Pemerintah menggenjot peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) di instansi pemerintahan (pusat dan daerah), BUMN dan BUMD untuk meningkatkan permintaan domestik.

Kepala Biro Humas Kris Sasono Ngudi Wibowo mengatakan meningkatnya permintaan domestik karena penggunaan produk dalam negeri akan diiringi dengan volume produksi.

"Dengan dorongan P3DN yang meningkatkan permintaan dalam negeri, maka industri akan semakin meningkatkan volume produksinya dan hasilnya akan tercermin dalam PMI ke depan," ujar Kris, Jumat (14/10/2022).

Hal tersebut disampaikan Jonni sebagai respons atas kinerja sektor manufaktur diperkirakan melambat pada kuartal IV/2022.

Laporan terbaru Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) memprakirakan kinerja manufaktur berpotensi turun ke level 53,18. Turun moderat dibandingkan dengan kuartal III/2022 dengan indeks berada di level 53,71.

Pelambatan dialami oleh sejumlah komponen penentu, yakni volume produksi serta volume persediaan barang jadi.

"Volume produksi kuartal IV/2022 diprakirakan melambat secara kuartalan dari 57,12 menjadi 55,06," tulis BI dalam laporannya, dikutip Jumat (14/10/2022).

Penurunan volume produksi terjadi di subsektor alat angkut, mesin, dan peralatannya, semen dan barang galian nonlogam, barang kayu dan hasil hutan lainnya, serta makanan, minuman, dan tembakau.

Selanjutnya, pelambatan volume persediaan barang jadi juga diperkirakan melambat dari 55,78 persen menjadi 52,85 persen pada kuartal akhir tahun ini.

Penurunan terjadi di subsektor semen dan barang galian nonlogam, alat angkut, mesin dan peralatannya, serta barang kayu dan hasil hutan lainnya.

Namun demikian, sampai dengan kuartal III/2022, PMI-BI masih berada di zona ekspansi dengan mengalami kenaikan moderat secara kuartalan dari 53,61 persen menjadi 53,72 persen.

Sebelumnya beberapa komponen diimpor dari China, dan dengan upaya ini komponen tersebut akan disubstitusi oleh produk lokal.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com