Sepertinya mudah. Tapi, janji adalah hal yang harus benar-benar ditepati. Sekali diucapkan, dan kemudian dilaksanakan, janji akan meningkatkan kepercayaan. Ujungnya, akan berhasil meningkatkan penjualan.

Tak jarang kita menemui kekecewaan saat membeli sebuah produk yang tak sesuai dengan yang dipromosikan atau diiklankan. Akibatnya, sebagai konsumen kita akan merasa kecewa. Mungkin kalau sekadar kecewa, bisa diatasi segera. Yang jadi masalah, jika kemudian kekecewaannya menjalar kepada yang lain, bahkan bagi yang belum pernah membeli atau berhubungan dengan produk tersebut.

Anda pernah lihat surat pembaca di beberapa media? Hampir bisa dipastikan, ada satu atau dua—bahkan lebih—surat yang berisi nada kecewa pada sebuah produk atau layanan yang diberikan perusahaan. Kadang jawabannya pun sangat standar. “Masalah sudah diselesaikan dengan yang bersangkutan.” Tak ada penjelas—mungkin memang tidak disediakan space untuk menjawab panjang lebar—yang membuat pembaca lain tahu apa yang sudah dilakukan si perusahaan untuk mengobati kekecewaan itu.

Jika ditilik ke belakang, kadang masalah kekecewaan itu berujung pada satu hal, yakni janji yang tidak (belum) ditepati. Padahal, seperti kita tahu, ungkapan bijak mengatakan: janji adalah utang. Ini tegas. Artinya, jika belum bisa menunaikan janji, jangan diobral. Kalau tidak, kita akan berutang pada konsumen yang terus menagih sampai kapan kita bisa memenuhi janji tersebut.

Dalam sebuah literatur yang saya baca, janji punya kekuatan yang sangat hebat jika dilaksanakan. Sebaliknya, janji juga punya kekuatan yang sangat melemahkan, jika gagal dijalankan. Ini sejalan dengan sebuah ungkapan yang sering saya dengar: sebuah janji setara dengan seribu ons emas. Ini merupakan ungkapan yang sangat tepat untuk menggambarkan, betapa janji adalah hal yang tak boleh dilanggar. Sekali dilanggar, banyak hal yang akan berakibat merugikan kita sendiri.

Sekali janji diucapkan, banyak hal yang harus dilakukan untuk mempertahankan. Dan, jika itu bisa terus dilakukan, niscaya nama baik akan didapatkan. Sebaliknya, memperbaiki nama yang sudah ikut tercoreng karena tak bisa memenuhi janji, sudah pasti butuh tenaga dan biaya yang tak sedikit. Berapa banyak dana yang harus dikeluarkan untuk menarik sebuah produk mobil dari pasaran, misalnya, demi alasan keselamatan? Ternyata ada “pengorbanan” yang dilakukan untuk memenuhi janji bahwa semua produk mobil tersebut adalah produk yang sangat peduli keselamatan penumpangnya.

Inilah bukti bahwa janji bukan sesuatu yang main-main. Janji adalah hal sangat serius yang harus kita perhatikan untuk menarik hati konsumen. Bahkan, kalau perlu diperjuangkan mati-matian untuk memenuhinya. Dengan selalu memenuhi janji, bukan sekadar kita membayar “utang”, tapi juga memupuk kepercayaan yang akan terus membuat kita jadi perusahaan yang bonafide di mata pelanggan.

Kita juga bisa melihat bagaimana “perjuangan” perusahaan properti besar. Mereka selalu berusaha sekuat tenaga memenuhi janji untuk menyelesaikan propertinya tepat waktu dengan kualitas terbaik. Tak jarang, untuk gedung yang bertingkat tinggi, pekerjanya nyaris tak pernah istirahat. Mereka bergiliran bekerja nyaris siang malam untuk memenuhi janji menyelesaikan properti tepat waktu. Inilah yang membuat perusahaan properti tersebut terus membesar dan dipercaya banyak pelanggan. Janji yang mereka tepati membuat citra mereka meningkat. Ujungnya, properti yang sedang dalam proses atau bahkan baru akan dibangun pun sudah diburu pelanggan.

Hal lain yang bisa kita pelajari adalah janji tepat waktu dari sebuah perusahaan antaran makanan—utamanya pizza—yang berani menjanjikan produknya sampai di depan rumah dalam waktu tertentu, katakanlah 30 menit. Jika lebih, akan ada bonus pada pembelian berikutnya. Tampaknya sepele. Tapi 30 menit—15 menit untuk membuat dan 15 menit mengantar—menjadi janji yang harus mereka perjuangkan. Uniknya, ini mendatangkan dua hal yang berbeda. Satu saat konsumen mungkin berharap terlambat sedikit saja, karena ia akan dapat bonus. Di sisi lain konsumen yang mendapat pesanan tepat waktu akan merasa puas dengan layanan yang supercepat ini. Akibatnya, paket antaran meningkat pesat. Inovasi tersebut membuktikan, janji yang diucap dan diperjuangkan, mendatangkan kepercayaan dan sekaligus kepuasan. Sehingga, produk pun makin laku, bahkan di tengah gempuran merek dagang sejenis yang makin beragam di pasaran.

The Cup of Wisdom

Begitulah, sekali janji terucap, pantang untuk dilanggar. Sekali janji diungkap, pantang untuk tidak melaksanakannya. Dengan pandangan dan pendekatan ini, produk apa pun yang dijual, akan membuat konsumen selalu percaya. Sehingga, setiap mengeluarkan produk dengan beragam jenis, kepercayaan bahwa kita adalah perusahaan yang selalu menunaikan janji dengan tepat akan membuat konsumen selalu mendukung perusahaan kita. Bahkan, tak segan konsumen mereferensikan atau merekomendasikan produk kita, karena mereka percaya pada janji kita.

Ingin dipercaya konsumen, pelanggan, dan semua stakeholders? Jaga kepercayaan, tingkatkan pelayanan, laksanakan semua janji yang diucapkan! Salam sukses luar biasa!

SUmber: http://www.andriewongso.com