Pasar ekspor yang semakin terbuka lebar, diperkirakan akan mendongkrak pertumbuhan industri makanan dan minuman (Mamin) pada 2023.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi Lukman, mengungkapkan pertumbuhan industri mamin bisa menyentuh angka 5 persen di 2023.

“Saya kira saat ini saya optimis ya, perkiraan saya sih harusnya bisa di atas 5 persen pertumbuhannya [industri mamin],” kata Adhi kepada Bisnis pada Jumat (27/1/2023).

Adhi menilai, industri ini memang cukup prospektif jika dibandingkan dengan industri lain, di tengah permasalahan pemulihan ekonomi pasca pandemi serta permasalahan pasar ekspor akibat ketidakstabilan kondisi geopolitik.

Menurutnya, pertumbuhan industri Mamin akan didorong oleh kesempatan untuk mengekspansi pasar ekspor di negara-negara yang kehilangan pemasok. Misalnya Singapura yang kehilangan Malaysia sebagai pemasok ayam, hingga akhirnya memutuskan untuk mengimpor olahan ayam dari Indonesia.

“Ini semua karena memang banyak negara-negara yang sebelumnya mereka bisa memasok ke pasar global, kemudian ada gangguan. Ada yang kekurangan bahan baku dan lain sebagainya, sehingga ada beberapa negara yang mencari pengganti dari Indonesia,” jelas Adhi.


Selain itu, menurut Adhi, ekspor produk Mamin juga berpotensi meningkat ke pasar di Timur Tengah dan Afrika. Dia mengatakan bahwa pelaku usaha terus berupaya memperluas pasar selain mengandalkan pasar tradisional seperti Amerika Serikat, Jepang dan juga China.

Adhi juga mengungkap, pada 2022, pertumbuhan ekspor industri mamin dari bulan Januari hingga November 2022 mencapai 20 persen untuk pangan olahan. Terlebih, industri ini juga bertumbuh pada kuartal III/2022.

“Sampai Q3/2022 itu kan pertumbuhan dari 3,7 persen, jadi cukup bagus meskipun belum normal, pertumbuhan industri mamin itu biasanya sekitar 7 sampai 9 persen, masih jauh dari sekitar 4 persen dan tapi ini masih lebih bagus dari sektor lain,” ungkapnya.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebelumnya merilis, nilai ekspor industri mamin pada Januari hingga September 2022 lalu mencapai US$36 miliar jika dijumlahkan dengan minyak kelapa sawit. Di luar itu, industri mamin telah menghasilkan nilai ekspor pada periode yang sama sebesar US$12,77 miliar.

Seperti diberitakan sebelumnya, industri mamin termasuk industri yang akan tetap moncer pada 2023. Amannya rantai pasok serta masih baiknya daya beli masyarakat juga diperkirakan mendongkrak penjualan produk makanan dan minuman (mamin) pada periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, mengatakan kedua faktor tersebut berpotensi membuat penjualan produk mamin melonjak hingga 20 persen pada periode tersebut.

"Kondisi rantai pasok dari industri hulu dipastikan aman. Daya beli masyarakat juga baik dilihat dari berbagai indikator ekonomi. Jadi, diperkirakan penjualan akan terkerek hingga 20 persen," ujar Roy.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com