Sektor manufaktur dan pertanian kembali berada di posisi strategis sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional setelah mencatat kinerja di atas rata-rata sepanjang 2025. Bank Mandiri menilai keduanya berpotensi mempertahankan ekspansi dalam jangka pendek hingga tiga tahun ke depan melalui hilirisasi dan peningkatan produktivitas.

Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani, menyampaikan bahwa pemulihan manufaktur menjadi sinyal kuat kembalinya sektor tersebut sebagai engine of growth. Pada kuartal II dan III 2025, manufaktur tumbuh masing-masing 5,68% dan 5,64%, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional dan mengulang momentum terakhir satu dekade lalu pada kuartal III 2014.

“Ini kesempatan penting untuk mempertahankan pertumbuhan sektor manufaktur di atas 5% secara berkelanjutan,” ujar Dendi dalam paparan risetnya, dikutip Jumat (5/12/2025).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan sebagai bagian dari sektor hilir padat karya, industri furnitur memberikan nilai tambah tinggi bagi perekonomian nasional.

Sektor ini berkontribusi sebesar 0,92 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nonmigas pada triwulan III tahun 2025.

Nilai ekspor furnitur juga mencapai USD0,92 miliar hingga triwulan II tahun 2025, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD0,91 miliar.

"Adapun Amerika Serikat masih menjadi pasar terbesar dengan capaian 54,6 persen," sebutnya, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Senin (24/11).

Sementara itu, industri kerajinan turut mencatatkan kinerja positif dengan nilai ekspor sebesar USD173,49 juta pada triwulan II-2025, tumbuh 9,11 persen secara tahunan.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur yang dirilis S&P Global pada November 2025 yang mencapai 53,3 poin, tertinggi sejak Februari merupakan bukti industri nasional semakin kuat.

‎"Capaian ini meningkatkan semangat kami, meskipun hasil survei PMI bukan dasar kami dalam menentukan kebijakan. Kita tetap mengacu pada IKI, karena indikator tersebut merekam dinamika subsektor, mengaitkan data dengan struktur industri, dan memetakan sentimen pelaku usaha dengan lebih presisi,” ujar Menperin dalam pernyataan di Jakarta, Senin.

Menurut dia, peningkatan tersebut terutama digerakkan oleh lonjakan pesanan baru yang mencapai level tertinggi dalam 27 bulan terakhir.

Sebagian besar responden menyebut peningkatan jumlah pelanggan domestik sebagai faktor pendorong, sementara permintaan dari luar negeri justru menyusut cukup tajam.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, tengah menyusun daftar kebijakan yang ditujukan untuk mendorong penguatan iklim usaha industri manufaktur di dalam negeri.

Ia mengatakan, deretan kebijakan ini penting untuk mendukung pertumbuhan sektor manufaktur tanah air yang terus mengalami peningkatan. Hingga kuartal III-2025 pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,54% dari sebelumnya hanya tumbuh di kisaran 4,43%.

"Pemerintah secara proaktif mendukung industri manufaktur dalam negeri," kata Purbaya saat konferensi pers APBN, Jakarta, Kamis (20/11/2025).

Purbaya mengatakan, deretan kebijakan yang akan ditujukan untuk memperkuat industri manufaktur di dalam negeri misalnya khusus untuk tekstil terkait dengan penataan impor ilegal dan kawasan berikat, serta menerapkan bea masuk anti dumping atau BMAD dan bea masuk tindakan pengamanan atau BMTP.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan arus penanaman modal asing (PMA/FDI) semakin kuat mengarah ke industri manufaktur seperti logam hingga elektronik yang menjadi bukti industrialisasi berjalan optimal.

"Data terbaru menunjukkan bahwa arus investasi asing kini semakin kuat mengarah ke industri manufaktur seperti logam, kimia, mesin dan elektronik. Ini membuktikan bahwa kebijakan industrialisasi yang dijalankan oleh Bapak Presiden Prabowo sudah berjalan pada jalur yang tepat dan semakin menarik minat investor global untuk berinvestasi di sektor manufaktur Indonesia,” kata dia dalam pernyataan di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan riset BRI Danareksa Sekuritas, peranan sektor industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia semakin menguat di tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Industri manufaktur mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,54% di sepanjang kuartal III-2025. Angka tersebut mencatatkan perbaikan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor manufaktur di kuartal II-2025 di angka 4,43%.

“Hal ini dikarenakan kuatnya permintaan domestik, ekspor, dan ditopang 3 subsektor strategis utama. Makanan dan minuman sebagai kontributor terbesar tumbuh 6,49% didukung peningkatan produksi CPO dan turunannya.” kata Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan dalam paparan APBN Kita, Kamis (20/11/2025).

“Aktivitas hilirisasi terus berlanjut mendukung kinerja logam dasar dengan lonjakan fantastis sebesar 18,62% didorong permintaan ekspor yang tinggi untuk besi dan baja. Subsektor kimia, farmasi, dan obat tradisional juga tumbuh kuat sebesar 11,65% seiring naiknya permintaan bahan baku.”

Purbaya bilang, pemerintah secara proaktif mendukung penguatan industri manufaktur dalam negeri terlebih untuk sektor-sektor yang saat ini menghadapi berbagai tekanan baik secara domestik maupun tekanan dari luar.