Sektor manufaktur dan pertanian kembali berada di posisi strategis sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional setelah mencatat kinerja di atas rata-rata sepanjang 2025. Bank Mandiri menilai keduanya berpotensi mempertahankan ekspansi dalam jangka pendek hingga tiga tahun ke depan melalui hilirisasi dan peningkatan produktivitas.
Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani, menyampaikan bahwa pemulihan manufaktur menjadi sinyal kuat kembalinya sektor tersebut sebagai engine of growth. Pada kuartal II dan III 2025, manufaktur tumbuh masing-masing 5,68% dan 5,64%, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional dan mengulang momentum terakhir satu dekade lalu pada kuartal III 2014.
“Ini kesempatan penting untuk mempertahankan pertumbuhan sektor manufaktur di atas 5% secara berkelanjutan,” ujar Dendi dalam paparan risetnya, dikutip Jumat (5/12/2025).
Kinerja manufaktur terutama ditopang hilirisasi mineral dan komoditas tambang, termasuk pengembangan rantai industri baterai. Sejumlah produk berorientasi ekspor seperti elektronik menunjukkan penguatan. Namun beberapa komoditas lain—seperti plywood, furniture, dan garment—masih mengalami tekanan permintaan. Dendi memandang peluang ekspansi makin terbuka dengan potensi relokasi industri dari China yang dapat menambah kapasitas produksi dan memperluas akses pasar ke Amerika Serikat.
Saat ini manufaktur menyumbang 19,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menjadi sektor padat karya yang memegang peran penting bagi stabilitas ekonomi domestik. Meski demikian, Dendi mengingatkan bahwa volatilitas harga komoditas tetap menjadi risiko sehingga hilirisasi dan peningkatan nilai tambah harus dipercepat agar sektor tersebut terus menjadi penggerak utama pertumbuhan.
Selain manufaktur, sektor pertanian juga mencatat kinerja solid dengan kontribusi 14,6% terhadap PDB. Permintaan global terhadap komoditas ekspor mulai dari kakao, kopi, kelapa hingga butter menguat sepanjang tahun. “Walaupun lahan relatif terbatas, produktivitas bisa ditingkatkan melalui teknologi, irigasi yang lebih baik, dan peningkatan keterampilan petani modern,” kata Dendi.
Ia menekankan perlunya standarisasi kualitas di daerah, perbaikan infrastruktur digital, serta perluasan akses pasar internasional. Model kemitraan pekebun kecil dengan perusahaan besar yang telah berjalan di industri sawit dinilai dapat direplikasi untuk komoditas lainnya guna memperkuat hilirisasi. Bank Mandiri mencatat bahwa tren harga komoditas yang relatif tinggi memberi peluang ekspor dalam jangka menengah.
Dendi menilai sinergi hilirisasi, peningkatan kualitas, dan ekspansi pasar akan menentukan konsistensi kedua sektor tersebut dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional hingga tiga tahun mendatang.
Sumber: https://wartaekonomi.co.id





