Industri manufaktur nasional terus menunjukkan ketahanannya di tengah dinamika ekonomi global maupun domestik yang masih bergerak dinamis. Hal ini tercermin dari capaian Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Oktober 2025 yang tetap berada di zona ekspansi dengan nilai 53,50, meningkat 0,48 poin dibandingkan bulan September 2025 sebesar 53,02, serta lebih tinggi dari capaian pada periode yang sama tahun lalu yaitu 52,75 poin. Pencapaian ini menandai konsistensi optimisme pelaku industri dalam menjaga aktivitas usaha sepanjang tahun 2025.
Kondisi makroekonomi dalam negeri juga memberikan fondasi yang stabil bagi sektor industri. Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate pada level 4,75% pada Oktober 2025, yang memberi ruang bagi pelaku usaha untuk menjaga akses pembiayaan tetap terjangkau.
Selain itu, neraca perdagangan yang terus mencatat surplus hingga 64 bulan berturut-turut serta pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II/2025 sebesar 5,12% (turut memperkuat keyakinan industri dalam melanjutkan ekspansi.
Menteri Perindustrian menegaskan komitmen pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) melalui penguatan nilai tambah komoditas, penyempurnaan strategi pelaksanaan, serta peningkatan koordinasi lintas sektor.
Hal tersebut disampaikan dalam pidato penutupan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perindustrian di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Dalam arahannya, Menperin menyatakan bahwa rapat kerja tahun ini menjadi momentum penting untuk menyatukan langkah seluruh pemangku kepentingan dalam membangun industri nasional yang tangguh dan berdaulat. “Rapat ini bukan sekadar agenda rutin. Ini adalah upaya untuk menyelaraskan strategi dalam mengawal transformasi industri Indonesia,” ujarnya.
Menperin mengutip arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya Indonesia keluar dari ketergantungan pada ekspor bahan mentah. “Indonesia tidak boleh selamanya hanya menjadi pasar dan penjual bahan mentah. Kita harus menjadi bangsa pengolah, bangsa produsen, bangsa pencipta nilai tambah,” katanya.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang pada Oktober 2025 naik menjadi 51,2 poin menunjukkan pertumbuhan konsisten industri di tengah tekanan ekonomi global.
Agus mengatakan kenaikan 0,8 dari semula 50,4 poin PMI manufaktur domestik pada bulan lalu yang dirilis oleh S&P Global ini menandai ekspansi manufaktur selama tiga bulan beruntun sejak Agustus 2025.
Kemenperin mencatat, berdasarkan komponen pembentuk PMI, pesanan baru (new orders) naik dari 51,7 menjadi 52,3, sedangkan tingkat ketenagakerjaan meningkat dari 50,7 ke 51,3. Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan pasar dan kapasitas produksi industri nasional.
Pengusaha membantah bahwa industri tekstil dan garmen Indonesia melemah. Asosiasi Garment dan Textile Indonesia (AGTI) menegaskan, sektor ini berkomitmen menjaga daya saing global, membuka lapangan kerja, dan kontribusi terhadap ekspor nasional di tengah tantangan ekonomi dan dinamika perdagangan internasional.
Ketua Asosiasi Garment dan Textile Indonesia dan Perwakilan Pengusaha, Anne Patricia Sutanto, mengatakan salah satu kunci untuk tetap berdaya saing dengan terus berinvestasi pada digitalisasi dan efisiensi energi.
"Kami ingin menegaskan bahwa industri tekstil Indonesia bukan sedang melemah, tetapi sedang beradaptasi. Kami terus berinvestasi dalam efisiensi energi, digitalisasi, dan sustainability untuk memastikan daya saing produk Indonesia di pasar global tetap kuat," ujar Anne dalam keterangannya, Selasa (28/10/2025).
Industri cat dan pelapis (coatings) menjadi salah satu sektor manufaktur dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia.
Dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, negara ini diproyeksikan menempati posisi empat besar dunia dalam industri pelapisan permukaan.
Hal tersebut disampaikan oleh Alexander Mattausch, Executive Director Exhibitions NürnbergMesse GmbH, saat membuka Pacific Coatings Show & Conference (PCS) 2025 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta, Rabu (29/10/2025).
“Indonesia adalah negara yang paling berkembang di dunia saat ini untuk industri cat dan pelapis. Kami bahkan melihat potensi Indonesia untuk menjadi negara dengan industri pelapisan terbesar keempat, bahkan ketiga, di dunia dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang,” ujar Alexander.
Potensi perdagangan Indonesia dengan Afrika makin kuat seiring dengan dorongan Presiden Prabowo Subianto untuk menjalin perjanjian dagang preferensial (PTA) atau comprehensive economic partnership agreement (CEPA).
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai Afrika memiliki potensi besar menjadi pasar alternatif bagi produk unggulan Indonesia, seperti tekstil, batik, makanan instan, dan furnitur yang berpeluang tinggi menembus pasar benua tersebut.
“Banyak produk Indonesia yang sebenarnya high demand di Afrika, seperti tekstil dan batik. Saya sendiri pernah menawarkan batik ke teman-teman di Afrika dan mereka sangat tertarik, apalagi di Afrika Selatan,” ujar Andry saat ditemui di Kantor Bisnis Indonesia, dikutip Jumat (24/10/2024).
Dia menambahkan, contoh sukses seperti merek Indomie menunjukkan bahwa produk Indonesia mampu diterima luas di pasar Afrika. Selain sektor makanan, produk padat karya seperti furnitur dan tekstil juga dinilai berpeluang besar berkembang.
Page 2 of 144





