Volume penjualan semen di dalam negeri masih melambat hingga kuartal III-2025. Pada periode yang sama, volume penjualan ke pasar ekspor justru melesat.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Unggul Raharjo mengungkapkan volume penjualan semen di pasar dalam negeri masih di bawah ekspektasi, yakni berada di level 45,67 juta ton. "Penjualan tidak sesuai ekspektasi karena di bawah tahun lalu untuk periode sampai kuartal ketiga, minus 2,4%," ujar Lilik saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (14/10/2025).
Sebaliknya, volume ekspor semen tercatat sebesar 920.000 ton, atau mencerminkan kenaikan sekitar 17%. Ekspor produk setengah jadi atau klinker juga naik dengan level dobel digit, yakni 20%.
Timor Leste dan Australia menjadi pasar utama ekspor semen. Sementara pasar terbesar ekspor klinker menyasar Bangladesh, Taiwan dan Australia. "Di negara tujuan, kebutuhan juga naik. Di samping ada negara yang kondisinya membuat produk Indonesia lebih kompetitif," imbuh Lilik.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan industri pengolahan nonmigas (IPNM) atau manufaktur menjadi penopang utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi delapan persen seperti yang ditargetkan oleh Pemerintah.
"Tentu untuk tumbuh delapan persen salah satu faktornya adalah tumbuhnya industri. Tanpa industri tumbuh, ya jangan pernah berharap untuk ekonomi bisa tumbuh 8 persen," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Saleh Husin di Jakarta, Selasa (7/10).
Ia mengatakan manufaktur berperan besar terhadap perekonomian nasional dan menjadi salah satu penentu utama dalam pencapaian target pertumbuhan tersebut. Menurut dia, hal itu terlihat dari kontribusi yang diberikan IPNM terhadap ekonomi domestik, pada triwulan II 2025 misalnya, manufaktur memberikan kontribusi 16,92 persen dan tumbuh 5,6 persen di periode yang sama.
Produsen alat berat asal China, LiuGong Indonesia akan berinvestasi US$317 juta atau setara Rp5,2 triliun untuk membangun pabrik yang memproduksi alat berat di Kawasan Industri Artha Industrial Hill, Karawang Barat.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman LiuGong Indonesia melalui PT LiuGong Machinery Manufacturing Indonesia terkait rencana investasi di kawasan industri tersebut.
Presiden Direktur LiuGong Indonesia Levi Lin mengatakan pihaknya menargetkan fasilitas manufaktur tersebut akan mulai beroperasi pada 2026.
“Pabrik ini bakal menjadi salah satu pabrik alat berat terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi hingga 5.000 unit per tahun pada 2030,” kata Levi Lin dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu (11/10/2025).
Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) menyebutkan target kontribusi manufaktur di level 20,8% bukan tidak mungkin, meskipun kemungkinannya kecil untuk dapat dicapai akhir tahun ini.
Ketua Umum GAMMA, Dadang Asikin mengatakan bahwa dengan kondisi global yang masih penuh tantangan ketidakpastian global yang dipicu perlambatan ekonomi dunia, ketegangan geopolitik, hingga pelemahan permintaan ekspor, maka untuk mencapai angka 20,8% dalam sisa waktu tahun 2025 ini menjadi tantangan yang cukup berat.
“Kami melihat [industri pengerjaan logam dan mesin Indonesia] memiliki potensi mendorong kenaikan meski secara realistis capaian di atas 20% membutuhkan strategi jangka menengah, bukan sekadar dalam hitungan bulan di sisa akhir tahun 2025,” ujar Dadang kepada Bisnis, dikutip Minggu (5/10/2025).
Apalagi, dalam satu dekade terakhir, kontribusi manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami stagnasi di kisaran 18%—19%.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian RI, Eko S.A. Cahyanto, mewakili Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, melakukan pertemuan dengan jajaran pimpinan SAIC Motor Corp., Ltd. yang dipimpin oleh Zang Qing selaku Vice President SAIC Motor Corp., Ltd., di Shanghai, Kamis (9/10) waktu setempat. Pada pertemuan yang juga dihadiri CEO PT SGMW Motor Indonesia, Tang Wensheng tersebut, membahas penguatan kemitraan industri otomotif antara Indonesia dan Tiongkok, khususnya dalam pengembangan kendaraan ramah lingkungan dan perluasan ekspor di kawasan ASEAN.
“Pemerintah Indonesia menyampaikan apresiasi kepada SAIC Group atas kontribusinya dalam mendukung pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia. Kami berharap kerja sama ini terus berlanjut dengan memperbanyak lini produk kendaraan ramah lingkungan yang sesuai dengan karakteristik konsumen Indonesia,” ujar Eko dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Jumat (10/10).
Sektor industri manufaktur Indonesia masih menunjukkan kinerja moderat pada akhir kuartal III-2025. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada September 2025 ada di level 50,4, melambat dari Agustus yang berada di posisi 51,5. Kendati begitu, PMI Manufaktur Indonesia pada September tahun ini melampaui PMI manufaktur Jepang 48,5, Prancis 48,1, Jerman 48,5, Inggris 46,2, Taiwan 46,8, Malaysia 49,8, dan Filipina 49,9.
Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan capaian tersebut menunjukkan daya tahan industri nasional masih terjaga di tengah tantangan global.
“PMI Manufaktur Indonesia berhasil bertahan di zona ekspansif selama dua bulan berturut-turut. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan domestik yang kuat masih menjadi motor utama pertumbuhan, termasuk juga untuk permintaan ekspor masih cukup baik meskipun mengalami tekanan dari dampak ekonomi global,” ujar Agus lewat keterangan persi, Jumat (3/10/2025).
Page 2 of 142




