Pernahkah Anda memperhatikan seekor harimau yang sedang membidik mangsanya? Ia akan meringkuk perlahan-lahan, mengamati calon mangsanya. Saat itu, dengan kewaspadaan penuh, harimau mengintai, mana buruan yang paling memungkinkan untuk dijadikan mangsa. Setelah sekian lama menatap dan perlahan-lahan mendekati buruannya, ia akan dengan segera meloncat, mengerahkan segenap kekuatan, serta dengan sigap menangkap incarannya. Semua proses itu tampaknya sangat cepat. Saat buruannya berlari, ia dengan sigap bisa mencari titik lemahnya, sehingga sang buruan akhirnya menyerah dan jadi santapan harimau.

Jika dicermati, tingkah harimau tersebut tak lepas dari kesungguhannya menyiapkan diri untuk menetapkan buruan mana yang akan dikejarnya. Tak heran, jika sudah menyerang, buruannya pun tak berkutik, meski bahkan, secara teori sang buruan kadang mampu berlari lebih cepat dari harimau. Inilah salah satu naluri alamiah seekor harimau untuk mencapai “tujuan”. Dengan kesungguhannya—untuk memenuhi kebutuhan hidup—harimau mampu “menang” di hampir semua “arena” perburuannya.

Kita pun sejatinya juga terlahir sebagai insan yang terus “berburu”. Tentu, masing-masing orang memiliki target dan tujuan yang berbeda-beda. Yang menyamakan adalah sebuah rumusan yang berlaku umum, siapa yang bersungguh-sungguh, dialah yang akan mencapai apa yang diidamkan.

Sayangnya, pengertian “sungguh-sungguh” kadang kurang dipahami dan diimplementasikan dengan baik dalam kehidupan. Misalnya, baru gagal sekali dua kali, sudah langsung menyerah. Mencari prospek pelanggan baru ditolak sekali dua kali, langsung merasa bahwa dunianya bukan di bidang penjualan. Baru kalah dalam satu dua pertandingan, sudah mengecap diri tak punya potensi. Akibatnya, proses kegagalan yang harusnya jadi pembelajaran, justru jadi batu sandungan. Ujungnya, menyerah sebelum tercapai semua keinginan.

Padahal, justru pada titik-titik paling melelahkan—yang paling sering membuat orang menyerah—itulah, mungkin hanya selangkah lagi kita akan mencapai kemenangan yang diimpikan. Karena itu, hanya mereka yang bersungguh-sungguhlah, yang akhirnya mampu mencapai tujuan. Mereka melampaui “batasan” dalam dirinya sendiri. Ini sejalan dengan buku karya Anwar Fuadi yang beberapa waktu lalu menjadi best seller, berjudul Negeri 5 Menara. Dalam buku tersebut, ada sebuah ungkapan “ajaib” dari bahasa Arab yang sering disebut dan menjadi pegangan tokoh dalam buku itu untuk mencapai tujuan, yakni Man jadda wa jada yang arti harfiahnya: siapa bersungguh-sungguh, akan mendapatkannya.

Dalam bahasa Inggris pun, kita mengenal ungkapan yang memiliki arti tak jauh beda, yakni: When there is a will, there is a way. Ini menunjukkan, bahwa pengertian bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan berlaku universal. Semua suku, bangsa, agama, pasti memiliki anjuran yang sama. Dan memang itulah kenyataan kehidupan. Itu bisa kita lihat di mana banyak tokoh dunia melegenda, karena kegigihan dan kesungguhan mereka dalam berkarya.

Maka, jika kita melihat ada siswa/mahasiswa yang lulus ujian dan tidak, ada yang mendapat nilai baik, ada pula yang kurang, semua itu pasti didasari pula oleh kesungguhan masing-masing anak. Namun, bukan jaminan pula, mereka yang punya nilai baik, akan mendapatkan sukses di kemudian hari, jika tak disertai dengan kesungguhan-kesungguhan berikutnya. Sebab, sejatinya, “ujian” nyata ada di kehidupan yang kita jalani sehari-hari dan itu berjalan terus-menerus hingga kita tak bernapas lagi.

Menilik kekuatan kesungguhan hati ini, mari kita coba lihat dalam diri, sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam setiap tugas dan tanggung jawab yang kita emban? Sudahkah kita memberikan yang terbaik dari yang kita bisa? Sudahkah kita memaksimalkan segala daya dan upaya untuk mengejar cita-cita? Semuanya kembali pada diri kita sendiri yang bisa menjawabnya.

Mari kita selalu bersungguh-sungguh, dalam setiap aspek kehidupan yang kita jalani. Jangan sibuk menilai kekurangan orang lain, tapi nilailah kekurangan diri dan segera memperbaiki. Jangan sibuk menyalahkan diri saat gagal, tapi sibukkan diri untuk menjadikan setiap kegagalan sebagai fondasi mencapai kesuksesan. Dengan kesungguhan, kita ubah kemustahilan menjadi keniscayaan, terus berjuang, wujudkan semua impian!

Salam sukses Luar Biasa!

Sumber: https://andriewongso.com