Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membantah sektor industri di Indonesia memasuki fase deindustrialisasi. Dia meyakini bahwa kondisi manufaktur dalam negeri saat ini dalam kondisi yang sehat.

“Saya bisa menjelaskan bahwa manufaktur pasti sedang tidak dalam deindustrialisasi, dengan data-data. Kita bukan 50,2 [PMI manufaktur] tapi 52, sekian ini very health,” kata Agus saat ditemui di Denpasar, Rabu (6/3/2024).

Agus menuturkan, sejumlah indikator kinerja manufaktur Indonesia menunjukkan peningkatan. Salah satunya ditunjukkan dengan angka purchasing manager's index (PMI) manufaktur Indonesia yang masih bertahan di level ekspansif. PMI manufaktur Indonesia pada Februari 2024 menyentuh skor 52,7, turun dari 52,9 pada Januari 2024.

Di sisi lain, Agus mengeklaim penyerapan tenaga kerja usai pandemi Covid-19 di sektor industri cukup tinggi. Selain itu, dari sisi ekspor, menurutnya, juga tidak pernah ada penurunan.

Dengan indikator-indikator tersebut, menurutnya, pihak-pihak yang menarasikan adanya deindustrialisasi tidak dapat membuktikan bahwa industri dalam negeri sedang mengalami kemunduran.

“Jadi mereka ini sudah bergeser dari menarasikan bahwa industri di Indonesia sedang deindustrialisasi, sekarang mencoba memakai indikator tambahan, yaitu investasi. Ya, semakin kecebur dia kalau pakai pendekatan investasi karena investasi manufaktur Indonesia datanya setiap tahun selalu naik terus,” ucapnya.

Agus juga memaparkan investasi sektor industri pada 2014 hanya mencapai Rp186 triliun. Lalu, meroket pada 2023 menjadi Rp565 triliun. Padahal, ada jeda waktu selama 2 tahun karena adanya pandemi Covid-19.

Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa kontribusi manufaktur Indonesia terhadap manufacture value added (MVA) dunia juga dapat diperhitungkan.

“Kita pada tahun 2021 [manufacture] value added kita US$228 miliar kontribusi terhadap manufacture value added dunia, itu sekitar 1,46% dari MVA dunia dan kita di atas negara seperti Kanada, Turki, Thailand, Brasil peer kompetitor kita,” tutur Agus.

Berdasarkan data yang dipaparkan Agus, rata-rata kontribusi produk domestik bruto (PDB) manufaktur terhadap total PDB Indonesia sebesar 19,9%. Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata kontribusi PDB manufaktur dunia yang sebesar 16,29% dan Australia sebesar 5,8%, Brasil 10,5% Rusia 12,5%, India 14,5%, Italia 14,7%, dan Filipina 18,8%.

Agus bilang, data-data tersebut, menjadi alasan Kemenperin tidak mengkhawatirkan kondisi industri manufaktur saat ini, meskipun kontribusinya terhadap PDB tercatat menurun.

“Kontribusi manufaktur terhadap PDB yang memang secara data kontribusi manufaktur terhadap PDB memang turun, sejak zaman orde baru terus turun,” ucapnya.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com