Sektor manufaktur Asean menunjukkan kontraksi pada akhir semester I/2025. Bahkan, disinyalir tren pelemahan akan berlanjut pada bulan-bulan berikutnya seiring dengan penerapan kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Laporan S&P Global menunjukkan Purchasing Managers’ Index™ (PMI) manufaktur Asean tercatat di bawah 50,0 selama 3 bulan berturut-turut. Pada Juni 2025, PMI manufaktur Asean berada di angka 48,6, turun dari 49,2 pada bulan Mei 2025.
Ekonom S&P Global Market Intelligence Maryam Baluch mengatakan, sektor manufaktur Asean mengakhiri semester pertama tahun ini dengan catatan kurang baik, indeks headline turun ke posisi terendah dalam 46 bulan.
Kondisi ini tak lain dipicu indeks produksi yang terus mengalami kontraksi, serta pesanan baru, aktivitas pembelian, dan ketenagakerjaan yang turun tajam.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan industri mainan dalam negeri mencatat surplus net ekspor perdagangan internasional dalam lima tahun terakhir, dengan nilai ekspor pada tahun 2024 mencapai 610 juta dolar AS atau Rp10 triliun (kurs Rp16.390).
"Ini merupakan pencapaian yang membanggakan sekaligus juga membuktikan ketangguhan industri manufaktur Indonesia di arena internasional. Artinya, di tengah disrupsi ekonomi dunia, industri manufaktur dalam negeri masih terbukti memiliki ketahanan dan daya saing yang kuat di level global,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat.
Dijelaskan dia, kinerja sektor industri mainan anak nasional mencatatkan surplus net ekspor dalam lima tahun terakhir dengan nilai ekspor pada tahun 2024 meningkat 13,8 persen jika dibandingkan pada tahun 2023. Adapun negara tujuan utamanya adalah Amerika Serikat lantaran termasuk dalam rantai pasok global.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan industri manufaktur dalam negeri tetap ekspansif di tengah perang tarif dan eskalasi konflik yang terjadi di Timur Tengah antara Iran dan Israel.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Senin, menyatakan hal itu tercermin dari rilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Juni yang tetap berada di fase ekspansif yakni di angka 51,84 poin.
Angka ini mengalami sedikit perlambatan sebesar 0,27 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52,11, dan melambat 0,66 poin dibandingkan Juni tahun lalu yang sebesar 52,50.
Meskipun demikian, sektor manufaktur nasional masih menunjukkan ketahanan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
“Meskipun nilai IKI melemah, sektor manufaktur kita tetap resilien dengan 18 dari 23 subsektor tercatat ekspansi, menyumbang 92,2 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas triwulan I-2025,” ujar dia.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen memacu hilirisasi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki di wilayah Indonesia timur melalui penguatan pelayanan jasa industri.
Penguatan ini karena Indonesia timur masih memiliki potensi yang besar dalam upaya pengembangan industri manufaktur, termasuk sektor industri kecil dan menengah (IKM). Misalnya, di Maluku, wilayah itu berhasil menumbuhkan industri penghasil minyak atsiri, hasil hutan non-kayu, dan hasil laut.
”Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus menjalankan kebijakan hilirisasi industri dalam upaya meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri. Langkah strategis ini terbukti membawa dampak positif yang luas bagi perekonomian nasional, mulai dari peningkatan investasi, ekspor, dan tenaga kerja,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi di Jakarta, Rabu.
Kementerian Perindustrian terus berupaya untuk menjaga ketersediaan garam industri dalam mendukung aktivitas produksi di sektor industri pulp dan kertas. Melalui upaya ini, diharapkan kinerja industri pulp dan kertas akan semakin berkontribusi signfikan bagi perekonomian nasional.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menjelaskan, garam industri digunakan dalam Chlor-Alkali CAP untuk memproduksi klorin, natrium hidroksida (NaOH), dan hidrogen melalui proses elektrolisis larutan garam. “Produk-produk kimia dasar ini merupakan bagian penting dalam proses pemutihan, pemecahan serat kayu, pengendalian pH, hingga pembentukan produk akhir dalam industri pulp dan kertas,” kata Putu dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (25/6).
Berdasarkan data bulan Februari 2025, industri pulp dan kertas di Indonesia mencatatkan nilai ekspor sebesar USD8,09 miliar. Rinciannya, industri pulp menyumbang USD3,56 miliar, sementara industri kertas mencapai USD 4,44 miliar.
Prospek industri alas kaki berpotensi kembali mendaki seiring rencana investasi dari sejumlah perusahaan asing. Minat investasi ini menjadi angin segar di tengah tekanan pada industri alas kaki nasional.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier mengungkapkan sepanjang Januari - Mei 2025, ada 12 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di subsektor alas kaki yang siap berinvestasi. Total nilai investasi tersebut mencapai Rp 8 triliun.
Kemenperin belum membuka data perusahaan mana saja yang akan membangun pabrik alas kaki di Indonesia. Taufiek hanya memberikan gambaran bahwa kapasitas produksi dari rencana investasi tersebut mencapai 64,6 juta pasang sepatu dan 214,6 juta pasang komponen alas kaki.
Investasi tersebut diestimasikan akan menyerap tenaga kerja lebih dari 80.000 orang.
Page 2 of 133