Industri manufaktur Indonesia kembali mencatatkan kinerja positif di tengah tantangan global. Data World Bank dan United Nations Statistic menunjukkan manufacturing value added Indonesia pada 2024 mencapai USD 265 miliar, naik 4 persen dibanding tahun sebelumnya.

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan capaian tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara manufaktur terbesar ke-13 di dunia dan peringkat ke-5 Asia.

“Posisi kita berada setelah Jepang, India, Korea Selatan, dan China. Ini bukti daya saing industri nasional semakin kuat,” kata Faisol di Tangerang, baru-baru ini.

Pertumbuhan sektor industri juga tercermin dari kinerja ekonomi nasional pada triwulan II 2025. Faisol menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,12 persen, sementara industri pengolahan non-migas justru tumbuh lebih tinggi di angka 5,6 persen.

Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mendorong generasi Z untuk mempersiapkan diri membangun masa depan industri nasional.

Faisol menilai generasi muda lahir pada rentang 1997–2012 tersebut memiliki peran sentral dalam keberlanjutan pembangunan industri manufaktur domestik.

“Sebagai kelompok usia produktif yang adaptif terhadap teknologi dan inovasi, mereka memiliki potensi besar dalam mendorong transformasi industri menuju arah yang lebih kreatif, inklusif, dan berkelanjutan,” kata Faisol di Jakarta seperti dilansir dari Antara, Rabu (24/9/2025).

Sebagai langkah menarik minat generasi Z agar berkontribusi pada pengembangan industri domestik, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan Industrial Festival 2025.

Industri logam dasar memiliki peran vital dalam menopang berbagai subsektor lainnya sebagai mother of industry, ditambah dengan kinerjanya yang terus menunjukkan tren positif.

Pada triwulan II tahun 2025, industri logam dasar mencatatkan kontribusi sebesar 6,7 persen terhadap PDB nasional dan tumbuh double digit sebesar 14,7 persen secara tahunan.

Ini disapampaikan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Setia Diarta mewakili Menteri Perindustrian pada acara Pelepasan Ekspor Produk Cold Rolled Coil (CRC) PT Krakatau Baja Industri (KBI) ke Spanyol yang berlangsung di Cilegon, Banten, Kamis (25/9/2025).

“Capaian ini merupakan hasil ekspansi produksi yang semakin luas, didorong oleh permintaan global yang terus meningkat, khususnya dari sektor besi dan baja, serta keberhasilan program hilirisasi nasional yang konsisten menambah nilai produk dalam negeri,” kata Dirjen ILMATE, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Jumat (26/9).

Indonesia dan Turki menegaskan kembali komitmennya untuk terus memperkuat kerja sama yang komprehensif di sektor industri sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kedua negara. Hal ini disampaikan dalam pertemuan bilateral antara Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita dengan Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki, Mehmet Fatih Kacir.

“Indonesia akan segera menyusun roadmap kerja sama industri Indonesia–Turki sebagai panduan strategis untuk memperkuat kolaborasi jangka panjang di berbagai sektor,” kata Menperin Agus dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Minggu (21/9).

Pertemuan dua sahabat dekat yang penuh keakraban tersebut, dilaksanakan di sela keikutsertaan Menperin Agus pada 12th Annual Teknofest Aerospace and Technology Festival di Bandara Internasional Ataturk, Istanbul, Sabtu (20/9) waktu setempat. Festival teknologi kedirgantaraan terbesar di Turki ini dihadiri jutaan pengunjung dari kalangan pemerintah, pelaku usaha, hingga akademisi.

Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mencatat sektor manufaktur Indonesia terus menunjukkan kinerja solid meski dunia dibayangi ketidakpastian geoekonomi dan geopolitik. 

Pada kuartal I-2025, industri pengolahan non migas mengalami pertumbuhan 5,60 persen (year on year), melampaui laju pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di level 5,12 persen. 

“Sektor manufaktur yang ada di Indonesia, berdasarkan data statistik sektor manufaktur Indonesia menunjukkan kinerja yang cukup baik alhamdulillah, positif di tengah-tengah berbagai macam tantangan geoekonomi, geopolitik,” ujar Agus saat ditemui di ICE BSD City, Kamis (25/9/2025). 

“Pada triwulan I-2025 sektor industri pengolahan non-migas ini mencatat pertumbuhan sebesar 5,60 persen year on year lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang 5,12 persen,” paparnya.

Presiden Prabowo Subianto menargetkan kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 20,8% pada 2025. Angka tersebut naik dibanding baseline 2024 yang sebesar 18,98%. 

Adapun, peningkatan target tersebut sebagaimana tertuang dalam lampiran Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2025 tentang Pemutakhiran Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2025. 

Dokumen ini menjadi pedoman pembangunan nasional di tahun pertama Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. 

Masih dalam lampiran beleid tersebut, target pertumbuhan ekonomi 2025 ditetapkan 5,3% pada tahun ini dengan produk domestik bruto per kapita US$5.410 (Atlas Method). Dengan begitu, Indonesia tetap berada dalam kategori upper middle income country.