Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyatakan bahwa ketika dalam keadaan normal, penguatan mata dollar Amerika Serikat (AS) seharusnya berdampak positif bagi para eksportir furnitur. Namun sebaliknya, justru situasi saat ini dinilai berdampak tidak baik pada bisnis.

Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur menyebut, salah satu dampak dari naiknya dollar AS saat ini adalah peningkatan pada beban operasional produksi, mulai dari harga bahan baku hingga bahan-bahan penolong.

"Tidak semua bahan baku dan bahan penolong tersedia di dalam negeri, artinya harus impor, dan impor tentunya juga menggunakan mata uang dollar AS," kata Abdul, kepada Kontan.co.id, Senin (25/7).

Dia melanjutkan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga berdampak buruk bagi perusahaan yang penjualannya masih mengandalkan pasar lokal, dan bagi mereka yang bergantung pada bahan baku atau bahan penolong impor.

Naiknya harga bahan baku, kata Abdul, turut membuat harga jual produk akhir juga ikut meningkat. Nah, meningkatnya harga jual produk yang melebihi daya beli masyarakat itu otomatis akan berakibat pada menurunnya penjualan perusahaan.

"Intinya para pengusaha menginginkan stabilitas mata uang, karena mereka bukan cari untung dari selisih mata uang," jelas Abdul.

HIMKI melihat saat ini sedang terjadi "market shock" di beberapa industri termasuk industri mebel dan kerajinan. Kondisi ini berakibat pada pembatalan dan/atau penundaan order, terutama dari Amerika dan Eropa.

Dengan melihat situasi terkini HIMKI pun memproyeksikan pertumbuhan ekspor mebel dan kerajinan akan melemah di semester kedua ini. Meski begitu, penjualan diperkirakan masih tetap tumbuh positif dan on track dengan target pertumbuhan tahunan yakni di angka 13,5%.

Keyakinan masih tercapainya target pertumbuhan tersebut diharapkan datang dari transaksi di pameran IFEX agustus mendatang (18-21 Agustus 2022).

"Dilihat dari sisi kebutuhan, di mana produk mebel dan kerajinan merupakan kebutuhan sekunder dan bahkan tersier. Saat ini orientasi pengeluaran masyarakat mulai bergeser ke kebutuhan primer, dan kebanyakan konsumen melakukan pengetatan pengeluaran," sebut Abdul.

Untuk memaksimalkan kinerja ekspor tahun ini, para pelaku industri mebel dan kerajinan pun melakukan beberapa strategi, antara lainĀ  mengoptimalkan saluran pemasaran yang tersedia, ikut serta dalam pameran offline maupun online, serta strategi promosi dan pemberian berbagai diskon menarik.

Sumber: https://industri.kontan.co.id