Ada sebuah anggapan, jika ingin melihat sukses tidaknya perusahaan, lihatlah pemimpinnya. Sebab, sang pemimpinlah yang akan jadi panutan, pegangan, sekaligus teladan yang mampu mengarahkan jalannya perusahaan. Lihatlah berbagai perusahaan sukses di dunia. Hampir bisa dipastikan, ada sosok yang identik dengan nama perusahaan tersebut. Berkat tangan dingin mereka, juga moralitas dan teladan yang dibawa, perusahaannya bisa maju dan mendunia. Minimal, dikenal, atau bahkan dikenang sebagai perusahaan sukses dunia.

Faktor kepemimpinan memang sangat krusial. Karena itu, sebagai seorang pemimpin, harus mampu dan berani mengambil risiko—namun selalu dengan perhitungan matang—dan bisa menjadi teladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Pemimpin harus mampu “memimpin diri sendiri” dulu, sehingga memunculkan teladan bagi orang lain. Apa yang dimulai, apa yang dilakukan, apa yang diputuskan, semua menjadi hal yang penting untuk meraih sukses bagi usaha yang dijalankan.

Ada beberapa hal tentang kepemimpinan yang harus dapat dilakukan oleh seorang pemimpin.

Pertama, punya kemampuan manajerial. Ia harus tahu persis hampir semua hal yang diperlukan untuk menjaga jalannya perusahaan. Mulai dari mengenali orang, menangani orang, fokus, hingga berani mengambil risiko, termasuk memilih kebijakan yang dianggap kurang “mengenakkan” beberapa pihak, agar perusahaan lebih profesional/berkembang.

Kedua, rendah hati untuk menerima masukan. Pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang mau mendengar lebih banyak. Tentu, bukan sekadar mendengar masukan dan kritikan. Namun, kemudian bertindak untuk mengalokasikan pikiran dan tenaganya guna melakukan berbagai macam perbaikan berdasar masukan dan kritikan yang didapat. Ibarat bercermin, kita tak akan bisa melihat wajah sendiri tanpa bantuan cermin. Maka, masukan dari orang lain tentang perusahaan yang dijalankan, menjadi nilai yang bisa diadopsi—sepanjang baik dan memungkinkan—untuk bisa dijalankan. Teristimewa, masukan yang diberikan dari sudut pandang konsumen, karena biasanya lebih objektif.

Ketiga, kemauan untuk belajar dan berkembang. Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa henti. Dan hampir bisa dipastikan, seorang pemimpin yang merasa puas oleh hasil yang dicapainya, namun terlena oleh kepuasannya, suatu saat ia akan segera tertinggal oleh perputaran zaman. Karena itu, seorang pemimpin yang bisa diteladani haruslah seorang yang mau dan terus belajar, serta menularkan sikap positif tersebut kepada semua lapisan bawahannya. Tentunya, masing-masing pemimpin punya kebijakan sendiri untuk membiasakan iklim belajar di perusahaannya. Namun yang pasti, pemimpin yang punya teladan dalam sikap suka belajar dari mana dan kapan saja, akan jadi contoh yang bisa menggerakkan perusahaan untuk melakukan hal yang sama.

Keempat, berani tampil beda. Seorang pemimpin sejati, tak pernah takut untuk melawan arus, sepanjang hal tersebut sesuai dengan idealisme yang dicita-citakannya. Ia berani mengambil risiko dan berani tampil beda. Tentu, bukan semata berani beda, namun dengan hal-hal yang penuh pertimbangan dan didasari keyakinan.

Kelima, mampu meninjau ulang. Tak jarang, pemimpin salah mengambil langkah dan menentukan keputusan. Hal tersebut sebenarnya adalah sesuatu yang cukup manusiawi. Karena itu, sikap merenung dan meninjau ulang, serta melakukan evaluasi juga harus menjadi teladan seorang pemimpin.

Pembaca yang Luar Biasa…

Begitu banyak faktor yang harus diperhatikan seorang pemimpin agar mampu menjadi teladan. Satu hal yang pasti, pemimpin yang mampu memulai dan berani mengambil keputusan, tetap harus punya kebijaksanaan dalam setiap keputusan. Dengan begitu, setiap tindakan yang dilakukan akan menjadi kebaikan bagi seluruh elemen perusahaan.

Salam sukses, luar biasa!

Sumber: https://andriewongso.com