Partisipasi Indonesia pada Industrial International Exhibition (INNOPROM) 2026 sangat penting untuk memperkuat posisi industri nasional di kancah global.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Eko S.A. Cahyanto mewakili Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam acara Kick-Off Persiapan Indonesia sebagai Partner Country pada Industrial International Exhibition (INNOPROM) 2026 di Jakarta, Selasa (21/10/2025).
“Partisipasi Indonesia sebagai Partner Country INNOPROM 2026 merupakan momentum penting untuk menunjukkan kemampuan dan daya saing industri nasional di hadapan dunia. Kami ingin memastikan bahwa kehadiran Indonesia bukan hanya sebagai peserta, tetapi sebagai mitra strategis yang menampilkan komitmen terhadap inovasi, keberlanjutan, dan pertumbuhan industri yang inklusif,” ucapnya, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Jumat (24/10).
Eko menjelaskan bahwa sektor industri manufaktur terus memainkan peran vital dalam perekonomian nasional. Hingga Agustus 2025, ekspor manufaktur nonmigas Indonesia mencapai USD147,90 miliar, atau sekitar 79,92% dari total ekspor nasional, dengan kontribusi 16,92% terhadap PDB.
“Indonesia juga menempati peringkat ke-13 dunia dalam nilai tambah manufaktur pada tahun 2024 serta peringkat pertama di Asia Tenggara, dengan nilai mencapai USD265 miliar. Capaian tersebut menunjukkan ketangguhan dan daya saing industri nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat manufaktur dan inovasi di kawasan,” papar Sekjen.
Sebagai pameran industri terbesar di Rusia, INNOPROM dikenal sebagai titik pertemuan utama pelaku industri dunia. Ajang ini diikuti lebih dari 700 peserta dari 50 negara dan dikunjungi puluhan ribu pengunjung setiap tahun. Bagi Indonesia, menjadi Partner Country berarti tampil sebagai wajah utama pameran dengan paviliun nasional yang akan menampilkan potensi manufaktur, inovasi teknologi, serta kreativitas industri dalam negeri.
Partisipasi Indonesia juga didukung oleh berbagai kerja sama perdagangan bebas dan kemitraan ekonomi komprehensif (FTA dan CEPA) dengan negara-negara mitra utama, termasuk ASEAN. Produk yang diproduksi di Indonesia kini dapat menikmati akses istimewa ke pasar lebih dari 2,5 miliar konsumen di seluruh dunia. Selain itu, Indonesia juga mendukung penyelesaian Indonesia–Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (IEAEU-FTA) yang akan semakin membuka jalan bagi peningkatan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Rusia.
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Tri Supondy menambahkan bahwa acara kick-off ini menjadi awal resmi persiapan menuju INNOPROM 2026.
“Selain menandai dimulainya koordinasi lintas kementerian dan lembaga, kegiatan ini juga menjadi momentum penandatanganan nota kesepahaman antara Kemenperin dan Formika, selaku penyelenggara INNOPROM, yang memperkuat kerja sama kedua negara di sektor industri,” ujar Tri.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Anton Atrashkin, Direktur Program Bisnis Formika Event, selaku penyelenggara INNOPROM. “Kami ingin kemitraan ini tidak hanya menjadi acara politik, tetapi benar-benar membawa manfaat nyata bagi pelaku industri dan dunia usaha Indonesia. Kami membuka peluang kolaborasi di bidang teknologi transportasi, energi, teknologi perkotaan modern, dan digitalisasi industri tema-tema yang juga menjadi prioritas penting di Indonesia,” ungkapnya.
Lewat INNOPROM 2026, Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa industri nasional siap bersaing secara global, tidak hanya sebagai produsen bahan mentah, tetapi sebagai pusat manufaktur, inovasi, dan solusi industri berkelanjutan. Dengan semangat kolaborasi dan hilirisasi, Indonesia menapaki babak baru sebagai kekuatan industri baru di Asia.
Melalui kegiatan ini, Kemenperin berharap diplomasi industri dapat menjadi penggerak utama dalam memperkuat citra positif Indonesia di mata dunia, sekaligus mendorong terwujudnya struktur industri nasional yang tangguh, berkelanjutan, dan berdaya saing global.
Sumber: https://wartaekonomi.co.id




