Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mencatat pertumbuhan positif industri plastik yang terdongkrak kebutuhan kemasan sepanjang Ramadan 2024.
Sekjen Inaplas, Fajar Budiono, mengatakan kinerja positif ini juga didukung daya beli masyarakat yang mulai menunjukkan perbaikan hingga kebijakan pembatasan impor sehingga daya saing mulai terungkit.
"Biasanya kalo pas Ramadan satu bulan itu bisa 8-10% naik 2-4%. Nah, kecuali tahun 2023 kemarin itu masih jelek, tahun ini kelihatannya momentumnya sedikit berpihak ke pertumbuhan," kata Fajar kepada Bisnis, Selasa (2/4/2024).
Menurut Fajar, sejak berlakunya aturan lartas impor yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.3/2024, pemulihan pasar mulai terlihat dan barang lokal lebih kompetitif dibandingkan barang impor.
Meskipun, beberapa bahan baku plastik yang diimpor secara ilegal masih banjir, tapi impor barang jadi sudah berkurang. Fajar berharap pemerintah dapat memberikan kebijakan non tariff measure sehingga mengakomodasi banjir impor di hulu dan intermediate.
"Kalau nggak, demand dalam negeri oke, pasar sudah oke, tapi industri menengah dan hulunya yang tidak kompetitif," tuturnya.
Di sisi lain, permintaan kemasan plastik yang meningkat memacu perusahaan untuk menambah kapasitas produksi hingga mengganti mesin untuk menghemat ongkos energi sehingga lebih murah dan cepat produksinya.
Pertumbuhan permintaan domestik belum diiringi pulihnya ekspor ke negara tujuan utama. Ekonomi global hingga sentimen panasnya perang geopolitik masih meninggalkan dampak terhadap perdagangan.
Dia pun tak heran jika sejumlah pabrik di industri yang berorientasi ekspor mengalami tekanan bahkan hingga tutup operasional pabrik.
"Di plastik sih belum ada penutupan pabrik, tetapi kalau ini tidak segera di antisipasi juga akan terdampak," ujarnya.
Sumber: https://ekonomi.bisnis.com