Pada tulisan kali ini, ada sebuah ungkapan tentang kesempatan yang ingin saya bahas. Kali ini dari sudut pandang kata kesempatan itu sendiri. Di dalam kata “kesempatan” ada kata “sempat”. Dalam salah satu pengertian bahasa Indonesia, sempat diartikan “ada waktu”.

Jika ditelaah lebih jauh, waktu sebenarnya sesuatu yang sifatnya mutlak. Artinya, tiap orang memiliki waktu yang sama tak lebih dan tak kurang, sama-sama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Yang membedakan adalah bagaimana tiap orang memanfaatkan waktunya. Ada yang 24 jam penuh kesibukan sehingga seolah waktu selalu kurang, ada yang hanya menggunakan waktunya untuk hal yang kurang berguna, tapi ada pula yang dengan manajemen waktu yang lebih tertata, bisa memanfaatkan waktu 24 jam agar benar-benar maksimal hasilnya.

Kembali ke soal kesempatan, ada sebuah ungkapan bijak: orang cerdik memanfaatkan kesempatan. Artinya, mereka yang sukses, bukan sekadar menciptakan kesempatan agar selalu datang, tapi lebih dari itu.

Mereka memanfaatkan setiap kesempatan yang datang menjadi hasil yang maksimal. Terkait dengan waktu 24 jam, mereka yang cerdik, akan bisa mengolah waktunya menjadi kesempatan yang benar-benar bisa dimaksimalkan.

Sebuah kisah nyata berikut, semoga bisa jadi pembelajaran bagi kita semua, agar lebih bisa secara cerdik memanfaatkan kesempatan yang datang.

Alkisah, pada akhir 1970-an, di Jepang ada seorang anak muda yang membuka sebuah toko grosir kecil. Toko itu biasanya beroperasi maksimal sampai pukul 10 malam. Setelah itu, pemiliknya akan segera menutup tokonya. Namun, karena hari itu pengunjung sangat ramai, toko itu selepas jam 10 malam masih terang benderang.

Pada malam itu, bahkan jam dinding telah menunjukkan pukul 23:00. Tapi, anak muda itu masih membereskan barang-barang di tokonya. Ketika ia selesai mengerjakan pekerjaannya dan berniat segera menutup tokonya, tiba-tiba datanglah beberapa orang yang ingin membeli barang. Meskipun jam buka tokonya sudah lewat, para pembeli itu tetap dilayaninya dengan ramah. Setelah semua pembelinya pergi, anak muda itu langsung menambahkan sekaligus menyusun stok barang.

Waktu setengah jam pun berlalu dan waktu sudah menunjukkan pukul 23.30. Saat hendak menutup pintu tokonya, datang lagi pembeli lain yang ingin membeli barangnya. Anak muda itu merasa bingung dan bertanya-tanya sendiri, “Mengapa sampai larut malam masih saja ada orang yang keluar untuk membeli barang-barang di sini? Apakah mereka tidak tahu, kalau saya akan segera menutup toko?”

Setelah keluar sebentar dan melihat-lihat suasana di sekitarnya dengan cermat, anak muda itu baru menyadari bahwa rupaya hampir semua toko di kompleks pertokoan itu sudah tutup. Hanya toko si anak muda itu, yang masih buka. Ia kini menjadi tahu bahwa bisnisnya tidak mengenal batas waktu. Asalkan masih ada orang yang belum tidur, pasti ada peluang bisnis yang datang.

Dengan pengetahuan yang baru itu, anak muda ini pun mengubah jam kerjanya. Ia membuka tokonya setiap pukul 7 pagi dan menutup tokonya setiap pukul 11 malam. Karena toko si anak muda itu beroperasi lebih lama dibanding toko-toko yang lain, ditambah dengan layanan yang hangat dari penjaga toko, tokonya dikunjungi banyak pembeli dan menjadi toko favorit.

Setahun kemudian, toko anak muda ivni berkembang menjadi lebih besar. Meski begitu, anak muda itu tidak lantas berpuas diri. Ia terus melakukan perbaikan dan pengembangan, sehingga bisnisnya semakin besar dan besar. Produk dilengkapi, interior toko dibuat unik, dan potongan harga kerap diberikan kepada pelanggan setia. Anak muda kreatif dan pekerja keras itu bernama Takao Yasuda. Kini di usia 70 tahun lebih, ia menjadi seorang pengusaha ternama: owner dari jaringan toko grosir “Don Quijote” (Donki). Dia punya lebih dari 234 toko di 160 lokasi, empat di antaranya bahkan ada di Hawaii, Amerika Serikat. Ia salah satu orang terkaya di Jepang.

Kisah hidup Takao Yasuda, memang seperti sebuah keajaiban. Keajaiban yang juga bisa terjadi di kehidupan semua orang, termasuk kita, asalkan kita “siap bayar harga”, antara lain dengan rela berkorban. Seperti Yasuda, hal yang perlu kita lakukan hanyalah meluangkan waktu sedikit lebih banyak untuk melakukan pekerjaan yang kita sukai atau untuk merintis impian kita.

Yasuda adalah contoh nyata, bahwa ia bisa dengan cerdik memanfaatkan kesempatan. Sebab, jika ia melewatkan kesempatan itu begitu saja, mungkin tak akan ada tokonya seperti hari ini. Ia hanya sedikit melakukan perubahan terhadap jam tutup tokonya. Tapi, dampaknya luar biasa. Inilah apa yang disebut sebagai orang cerdik memanfaatkan kesempatan.

Kita pun bisa melakukan hal yang sama. Sebab sebenarnya banyak kesempatan yang berseliweran di sekitar kita. Kecermatan dan kecerdikan kita—serta tentunya kemauan dan kesadaran untuk memperjuangkan sampai sukses—akan menjadi pembeda bagi siapa pun kita hari ini.

Terus berjuang, manfaatkan kesempatan. Niscaya, sukses akan datang!

Sumber: https://andriewongso.com