indonesia yang berdaya saing dan berkeberlanjutan.

“Peran pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, tidak hanya menetapkan regulasi yang akan memacu pelaku industri untuk bertransformasi menuju industri yang berkelanjutan, namun juga hadir memberikan solusi untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku industri,” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya, Kamis (2/10/2024).

Dalam upaya mewujudkan tantangan tersebut, Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) melalui salah satu unit pelayanan teknisnya, yaitu Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Pencegahan Pencemaran Industri (BBSPJPPI) Semarang menggelar Business Gathering dengan mengusung tema “Sinergi BBSPJPPI dan Industri dalam Mendukung Operasi Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan” di Semarang, Kamis (2/10/2024).

Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus meningkatkan daya saing industri manufaktur dalam menopang perekonomian nasional. Selama ini, sektor manufaktur mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penerimaan devisa dari investasi dan ekspor hingga penambahan jumlah penyerapan tenaga kerja.

“Kami berkomitmen untuk semakin meningkatkan mutu dan daya saing industri dalam negeri. Langkah ini direalisasikan juga melalui peran Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (28/9).

Pada triwulan II tahun 2024, industri pengolahan nonmigas berkontribusi sebesar 16,70 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa industri manufaktur merupakan sektor yang memiliki sumbangsih terbesar pada triwulan tersebut.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan implementasi Making Indonesia 4.0, menjadi strategi kunci untuk menjadikan Indonesia sebagai negara 10 ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030.

"Kinerja sektor manufaktur yang baik ini, tentunya dipacu dengan penerapan Making Indonesia 4.0 yang merupakan strategi kunci bagi Indonesia untuk menjadi negara 10 ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030," kata Menperin Agus dalam acara penguatan industri melalui optimalisasi teknologi, penghargaan rintisan teknologi industri, dan penghargaan indi 4.0 tahun 2024 di Jakarta, Selasa.

Akselerasi itu bisa dilakukan, mengingat laporan 76 pelaku industri yang tergabung dalam Champion Indi 4.0 menyatakan adanya penurunan konsumsi energi yang mencapai 4--40 persen, peningkatan produktivitas 5--22 persen, dan penurunan harga produksi 3--78 persen.

Bertepatan dengan Peringatan Hari Kakao Nasional, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali menegaskan komitmennya untuk meningkatkan produksi dan daya saing produk turunan kakao, terutama produk cokelat artisan.

Jumlah industri cokelat artisan tercatat mengalami peningkatan, dari 31 perusahaan menjadi 39 perusahaan pada tahun 2023.

“Dalam lima tahun ke depan, diharapkan industri ini terus dapat berkembang hingga 120 industri,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika pada acara Peringatan ke-23 Hari Kakao Indonesia dikutip dari siaran pers di situs Kemenperin, Rabu (25/9).

Putu juga menyampaikan, potensi nilai tambah biji kakao jika diolah menjadi produk artisan bisa menghasilkan enam hingga sepuluh kali nilai tambah. Bahkan, apabila diolah menjadi produk farmasi seperti suppositoria, nilai tambahnya dapat mencapai 36 kali.

Para pelaku usaha masih mempertahankan kinerja positif sepanjang September, yang terlihat dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) berada pada level 52,48 poin, tidak jauh berbeda dari bulan sebelumnya.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif, menyampaikan kinerja industri yang stagnan ini disokong oleh beberapa faktor positif.

"Beberapa faktor positif yang mempengaruhi IKI bulan September, antara lain penguatan nilai tukar rupiah, pertumbuhan investasi khususnya di sektor bangunan seiring dengan penyelesaian proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Proyek Strategis Nasional (PSN), serta konsumsi rumah tangga, terutama dari kelas menengah ke atas, yang terus menopang perekonomian," tutur Febri, Senin (30/9/2024).

Febri menambahkan, secara keseluruhan IKI cenderung stagnan karena belum ada kebijakan signifikan bagi industri manufaktur yang dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga lain.

Penguatan kerja sama antara Indonesia dan China di sektor energi dapat menjadikan RI sebagai hub manufaktur energi terbarukan. Koordinator Proyek Transisi Energi Asia Tenggara Institute for Essential Services Reform (IESR) Agung Marsallindo mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya yang memadai untuk memproduksi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), disokong dengan biaya produksi yang rendah. Di samping itu, investasi hijau dari "Negeri Panda" akan menyasar proyek energi terbarukan yang layak secara finansial seperti tenaga surya dan angin.

Di satu sisi, penguatan kerja sama antara China dan Indonesia juga dapat mendukung dekarbonisasi industri di Indonesia. Agung menuturkan, dukungan China terhadap transisi energi di Indonesia dapat berupa kolaborasi teknologi dan manufaktur serta investasi.

Dia menambahkan, kolaborasi antara kedua negara juga dapat memastikan kerangka pembiayaan proyek hijau yang layak dinadani oleh bank alias bankable dan jangka panjang. "Memperkuat peluang kerja sama Indonesia dan China dalam sektor energi terbarukan sangat diperlukan dalam mengedepankan pembangunan hijau dan berkelanjutan," kata Agung dalam media briefing bertajuk Potensi Kolaborasi Indonesia-China dalam Pembangunan Ekonomi Hijau dan Kerja Sama Energi Bersih, Selasa (24/9/2024) sebagaimana dikutip dari siaran pers.