Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan bahwa sepanjang triwulan I 2021, nilai investasi, yang direalisasikan indutri pengolahan, mencapai Rp88,3 triliun atau naik 38 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp64 triliun.

"Dengan capaian Rp88,3 triliun tersebut, sektor manufaktur memberikan kontribusi signifikan hingga 40,2 persen terhadap total nilai investasi di Indonesia yang mencapai Rp219,7 triliun," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Realisasi investasi nasional sebesar Rp219,7 triliun tersebut naik 4,3 persen dibanding triwulan I 2020 sebesar Rp210,7 triliun.

Rincian nilai investasi sektor industri manufaktur pada triwulan I 2021, yaitu berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp23 triliun serta penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp65,3 triliun.

Industri pengecoran logam optimistis produksi tahun ini akan lebih meningkat dibandingkan ketika Covid-19 pertama kali merebak di Indonesia sehingga mengubah banyak rencana dan proyeksi pelaku usaha.

Ketua Umum Asosiasi Industri Pengecoran Logam Indonesia (Aplindo) Achmad Safiun mengatakan pada tahun lalu industri pengecoran hanya bekerja sekitar 30-50 persen dari kapasitas produksinya. Hal itu sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menerapkan pembatasan sosial ke industri dengan batasan tenaga kerja hingga 50 persen.

"Salah satu produksi industri pengecoran anggota Aplindo untuk pengecoran besi tahun lalu turun hingga 48,4 persen menjadi 119.843 ton dari periode 2019 yang sebesar 232.435 ton. Namun, tahun ini saya kira akan lebih baik," katanya kepada Bisnis, Kamis (22/4/2021).

Untuk itu, utilisasi tahun ini diproyeksi mulai kembali berangsur menuju 60-70 persen setelah tahun lalu sempat turun di 50 persen.

Industri pendukung bangunan tahun ini tampaknya sudah mulai bisa tersenyum. Berbagai insentif pendorong dari penyerapan pasar baik sektor konstruksi dan properti yang sudah dijalankan mampu kembali menyeret permintaan yang seret hampir sepanjang tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan kinerja industri keramik di bawah naungan Asaki semakin membaik secara kuartalan. Sebelumnya, tingkat utilisasi pada kuartal IV/2020 sebesar 68 persen. Angka itu naik dari tingkat utilisasi sepanjang 2020 yang sebesar 58 persen dan meningkat pada kuartal I/2021 ini mencapai 75 persen.

"Level pencapaian utilisasi 75 persen merupakan yang tertinggi sejak 2015 lalu. Angka utilisasi 75 persen mencerminkan industri lebih cepat pulih dari estimasi sebelumnya," katanya kepada Bisnis, Senin (26/4/2021).

Edy bahkan menilai pada April ini utilisasi sudah kembali meningkat ke level 80 persen.

Presiden Joko Widodo memastikan industri kaca terbesar di Asia Tenggara akan dibangun di Kawasan Industri Terpadu Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Pernyataan itu disampaikan Presiden di sela kunjungan kerja ke kawasan industri seluas 4.300 hektare tersebut, Rabu (21/4/2021). Jokowi mengatakan, peletakan batu pertama industri kaca ini akan dilakukan pada Mei 2021.

“Nanti di bulan Mei akan ada ground breaking, peletakan batu pertama untuk industri kaca. Kemungkinan industri kaca terbesar di Asia Tenggara,” katanya melalui saluran Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (21/4/2021). Selain itu, sejumlah industri juga akan masuk ke kawasan itu seperti prekursor dan katida. Jokowi memastikan dua industri itu mulai dibangun sekitar Juni - Juli 2021.

Pemerintah menyiapkan lahan sekitar 4.300 hektare kawasan industri Batang. Dari total tersebut, 450 hektare lahan telah selesai dan akan digunakan untuk industri berbasis teknologi.

Neraca perdagangan industri pengolahan nonmigas sepanjang Januari-Maret 2021 mengalami surplus sebesar US$ 3,69 miliar. Capaian positif ini merupakan hasil dari kinerja ekspor sektor manufaktur yang meningkat pada periode tersebut.

“Secara kumulatif, nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada Januari-Maret 2021 adalah sebesar US$ 38,96 miliar atau naik 18,06% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam siaran pers di situs Kemenperin, Minggu (25/4).

Agus menyampaikan, meskipun di tengah terpaan dampak pandemi Covid-19, kinerja pengapalan industri manufaktur masih mendominasi terhadap capaian nilai ekspor nasional. Tercatat, sepanjang tiga bulan tahun ini, sektor manufaktur memberikan kontribusi terbesarnya hingga 79,66% dari total nilai ekspor nasional yang menyentuh US$ 48,90 miliar.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memacu investasi manufaktur dengan target Rp323,56 triliun pada tahun 2021, terutama di sektor elektronik yang masih menjadi primadona.

Jumlah itu naik Rp58,28 triliun dari target investasi tahun 2020 sebesar Rp265,28 triliun.

“Pemerintah bertekad untuk terus mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui kebijakan strategis, yang bisa menjadi daya tarik bagi para investor asing maupun domestik supaya mereka semakin percaya diri menanamkan modalnya di Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Minggu.

Searah upaya tersebut, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektonika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier menyampaikan komitmen pemerintah dalam mendorong peningkatan investasi di sektor industri telah tertuang di beberapa regulasi yang baru diluncurkan.