Target pertumbuhan ekonomi yang patok pemerintah sebesar 8% hingga lima tahun kedepan menjadi tantangan yang cukup besar di tengah ketidakpastian situasi global saat ini, termasuk salah satunya pada sektor industri. Apalagi bila mengejar pertumbuhan ekonomi hanya mengandalkan mesin konsumsi rumah tangga semata. Saat ini, jika melihat struktur pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi 51%.
Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance, Esther Sri Astuti mengatakan, untuk mencapai target 8%, tidak mungkin hanya mengandalkan konsumsi semata."Tetapi harus mengaktifkan mesin ekonomi dari investasi, ekspor dan pengeluaran pemerintah," tegasnya.
Namun, saat ini, masalah yang harus diatasi pemerintah terlebih dahulu adalah daya beli masyarakat yang melemah. Pelemahan daya beli ini dinilai berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi."Oleh karena itu, daya beli masyarakat yang lemah ini juga harus menjadi pertimbangan pemerintah, tidak hanya dengan mencapai target pertumbuhan ekonomi, tapi daya beli melemah," ujar Esther.
Industri manufaktur Indonesia tengah menghadapi masa yang penuh tantangan. Salah satu indikator yang menggambarkan kesulitan ini adalah Purchasing Managers' Index (PMI) yang terus terkontraksi selama lima bulan berturut-turut.
PMI adalah sebuah indikator ekonomi yang mengukur aktivitas sektor manufaktur berdasarkan survei terhadap para manajer pembelian di perusahaan manufaktur.
PMI Manufaktur Indonesia yang tercatat pada bulan November 2024 berada di angka 49,6, meskipun ada sedikit peningkatan dari bulan sebelumnya yang berada di angka 49,2.
Meskipun PMI Manufaktur Indonesia menunjukkan sedikit perbaikan, kenyataannya sektor manufaktur Indonesia masih berada dalam tekanan.
Apa yang bisa dipelajari dari situasi ini, dan bagaimana industri manufaktur dapat mengambil langkah strategis untuk menghadapinya?
Badan Pusat Statistik mencatat kontribusi sektor manufaktur mencapai terhadap perekonomian nasional pada triwulan III–2024 mencapoai 19,02 persen, dengan pertumbuhan 4,72 persen secara tahunan atau year on year (y-o-y).
Capaian tersebut menegaskan ketangguhan industri nasional di tengah tantangan global dan pentingnya kebijakan strategis seperti peningkatan penggunaan produk dalam negeri.
Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian perindustrian RI, Yan Sibarang Tandiele mengatakan, seiring meningkatnya permintaan domestik dan eskpor di sektor makanan dan minuman (mamin), bahan bangunan dari logam dan logam dasar, serta komponen elektronik, industri manufaktur berhasil mencatat pertumbuhan tertinggi terhadap ekonomi nasional dengan kontribusi sebesar 0,96 persen (y-o-y) pada kuartal ketiga tahun ini.
S&P Global Market Intelligence menilai, peningkatan Indeks Manajer Pembelian atau Purchasing Manager’s Index (PMI) Indonesia yang tercatat 49,6 pada November 2024 mencerminkan adanya ekspansi produksi untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir.
Pertumbuhan ini terjadi meskipun pesanan baru mengalami penurunan serta perusahaan mencatat permintaan barang yang masih lemah.
"Data survei bulan November menunjukkan hasil yang beragam saat menilai kesehatan sektor manufaktur Indonesia. Di satu sisi, peningkatan output menjadi kabar baik, karena perusahaan meningkatkan produksi untuk membangun inventaris dan menyelesaikan pekerjaan sebelum terjadi peningkatan penjualan dan permintaan pada tahun depan,” kata Economics Director S&P Global Market Inttigence Paul Smith dalam keterangannya, di Jakarta, Senin.
Meskipun demikian, kenaikan indeks menjadi 49,6 pada bulan November, dari 49,2 pada Oktober, mengindikasikan kondisi operasional yang sedikit melambat pada periode penurunan saat ini.
Badan Pusat Statistik mencatat kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian nasional pada triwulan III 2024 mencapai 19,02 persen.
Angka ini tumbuh 4,72 persen secara tahunan (y-o-y) sekaligus menegaskan ketangguhan industri nasional di tengah tantangan global dan pentingnya kebijakan strategis seperti peningkatan penggunaan produk dalam negeri.
Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian RI Yan Sibarang Tandiele mengatakan, industri manufaktur berhasil mencatat pertumbuhan tertinggi terhadap ekonomi nasional dengan kontribusi sebesar 0,96 persen (y-o-y) pada kuartal ketiga tahun ini.
“Hal ini seiring meningkatnya permintaan domestik dan ekspor di sektor makanan & minuman, bahan bangunan dari logam dan logam dasar, serta komponen elektronik," ujarnya saat membuka pameran Manufacturing Indonesia 2024 yang berlangsung di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu, 4 Desember 2024.
Sebesar 75 persen produk industri manufaktur dalam negeri dipasarkan di dalam negeri. Dengan perbandingan orientasi pasar domestik dengan pasar ekspor sebesar 75:25, Tim Analis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Kementerian Perindustrian menyimpulkan bahwa kinerja industri manufaktur, yang secara umum masih menunjukkan ekspansi di tengah ketidakstabilan kondisi global, sangat dipengaruhi oleh kondisi kestabilan ekonomi dan daya beli di dalam negeri.
Indeks Kepercayaan Industri bulan November 2024 mencapai 52,95 (ekspansi), meningkat 0,20 poin dibandingkan dengan bulan Oktober 2024 atau meningkat 0,52 poin dibandingkan dengan November tahun lalu. “Meningkatnya IKI bulan Oktober ini ditopang oleh ekspansi 21 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB Industri Manufaktur Nonmigas Triwulan II 2024 sebesar 99,3%,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif dalam keterangan tertulis, Kamis (28/11).
Page 2 of 116