Alkisah, dalam sebuah kesempatan, seorang perajin karya tradisional mengikuti sebuah ajang pameran. Untuk mengikuti pameran itu, karena harus datang ke kota dari desanya yang cukup jauh, ia harus benar-benar menguras tabungannya. Tapi, semua itu dilakukan dengan keyakinan, bahwa pameran yang biasanya didatangi oleh banyak orang akan membuat produk kerajinannya diborong pembeli.

Selama ini, ia memang hidup dari menjual kerajinan di desanya. Untuk itu, ia hidup pas-pasan karena hanya mengandalkan pembeli yang datang tak pasti. Karena itu, begitu mendengar ada kesempatan ikut pameran di kota, ia nekat. Semua hasil kerajinannya dibawa ke kota dengan harapan akan mengubah nasib setelah ikut pameran.

Sehari dua hari mengikuti pameran, pengunjung hanya datang melihat karyanya. Namun ia terus saja menanamkan keyakinan, bahwa pasti akan ada pengunjung yang membeli produknya. Tetapi, hari berganti, hingga menjelang akhir pameran, produknya tidak laris terjual. Ia pun nyaris putus asa. Sebab, jika dalam pameran itu ia gagal, ia sudah berjuang habis-habisan.

Di tengah kegundahannya itu, sebuah bencana kecil menimpanya. Saat pengunjung membludak karena sudah berada di ujung pameran—di mana rata-rata barang dijual dengan harga diskon—kerajinan kayu yang dimilikinya tersenggol orang hingga hancur berantakan. Meski ia mendapat ganti, namun jumlahnya tak seberapa.

Hatinya sedih. Niatnya ikut pameran untuk mendapat hasil lebih baik malah musnah gara-gara kerusakan yang tak disengaja. Saat membersihkan kerajinan yang hancur berantakan, tanpa sengaja ia berkenalan dengan seseorang yang membantunya. Dari percakapan sesaat, mereka malah mendapat sebuah ide. Kerajinan kayu yang pecah berantakan malah bisa dibuat jadi mainan puzzle kayu yang beraneka bentuk. Ternyata, orang yang membantu itu adalah seorang investor yang sedang mencari perajin kayu. Kebetulan tersebut membuat keduanya menjalin kesepakatan. Hasil kerajinan kayu yang sudah jadi, diolah ulang menjadi mainan kayu susun semacam puzzle berbentuk aneka binatang.

Singkat cerita, mainan yang berasal dari ide kerajinan hancur berantakan itu malah menjadi tren baru. Si perajin dengan orang yang membantunya kemudian meraih untung besar dengan mainan dari kerajinan kayu. Sejak saat itu, ketakberuntungannya telah menjadi keberuntungan yang luar biasa hingga benar-benar mengubah nasib si perajin dan orang yang tadi membantunya.

The Cup of Wisdom

Kisah tersebut adalah ilustrasi tentang bagaimana keberuntungan dan ketidakberuntungan datang dan pergi. Kadang, satu hal yang kita anggap sebagai bencana, sebenarnya malah menyembunyikan kebaikan bagi kita. Sebaliknya, apa yang dirasa akan mendatangkan kebaikan, belum tentu juga semua akan berjalan sesuai dengan rencana.

Karena itu, alangkah baiknya jika kita selalu waspada dan mawas diri. Sebab, setiap saat peluang bisa jadi ancaman. Sebaliknya, kesempatan bisa pula berubah jadi kesempitan. Semua bergantung pada diri kita bagaimana akan menyikapinya. Sepanjang kita menyadari datangnya hukum perubahan, selayaknya kita pun akan bisa menjadi insan yang penuh kreasi dan percaya diri. Sehingga, apa pun kondisi yang datang “menyapa” bisa kita terima dengan lapang dada.

Saat masalah datang, miliki semangat menyelesaikan masalah dan mengedepankan solusi. Saat keberuntungan tiba, maksimalkan untuk mewujudkan mimpi.

Mari, kita jaga semangat berkarya dengan selalu mengedepankan kreativitas kerja dan karya, niscaya akan muncul banyak kesempatan dan keberuntungan.

Salam sukses, luar biasa!

Sumber: http://www.andriewongso.com