Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat penarik investasi tahun ini utamanya berasal dari industri kendaraan listrik.
Seperti telah disebutkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kemenperin pun mencatat setidaknya ada tiga perusahaan yang akan merealisasikan investasinya tahun ini.

Ketiganya yakni Contemporary Amperex Technology (CATL) asal China dengan nilai investasi US$5,2 miliar, LG Chem asal Korea Selatan dengan investasi sebesar US$9,8 miliar, dan BASF asal Jerman.

BASF merupakan perusahaan kimia yang sudah memulai investasinya di Indonesia sejak 1976. Perusahaan ini per 2019 mencatat penjualan sebesar 462 juta Euro dengan total karyawan 645 orang.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto mengatakan guna lebih menarik investasi ke depan, pihaknya mendorong penyelesaian pembahasan rancangan PP dalam rangka implementasi dari UU Cipta kerja, khususnya PP yang masuk ke dalam klaster perindustrian.

"Selain itu kami juga mempersiapkan keikutsertaan Indonesia pada even pameran teknologi industri terbesar di dunia yaitu Hannover Messe 2021 yang mana Indonesia menjadi sorotan utama pada pameran tersebut karena Indonesia akan menjadi partner country pada pameran tersebut," katanya kepada Bisnis, Rabu (3/2/2021).

Eko menambahkan faktor penarik peningkatan investasi di tahun ini salah satunya adalah regulasi terkait dengan pembatasan ekspor produk mineral. Regulasi tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan signifikan pada investasi sektor industri logam.

Faktor lain yang menjadi pendorong investasi adalah seriusnya pemerintah dalam menggarap program mobil listrik. Kebijakan ini mendorong peningkatan rencana investasi komponen otomotif kurang lebih Rp5 Triliun.

"Selain itu juga mendorong juga mendorong investasi di sektor baterai lithium sebesar Rp207,5 miliar dengan kapasitas 5,5 juta sel baterai lithium ion per tahun oleh PT International Chemical Industry," ujarnya.

Sementara itu, pandemi yang masih belum menunjukan indikasi penyelesaian masih menjadi faktor pemberat kegiatan investasi di tahun ini. Pasalnya, pembatasan perjalanan tentunya mempengaruhi realisasi investasi di dalam negeri.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya mengatakan sektor industri masih konsisten memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional melalui realisasi penanaman modal. Sepanjang 2020, investasi manufaktur mampu menunjukkan geliat positif, meskipun di tengah terpaan yang cukup berat akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada Januari-Desember 2020, sektor industri menggelontorkan dananya sebesar Rp272,9 triliun atau menyumbang 33 persen dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp826,3 triliun. Hasilnya, realisasi investasi secara nasional pada tahun lalu melampaui target yang dipatok sebesar Rp817,2 triliun atau menembus 101,1 persen.

Agus mengungkapkan, realisasi penanaman modal sektor industri di tanah air tumbuh 26 persen, dari tahun 2019 yang mencapai Rp216 triliun menjadi Rp272,9 triliun pada 2020.

Kepercayaan diri pelaku industri nasional untuk terus berekspansi, tercermin dari capaian penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor manufaktur pada tahun 2020 sebesar Rp82,8 triliun atau tumbuh 14 persen dibandingkan 2019 yang menembus Rp72,7 triliun. Realisasi dari investasi industri lokal tersebut berkontribusi hingga 20 persen dari total nilai PMDN sebesar Rp413,5 triliun pada 2020.

Di samping itu, Indonesia dinilai masih menjadi negara tujuan investasi bagi para pelaku industri global. Hal ini terlihat dari capaian penanaman modal asing (PMA) sektor manufaktur pada tahun 2020 sebesar Rp190,1 triliun atau tumbuh 33 persen dibandingkan dengan capaian pada 2019 yang menyentuh Rp143,3 triliun.

Realisasi investasi industri global tersebut berkontribusi hingga 46,1 persen dari total nilai PMA sebesar Rp412,8 triliun pada 2020.

Agus menegaskan, pemerintah bertekad untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif di tanah air melalui implementasi berbagai kebijakan strategis, seperti memberikan insentif dan kemudahan izin usaha bagi para pelaku industri.

Apalagi, investasi di sektor industri memberikan efek yang luas bagi perekonomian nasional, di antaranya berdampak pada peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan devisa dari ekspor.

“Kami akan all out agar kinerja sektor industri manufaktur bisa bangkit kembali di tengah masa pandemi saat ini. Capaian angka investasi ini membuat kami optimistis bahwa tahun 2021 akan menjadi tahun loncatan bagi upaya mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional,” paparnya.

Pihaknya menargetkan realisasi penanaman modal di sektor industri manufaktur pada tahun 2021 bisa naik mencapai Rp323,56 triliun. Optimisme ini didukung dengan implementasi Undang-Undang Cipta Kerja dan membaiknya perekonomian dunia pasca-vaksinasi.

Agus menyebutkan beberapa sektor yang masih jadi primadona para investor untuk menanamkan modalnya pada tahun ini, antara lain industri makanan dan minuman, logam dasar, otomotif, serta elektronik.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com