Industri semen Indonesia terus bertransformasi menuju keberlanjutan, seiring dengan komitmennya untuk mencapai emisi nol bersih (Net Zero Emission/NZE) pada tahun 2050. Langkah ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, di tengah berbagai tantangan global.

Industri semen menjadi salah satu industri yang terus menunjukkan kekuatan dan peran signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan enam belas produsen semen terintegrasi dan total kapasitas produksi mencapai 120 juta ton per tahun (Mta), Indonesia menempati posisi sebagai salah satu produsen semen terbesar di Asia Tenggara. Konsumsi semen yang tinggi di Indonesia ini merupakan indikator penting dari pertumbuhan ekonomi yang stabil.

“Produsen semen Indonesia terus melakukan perbaikan berkelanjutan untuk memastikan keberlanjutan dan menciptakan iklim usaha yang kondusif, serta meningkatkan daya saing di pasar regional dan global,” kata Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam (ISKPBGN) Putu Nadi Astuti di Jakarta, Senin (1/7).

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) mengungkap kabar terbaru rencana investasi untuk pembangunan pabrik teksitl oleh perusahaan asing asing asal China dan Singapura.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenkomarves Septian Hario Seto mengatakan tercatat 11 perusahaan tekstil yang tengah melakukan proses perizinan untuk investasi di dalam negeri.

"Ada 11 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 40.000 tenaga kerja. Lokasi di Subang, Karawang, Brebes, Solo dan Sukoharjo. Investor China, Singapura dan Indonesia," ujar Seto kepada Bisnis, Rabu (14/6/2024).

Kendati demikian, Seto tak memberikan detail potensi investasi yang akan digelontorkan perusahaan asing dan dalam negeri saat ini. Yang pasti, penanaman modal oleh 11 perusahaan tersebut akan menyerap hingga 40.000 tenaga kerja.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong kerja sama dalam pengembangan industri otomotif, antara lain diwujudkan melalui kolaborasistrategis dengan berbagai pihak seperti kementerian, lembaga, dan asosiasi, termasuk juga dengan negara mitra potensial. Salah satu bentuk kerja sama tersebut adalah antara Indonesia-Jepang dalam bidang elektrifikasi kendaraan dan bahan bakar Carbon Neutrality (CN), termasuk bio-fuel.

“Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dan Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Jepang telah menjadi partner strategis dalam kerja sama yang berkelanjutan dengan tujuan untuk mencapai netralitas karbon di industri otomotif,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Putu Juli Ardika di Jakarta, Jumat (28/6).

Pada 27 Juni 2024, Kemenperin sukses menggelar The 5th Automotive Dialogue Indonesia-Japan di Jakarta. “Sebagai salah satu leader dalam industri otomotif di dunia, Jepang merupakan mitra utama dalam komitmen Indonesia terhadap pengembangan sektor otomotif, terutama dalam mencapai netralitas karbon,” ungkap Putu.

Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) US$ 6 per MMBTU dijamin bakal terus berlanjut. Namun, ada perbedaan antara Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Agus Gumiwang ingin agar kebijakan ini bisa dirasakan semua jenis industri. Tak terbatas pada 7 jenis industri yang selama ini masuk sebagai penerima gas US$ 6.

"Usulannya tetap kita konsisten harus diperpanjang, harus dilanjutkan dan harus semua sektor. Semua sektor yang membutuhkan gas sebagai bahan baku harus dapat," papar Agus Gumiwang di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (24/6/2024).

Sejauh ini tujuh industri yang berhak mendapatkan gas murah adalah mulai dari pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, hingga sarung tangan karet.

Industri Pengolahan masih terus bertahan di tengah tekanan ketidakpastian ekonomi global. Hal ini tampak pada Indeks Kepercayaan Industri bulan Juni 2024, yang menunjukkan bahwa kondisi umum kegiatan usaha sektor industri mengalami sedikit peningkatan dibandingkan bulan Mei 2024, yaitu sebesar 1%. Persentase responden yang menjawab kondisi usahanya meningkat dan stabil, naik dari 74,4% menjadi 75,4%.

“Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Juni 2024 mencapai 52,5, tidak berbeda dengan angka IKI bulan Mei 2024. Ini merupakan sinyal bertahan industri di tengah kondisi iklim usaha global saat ini,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Kamis (27/6).

Hal ini tidak sejalan dengan pola nilai IKI periode tahun sebelumnya. IKI Juni tahun 2023 mengalami peningkatan ekspansi 3,03 poin dari IKI bulan Mei 2023 dan masih merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 53,93, kondisi kegiatan usaha yang naik dan stabil mencapai 78,8%. Pola nilai IKI bulan Juni 2024 masih mengikuti pola IKI sejak dari bulan Februari 2024.

The Indonesian Iron and Steel Industri Association (IISIA) berencana meningkatkan produksi bajaa demi menangkap peluang ekspor ke Amerika Serikat. Hal ini dinilai perlu dilakukan setelah AS membatasi perdagangan sejumlah komoditas dari China.

Ketua Umum IISIA, Purwono Widodo, mengatakan perang dagang AS vs China menjadi katalis bagi industri besi dan baja untuk mendongkrak kinerja ekspor yang sempat turun pada tahun lalu, imbas melemahnya permintaan dan turunnya harga baja global.

"Ini kesempatan karena produk China tidak bisa masuk ke Amerika, kan dibatasi, kesempatan kita untuk ekspor ke sana. Industri baja juga sedang kejar itu," kata Purwono di Purwakarta, Jumat (21/6/2024)

Peluang ekspor baja ini juga diikuti dengan beberapa kendala terkait ongkos transportasi logistik yang meningkat dan ketersediaan kapal yang menipis. Pelaku usaha tengah mencari solusi dengan mengoptimalisasi kontainer yang ada.