Kementerian Perindustrian memproyeksikan industri manufaktur akan bertumbuh seiring dengan perluasan pasar ekspor di kancah global.

Hal ini karena didukung kualitas produk lokal yang kian berdaya saing dan permintaan pasar ekspor yang terus meningkat, sehingga mendorong optimalisasi produktivitas perusahaan.

Kemenperin mencatat, pada triwulan III tahun 2023, industri logam dasar tumbuh double digit sebesar 10,86%.

Capaian ini melampaui jauh dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,94% dan kinerja industri pengolahan nonmigas yang tumbuh berada di angka 5,02%.

“Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, khususnya sektor logam dasar ditopang oleh tingginya demand, di mana performa positif dari sektor industri logam dasar tersebut didukung oleh peningkatan permintaan pasar khususnya ekspor,” papar Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi dalam keterangan resmi, Kamis (18/1).

Indonesia dan Vietnam terus memperkuat kerja sama bilateral yang komprehensif, termasuk dalam sektor industri. Kolaborasi ini diharapkan mendorong peningkatan investasi baru di sektor industri yang berujung pada pertumbuhan ekonomi kedua negara.

Komitmen itu tertuang dalam pertemuan antara Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Vietnam Nguyen Hong Dien di Hanoi, Kamis (11/1). Kegiatan ini dalam rangkaian agenda Menperin Agus mendampingi Presiden RI Joko Widodo pada kunjungan kenegaraan di Vietnam.

“Vietnam adalah salah satu negara mitra dagang utama bagi Indonesia. Secara keseluruhan total perdagangan Indonesia dan Vietnam terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2022, nilai perdagangan kedua negara sebesar USD13,3 miliar,” kata Menperin Agus dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis (11/1) malam.

Pada pertemuan kedua menteri tersebut, Menperin menyampaikan, pada tahun 2023 Indonesia sukses menjadi tuan rumah pada Keketuaan ASEAN dengan mengusung tema "Epicentrum of Growth". Salah satu kesepakatan yang telah dicapai, yakni pembentukan task force yang bertugas untuk meningkatkan penurunan karbon dan good regulatory practice (GRP).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sejumlah negara tujuan utama ekspor tahun 2023 beserta komoditas yang diminati negara tersebut, mulai dari China, Amerika Serikat (AS), Jepang, India, hingga Filipina.

Adapun, total ekspor periode Januari-Desember 2023 mencapai US$258,82 miliar, atau turun 11,33% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$291,90 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan sepanjang 2023 tercatat 3 besar negara tujuan utama ekspor berturut-turut berdasarkan share yaitu China yaitu 25,09%, kemudian AS yaitu 8,98%, dan Jepang yaitu 8,03%.

"Dengan China, komoditas yang paling banyak di ekspor oleh Indonesia adalah berupa ferronickel dengan nilai US$14,95 miliar atau mencakup 23,02% dari total ekspor ke China," kata Pudji dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024).

Gabungan Produsen Makanan dan Minuman (Gapmmi) optimistis kinerja industri makanan dan minuman (mamin) mampu tumbuh positif pada tahun ini. Salah satunya didorong oleh kepastian ketersediaan bahan baku.

Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan, pasokan bahan baku seperti gula kristal rafinasi (GKR) bakal aman karena perizinan impor (PI) yang telah terbit lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Kami harap itu bisa mendorong pertumbuhan industri mamin, apalagi saat ini sedang dalam persiapan menjelang masa Ramadan," kata Adhi kepada Bisnis, dikutip Selasa (9/1/2024).

Adapun, Gapmmi memasang target kinerja industri mamin dapat tumbuh dikisaran 5-7% pada 2024. Target tersebut tidak begitu jauh dengan angka tahun lalu lantaran sikap pengusaha yang masih berhati-hati.

Dengan terbitnya PI gula rafinasi, Adhi berharap industri gula rafinasi dapat segera merealisasikan kontrak tersebut. Terlebih, harga gula rafinasi saat ini dalam tren penurunan. yakni di level US$21 sen per pound.

Keberadaan berbagai insentif pajak untuk mobil listrik diyakini akan berdampak positif bagi industri penopang produk tersebut, salah satunya adalah ban.

Sebagai pengingat, pemerintah belum lama ini menerbitkan Peraturan Menteri Investasi/Kepala BKPM (Permeninves) No. 6 Tahun 2023 yang berisi insentif pembebasan bea masuk dan PPnBM ditanggung pemerintah atas impor mobil listrik, baik secara completely built up (CBU) maupun completely knock down (CKD). Beleid ini merupakan aturan turunan dari Peraturan Presiden (Perpres) No. 79 Tahun 2023.

Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane menyampaikan, saat ini industri ban sebenarnya tidak terlalu terpengaruh oleh dinamika perkembangan mobil listrik. Sebab, ban untuk mobil konvensional tetap bisa digunakan secara normal pada mobil listrik di seluruh dunia.

"Banyak mobil listrik yang ada di Indonesia yang tetap memakai ban mobil konvensional," ujar dia, Kamis (11/1).

Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) memperkirakan konsumsi baja nasional tumbuh 5,2% menjadi 18,3 juta ton pada 2024. Kebutuhan baja tahun ini ditopang permintaan global, pertumbuhan sektor properti, belanja infrastruktur pemerintah, hingga industri pengguna baja otomotif.

Dalam laporan terbaru IISIA, pertumbuhan konsumsi sejalan dengan tren peningkatan sejak tahun 2020 hingga 2023. Adapun, tahun lalu konsumsi baja nasional mencapai 17,4 juta ton, naik dari sebelumnya 16,6 juta ton pada 2022.

Permintaan pasar global khususnya China masih menjadi pasar ekspor baja terbesar dan pendorong kinerja industri baja nasional. Beberapa analis pasar memperkirakan konsumsi baja China tumbuh 0,2% mencapai 944,6 juta ton.

Kebutuhan tersebut masih tinggi meskipun terjadi penurunan dari semula 1 miliar ton. Fitch Rating meramal permintaan baja China beralih dari sektor properti ke manufaktur dan energi terbarukan.