Industri alat kesehatan buat Indonesia disebut sudah mampu bersaing di pasar global, salah satunya seperti alat pendeteksi jantung (NIVA) yang kini sudah didistribusikan ke berbagai rumah sakit.

Guru Besar ITB, Tati Mengko mengatakan, keberhasilan pembuatan NIVA merupakan bukti nyata Indonesia mampu bersaing menghasilkan inovasi teknologi kesehatan yang mampu bersaing secara global.

"Ini bukti Indonesia mampu bersaing di pasar global. Dalam proses riset dan pengembangan NIVA, sebelumnya ITB beberapa kali berkolaborasi dengan industri untuk produksi alat kesehatan, namun belum terwujud. Bersama SCNP, hal itu terwujud dalam suatu segmen usaha khusus di SCNP," ungkap Tati, di Jakarta, Jumat (7/6/2024).

Non-Invasive Vascular Analyzer (NIVA) merupakan sebuah perangkat non-invasif karya Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI-ITB) yang berperan penting dalam pencegahan dan deteksi dini risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular). Berbasis teknologi ini, NIVA mampu mengukur 15 parameter kesehatan kardiovaskular termasuk kekakuan arteri, tekanan darah sentral, dan fungsi endotel.

NIVA hasil dari inovasi STEI-ITB ini telah memegang izin edar yang terbit pada 10 Maret 2023 dan dicetak pada 20 Maret 2023. PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) ditunjuk selaku distributor resmi dari NIVA untuk mendistribusikan setiap produk NIVA ke seluruh wilayah di Indonesia, dengan menjangkau berbagai rumah sakit, puskesmas, klinik, dan fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lainnya di 38 provinsi dan 511 kabupaten/kota melalui 48 cabang KFTD yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

"Merupakan suatu kehormatan bagi KFTD dapat berkolaborasi dengan PT Selaras Medika Digital Indonesia (SMDI). Melalui jaringan 48 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, kami berupaya untuk meningkatkan pemerataan akses alat kesehatan, termasuk produk NIVA. Kemitraan ini diproyeksikan akan memperluas distribusi produk NIVA secara nasional, sehingga masyarakat Indonesia dapat memperoleh manfaatnya secara merata," ujar Direktur Utama KFTD, Djagad Prakasa Dwialam.

Sumber: https://finance.detik.com