Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mencatat sektor manufaktur Indonesia terus menunjukkan kinerja solid meski dunia dibayangi ketidakpastian geoekonomi dan geopolitik.
Pada kuartal I-2025, industri pengolahan non migas mengalami pertumbuhan 5,60 persen (year on year), melampaui laju pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di level 5,12 persen.
“Sektor manufaktur yang ada di Indonesia, berdasarkan data statistik sektor manufaktur Indonesia menunjukkan kinerja yang cukup baik alhamdulillah, positif di tengah-tengah berbagai macam tantangan geoekonomi, geopolitik,” ujar Agus saat ditemui di ICE BSD City, Kamis (25/9/2025).
“Pada triwulan I-2025 sektor industri pengolahan non-migas ini mencatat pertumbuhan sebesar 5,60 persen year on year lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang 5,12 persen,” paparnya.
Untuk sumbangan sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menyentuh 16,92 persen, menegaskan peran vitalnya dalam menjaga daya tahan ekonomi nasional.
Dari sisi ekspor, sepanjang Januari-Juli 2025, industri pengolahan non migas berhasil menyumbang 128,13 miliar dollar AS, atau sekitar 80 persen dari total ekspor nasional yang mencapai 160,16 miliar dollar AS.
Kinerja positif juga tercermin dari investasi. Pada semester I-2025, realisasi investasi manufaktur mencapai Rp 366,6 triliun, setara hampir 39 persen dari total investasi di Indonesia.
Pertumbuhan tersebut berdampak langsung pada penciptaan lapangan kerja, di mana hingga Februari 2025 tercatat 19,67 juta tenaga kerja terserap di sektor manufaktur, atau sekitar 13,5 persen dari total tenaga kerja nasional.
“Dan pertumbuhan positif investasi manufaktur juga terlihat dari penciptaan tenaga kerja yang sampai Februari 2025 tercatat menyerap 19,67 juta tenaga kerja atau hampir 13,5 persen dari total penyerapan tenaga kerja,” beber Agus.
Agus menambahkan, tingkat optimisme pelaku industri pun tetap tinggi. Hal ini terlihat dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Agustus 2025 yang berada di level 53,55 poin, jauh di atas ambang batas ekspansif 50 poin.
Sejak pertama kali dilakukan survei, kata Agus, Indonesia tidak pernah mencatatkan IKI di bawah 50 poin.
Sementara itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 juga stabil di level 51,5 poin, mengindikasikan aktivitas manufaktur masih dalam tren ekspansif.
“Walaupun PMI tidak kita jadikan bahan utama dalam rangka kita menyiapkan regulasi, tetapi PMI juga tercatat pada Agustus atau bulan lalu 51,5 persen. Artinya kecenderungan manufaktur kita tetap meningkat,” ucap Menperin.
Sumber: https://money.kompas.com